Confusing {HyunLix}

De hjlixie

16.1K 1.7K 538

Punya pacar kaya Hyunjin itu bikin Felix bingung sendiri Hyunlix area BxB/ BoysLove/ BL / AU Bahasa amburadul... Mais

introduction
uno
dos
Tres
cuatro
seis
siete
ocho

cinco

1.4K 189 88
De hjlixie

{sorry for typos}😚❣️




































Felix menuruni tangga sambil merapikan letak tas yang ia sandang dibahu kanannya. Mulutnya sibuk menggumamkan sebuah part rap dari lagu yang ia sukai.

jamulsoe tta ssak da unlock
Idea bank meoritsogeul teoreo teoreo
bimiljaeryoga gunggeumhadamyeon
sasil urin geuttan geo an sseo

Mulut mungil itu lanjut menyanyikan lagunya. Kakinya sedikit meloncat-loncat menuruni tangga, menandakan suasana hati si manis sedang baik.

"Mwodeun geunyang jibeoneoheo
nunchi boji malgo deo-- Astaga! eh.. Hyunjin?"

Felix hampir terjatuh saat mendadak saja satu sosok tinggi muncul tepat ketika ia akan berbelok menuruni tangga selanjutnya.

Hyunjin berdiri dengan wajah datarnya, menatap Felix. Wajah si manis tampak cerah, berbanding terbalik dengan wajahnya yang kusam beberapa hari ini.

Iya, orang-orang disekeliling Felix berhasil mengalihkan perhatiannya agar tidak memikirkan Hyunjin. Seungmin dan Jisung selalu mengajaknya bermain, Minho juga sering mengganggunya di rumah atau menyuruh Felix istirahat lebih cepat membuat si bungsu tidak sempat mengecek ponsel.

"Mau kemana?" tanya Hyunjin.

"Mau ke ruang latihan dance. Aku udah lama gak kumpul, tadi ditegur sama Kak Bambam" jelas Felix sambil menyengir.

Teringat akan raut serius Bambam yang menegurnya tadi.

"Hmm"

Felix tidak tau lagi harus mengatakan apa. Jujur saja, ia memang merasa rindu pada Hyunjin karena tanpa sadar sibuk bermain dengan sahabatnya. Tapi jika suasananya secanggung ini saat mereka bertemu, Felix ikutan bingung.

"Ka- Kalau gitu Felix-"

"Gak kangen sama gue gitu?"

Felix mengerjap beberapa kali, lalu tersenyum kecil. Ah, ternyata bukan hanya dia yang rindu. Hanya saja- yah begitulah.. Hyunjin susah untuk mengungkapkan perasaannya.

Felix mengulurkan lengannya, memeluk Hyunjin yang lebih tinggi darinya.

"Felix rindu Hyunjin" ujar Felix.

Yang dipeluk tersenyum lebar tanpa Felix sadari. Ia balas memeluk pacarnya sedikit erat.

"Gue juga. Sial banget temen lo, ngejauhin gue dari lo sampe beberapa hari"

"Tiga hari doang" jawab Felix. Satu tangannya memainkan kancing kemeja Hyunjin yang ada di depan wajahnya.

"Itu lama lho. Kalo dihitung jam, jadi berapa jam gue dipisahin sama lo?"

Felix tertawa. Hatinya menghangat mendengar Hyunjin yang sedikit bawel setelah tiga hari terpisah darinya.

Pelukan mereka terlepas. Mata kucing Felix menatap wajah tampan Hyunjin, lengkap dengan senyuman manisnya.

"Masih rindu?"

Hyunjin mengangguk.

"Tapi Felix harus ikut kegiatan klub dulu"

"Gue tunggu, abis itu kita jalan" jawab Hyunjin.

"Beneran? Hyunjin serius?"

Anggukan Hyunjin membuat Felix memekik senang. Ia memeluk lengan pacarnya erat lalu mereka lanjut menuruni tangga.

Sepertinya Felix lupa dengan kejadian Hyunjin yang membentaknya sore itu. Buktinya ia tidak membahas masalah itu atau menunjukkan tanda-tanda ia menolak kehadiran pacarnya yang kelebihan bibir itu.

Setibanya diruangan klub dance, Felix menoleh kepada Hyunjin.

"Hyunjin nunggu di dalam atau-"

"Gue tunggu di kantin fakultas lo ya. Ntar kalo udah selesai, chat gue aja. Biar gue yang samperin kesini"

Felix mengangguk. Setelah menerima kecupan di dahi seperti biasa, Felix masuk ke dalam ruangan dance sementara itu Hyunjin melangkah menuju kantin yang berada tak jauh dari sana.

"Sendirian Jin?"

Hyunjin berdecak malas. Padahal dia sudah kabur ke fakultas Felix, tapi tetap saja bertemu dengan orang yang paling ingin ia hindari.

Orang yang juga membuat dirinya dan Felix sempat jauh beberapa hari ini.

"Menurut lo?" sahut Hyunjin dingin.

Heejin tersenyum, tidak mempermasalahkan respon lelaki yang ia sukai itu. Ia baru saja akan mendudukkan tubuh sebelum-

"Siapa yang izinin lo duduk di sini?"

-Hyunjin menginterupsi.

"Lho? Memangnya bangku ini udah di pake orang?" tanya Heejin.

"Cari bangku lain" sahut Hyunjin. Jelas sekali ia mengusir gadis cantik itu.

Heejin mengangkat bahu, tetap mendudukkan tubuhnya di samping Hyunjin.

"Lagi nungguin Felix ya?"

"Gue nunggu waktu dimana lo gak ganggu gue"

"Gue salah apa sih sama lo, Jin?" lirih Heejin, tidak mengerti kenapa Hyunjin begitu dingin padanya.

Hyunjin menghembuskan nafas kasar lalu menoleh pada Heejin yang balas menatapnya sendu.

"Heejin, gue cuman gak mau bikin orang-orang salah paham sama kita, terutama Felix, sahabatnya sama kakaknya. Cukup kejadian kemarin yang bikin mereka salah paham dan berujung jauhin Felix dari gue" ucap Hyunjin.

"Tapi kemarin itu emang Felix yang salah 'kan? Dia yang bandel, gak-"

"Ini bukan cuman masalah Felix" potong Hyunjin. "Gue tau lo punya rasa sama gue, dan gue udah punya pacar. Tapi lo tetap ngejar gue, deketin gue seolah lupa gue udah ada yang punya. Gue risih, Heejin"

Heejin terdiam. Matanya menatap nanar Hyunjin.

"Apa lo gak bisa perlakuin gue kaya temen cewek lo yang lain? Gue gak berharap lo bakalan bales perasaan gue"

-buat sekarang, karena gue yakin gue bakalan bisa ngedapetin hati lo nanti, lanjut Heejin dalam hati.

"Gak ada temen cewek gue yang agresif banget deketin gue dan terang-terangan nunjukin betapa bencinya dia sama pacar gue" jawab Hyunjin.

"Jin.. Oke, gue minta maaf udah ngehina Felix waktu itu, tapi dia cowok. Ucapan kaya' gitu harusnya gak ngaruh ke dia"

"Tapi ngaruh ke gue, tau gak? Gue gak pernah rela pacar gue dihina. Kalo lo gak suka lihat hubungan gue sama dia, gak usah jadi temen gue. Dan inget, gue risih kalo lo deketin sebegitu agresifnya"

Hyunjin beranjak meninggalkan Heejin. Ia memutuskan untuk ke atap fakultas saja, mendadak tidak selera untuk duduk di kantin.

Heejin menatap punggung lebar itu. Tangannya terkepal erat menyebabkan buku tangannya memutih.

"Lee Felix" desisnya, pelan namun tajam.

.

.

.

.

.


Felix melangkah menuju tasnya yang disandarkan ke dinding berlapis kaca. Setelah duduk selonjoran, ia meraih handuk dari dalam tas kemudian menyeka keringat yang membasahi wajah dan lehernya.

Padahal ia hanya bolos empat kali pertemuan dan ternyata klub dance sudah menciptakan banyak gerakan baru membuat Felix harus mengejar ketertinggalannya, sekaligus sebagai hukuman karena Felix sengaja bolos. Itupun atas perintah Bambam selaku ketua klub.

Sebotol air mineral tau-tau muncul di hadapan Felix. Lelaki manis itu mendongak, dan wajah Hoseok tertangkap oleh netra cokelatnya.

"Makasih Kak" ucap Felix sambil menerima air pemberian sang pelatih klub.

"Sama-sama" jawab Hoseok sambil mendudukkan diri disamping Felix. "Kenapa sering bolos?"

Felix mengulum bibir, memikirkan jawaban yang pas.

"Hmm.. Felix diculik terus sama temen-temen, gak dikasih izin buat latihan"

"Beneran?"

"Iya Kak. Aku jujur kok"

"Kamunya udah ngasih tau mereka kalau klub dance harus latihan?"

Felix terdiam, Hoseok juga diam menunggu jawaban dari adik didikannya. Namun melihat Felix yang tetap bungkam membuat pria dengan senyum secerah matahari itu terkekeh. Ia mengusap pelan rambut Felix.

"Gak apa-apa kok, tapi lain kali jangan gitu oke? Lihat 'kan, kamu sendiri yang repot ngejar ketertinggalan" nasihat Hoseok.

Felix mengangguk lucu, dalam hati berjanji tidak akan goyang dengan rayuan Jisung ataupun Seungmin.

"Latihan buat hari ini kelar. Kamu boleh pulang, kasian juga pacar kamu nunggu kelamaan" lanjut Hoseok.

"Oh iya!" Felix terlonjak, lalu buru-buru meraih tasnya.

"Kak, aku pulang dulu. Semuanya, Felix pulang duluan ya! Bubay!"

Semua yang ada di ruangan merespon ucapan pamit Felix namun lelaki manis itu sudah berada di luar ruangan. Berlari kecil menuju kantin karena seingatnya Hyunjin akan menunggu di sana.

Namun ia tidak menemukan sosok pacar tampannya. Hanya ada beberapa mahasiswa dan-

"Nyari Hyunjin?"

Felix refleks berjengit saat sebuah suara menyapa indera pendengarannya.

"Iya" jawab Felix setelah kenal sosok itu. Kalau Felix tidak lupa, dia itu Heejin yang dikatakan dua sahabatnya waktu itu. Gadis yang terang-terangan menghinanya di depan pacarnya sendiri.

"Hyunjin udah pulang, dia nyuruh gue buat ngasi tau lo"

Felix tidak langsung percaya. Ia malah mengernyitkan dahi bingung.

"Hyunjin bakalan ngasih tau aku tanpa harus pake perantara kamu" jawab Felix kemudian berbalik pergi.

"Ya harus dong, kan Hyunjin sayangnya sama gue"

Langkah Felix terhenti.

"Lo cuman mainan Hyunjin. Lagian, Hyunjin mana mau sama lo? Manja, letoy banget jadi cowo, nyusahin Hyunjin doang kerjaannya"

Felix mengepalkan kedua tangannya, berusaha mengontrol emosi juga nafasnya yang mulai menderu.

"Udah gitu, apa sih yang bakalan lo hadiahin ke Hyunjin nanti? Buat ngehasilin keturunan aja gak bisa, bagusan juga gue sama dia kemana-mana"

"Cukup ya Heejin-ssi" ucap Felix, menekankan nada pada kata "Ssi".

"Jangan lupa kalo gue masih cowok. Gue bisa aja lukain lo dengan mudah" desisnya sambil menatap tajam Heejin.

"Gue gak bakalan takut. Sekalinya manja, ya tetap manja. Sekalinya letoy-" Heejin mendadak bungkam saat Felix mengangkat tangannya.

Ia pikir Felix akan memukulnya, tapi ternyata itu hanya gertakan.

"Selagi gue peringatin baik-baik mending lo dengerin gue. Jangan ganggu gue sama Hyunjin lagi, karena ujung-ujungnya lo bakalan saki hati parah"

Felix menjauhi Heejin, tidak ingin berdebat lebih jauh dengan gadis itu. Namun bahunya ditarik paksa hingga ia menoleh kebelakang. Belum sempat mencerna apa yang terjadi sebuah tamparan sukses mendarat di pipinya.

Felix tentu saja kaget. Pipinya terasa panas dengan tepi bibirnya yang mulai berdarah.

Felix tersenyum kecil. Sepertinya wajahnya terluka lagi.

Beberapa mahasiswa yang melihat kejadian itu terkejut dan saling berbisik dengan temannya. Merasa bingung kenapa Heejin yang notabene dari fakultas ekonomi bisa datang ke fakultas seni dan malah membuat keributan.

"Gak usah sok ya mentang-mentang lo pacar Hyunjin! Belum juga jadi istrinya"

Felix mengusap darah yang mengganggu indera penciumannya di bagian tepi bibir, lalu menatap Heejin dengan tajam.

"Gue bakalan inget itu" sahut Felix datar kemudian kembali berbalik pergi. Sejujurnya tangannya sudah gatal ingin melayangkan sebuah pukulan pada Heejin, namun hati kecilnya terus mengingatkan bahwa yang ada dihadapannya adalah wanita. Makhluk yang sama seperti Mamanya.

Felix mengeluarkan ponsel dari sakunya, memcoba menghubungi Hyunjin.

"Hyunjin dimana?" tanya Felix saat panggilannya terhubung pada Hyunjin.

"Gue di atap fakultas. Udah selesai?"

"Udah" Felix mengangguk tanpa sadar. "Aku kesana ya?"

"Gak usah, biar gue yang turun. Lo dimana?"

"Di... lorong dekat ruang latihan"

"Oke, tunggu disana aja"

Sambungan terputus. Felix segera mengeluarkan tisu dari tasnya, kemudian membasahi tisu dengan air mineral yang diberikan Hoseok tadi.

Tisu yang sudah dibasahi itu diusapkan ke bibirnya, sambil menahan perih yang menyerang bibirnya ia berharap Hyunjin tidak akan menyadari luka tersebut.

Yakin luka tersebut sudah bersih, Felix langsung membuang tisu tersebut beserta air mineral tadi.Tak lupa memasang wajah ceria, seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Dua menit setelah itu Hyunjin muncul. Felix langsung tersenyum manis melihat pacarnya. Baginya Hyunjin tetap tampan walaupun wajahnya datar dan jarang tersenyum.

"Kenapa?" tanya Hyunjin saat melihat Felix yang masih tersenyum.

"Enggak kenapa-napa. Senang aja lihat Hyunjin" jawaban polos Felix sukses membuat pemuda Hwang itu tersenyum.

Tangan besarnya menggusak surai berwarna milik Felix. Setelahnya ia sadar bahwa ada yang berbeda dengan penampilan pemuda manis tersebut.

"Lix?"

"Eh iya, kenapa?" tanya Felix, mendongak menatap Hyunjin.

"Lo..."

Felix meneguk ludah, takut jika Hyunjin menyadari luka di bibirnya.

"...Ganti warna rambut?"

Oh God, Felix bersyukur sekali. Hyunjin tidak menyadari sama sekali.

"Iya, gimana? Bagus 'kan? Kata Seungmin, Felix jadi makin manis" ucap Felix sambil terkekeh.

Hyunjin menatap pacarnya itu sejenak.

"Iya manis sih" sahut Hyunjin. "Tapi lebih banyak lucunya. Lo kaya anak ayam"

Ekspresi Felix mendadak meredup mendengar jawaban Hyunjin. Bagaimana bisa ia mengatakan pacarnya sendiri seperti anak ayam.

"Tau ah! Hyunjin nyebelin!" sambil menghentakkan kakinya Felix berjalan mendahuli Hyunjin.

Pemuda Hwang itu sendiri tertawa pelan melihat tingkah pacarnya. Sambil berlari kecil ia menyusul langkah si mungil, mencoba merayunya.

"Tapi anak ayam itu lucu kok. Gue suka"

"Tapi 'kan kucing lebih lucu!" seru Felix kesal tanpa menoleh pada Hyunjin.

"Tapi gak ada kucing yang warnanya cokelat-pink gini"

"Ada! Nanti 'kan bisa di cat!"

"Tapi-"

"Pokoknya kucing lebih lucu dari ayam!"

"Menurut gue lebih lucuan lo"

"Gak-! Eh... Hyunjin bilang apa tadi?" Felix mengerjap bingung pada Hyunjin yang kini tersenyum puas.

"Iya, lo lebih lucu ketimbang kucing atau ayam" ulang Hyunjin.

Bukannya mendapat senyuman, pemuda berbibir tebal itu malah menerima dorongan diwajahnya melalui telapak tangan mungil Felix.

"Nyebelin!"

Sambil mengusap hidungnya yang ditekan tadi, ia kembali menyusul Felix.

"Gak usah ngambek, ntar gak ketemu ice cream" bujuk Hyunjin.

Felix hanya mencebikkan bibir. Dalam hati ia berdoa ucapan Hyunjin tidak akan menjadi kenyataan.

"Jadi jalan gak?" goda Hyunjin.

"Iya iya!" ketus Felix.

"Tapi kalo judes-judes gak jadi aja deh.."

"Hyunjiiiinn!!"

Hyunjin benar-benar tertawa saat itu juga. Felix yang kesal benar-benar sukses mengubah moodnya yang tadi sempat berantakan kembali menjadi bagus.

"Iya Bae, kenapa?"

"Pokoknya harus jalan sekarang!"

"Iya, ini 'kan lagi jalan"

"Hyunjin mau dipukul pake tangan kanan atau kiri?!"

"Mau peluk aja" sahut Hyunjin, lengkap dengan wajah sok imutnya.

Felix terdiam. Tidak pernah sekalipun ia melihat ekspresi Hyunjin seperti ini sebelumnya. Karena biasanya Hyunjin mode soft itu hanya mendusel dan memeluk Felix, tidak dengan ber-aegyo.

"Bae? Kok diem?"

Felix refleks menggeleng, lalu mencubit pinggang pacarnya itu pelan.

"Udah ah, yuk jalan! Nanti keburu malam!"

Hyunjin mengangguk kemudian merangkul Felix sambil berjalan menuju parkiran motor. Keduanya tidak sadar jika banyak perhatian terarah pada mereka, ada yang merasa gemas ada juga yang merasa iri dengan pasangan itu. Termasuk Heejin.

Dia melihat semuanya dengan hati panas. Kedua tangannya kembali terkepal erat, menatap tajam Felix seakan ingin melenyapkan pemuda manis tersebut saat itu juga.

.

.

.

.

.

Mata Felix menatap tak sabar pada Hyunjin yang sedang membeli es krim. Lidahnya sudah gatal ingin merasakan sensasi manis-dingin di mulutnya. Padahal baru malam kemarin ia menghabiskan satu box mini ice cream milik Minho.

"Nih"

Felix langsung menerima ice cream yang diberikan Hyunjin. Memakannya sedikit lalu tersenyum senang pada Hyunjin yang ternyata tengah menunggu eskpresinya.

"Makasih Hyunjin!"

"Ya ampun, imut banget" gumam Hyunjin lalu menggusak surai Felix.

Mereka memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman sambil menghabiskan ice cream tersebut.

"Aw.. Shh"

Hyunjin langsung menolah saat mendengar desisan pelan Felix. Ia sungguh tidak bermaksud untuk berdesis, namun rasa dingin yang menyentuh luka di tepi bibir membuat Felix refleks mengeluarkan suara.

"Kenapa?" tanya Hyunjin.

"Huh? Gak kenapa-napa kok" jawab Felix, memaksakan diri untuk tersenyum.

Dan disitulah Hyunjin menyadari, ada yang berbeda di wajah Felix. Luka di tepi bibir itu tidak terlalu jelas, namun Hyunjin sudah melihatnya.

"Ini kenapa, bae?" tanya Hyunjin, khawatir.

"Ga tau. Udah luka aja"

"Gak pintar bohong, sok-sokan mau bohongin gue?"

Tanpa sadar Felix memajukan bibir bawahnya dengan alis menukik lucu.

"Ini luka dikit kok-"

"Gue nanya penyebabnya" potong Hyunjin tak sabaran.

"Kegigit" sahut Felix. Hyunjin mengernyit takk mengerti.

"Kegigit? Siapa yang gigit?"

Felix tidak tau harus menjawab apa. Dalam hati ia merutuk karena refleks berdesis tadi, dan juga menyesali diri yang tidak bisa berbohong.

"Lee Felix" panggil Hyunjin.

"Gak tau pokoknya! Jangan tanya lagi" elak Felix.

"Dipukul siapa?" tanya Hyunjin.

"Gak ada yang mukul, Jin-ie" cicit Felix. Namun Hyunjin menggeleng tidak percaya.

"Lo ketemu Heejin tadi?"

Felix mengangguk tanpa sadar. Saat melihat ekspresi Hyunjin, ia terkesiap.

"Eh! Bukan kok!!"

"Udah, gak usah ngelindungin dia" ucap Hyunjin lalu menghela nafas.

"Hyunjin tenang aja, ini cuman luka kecil kok. Felix cowok lho, bisa tahan sakit" ujar Felix, memghibur Hyunjin yang tampak sedikit bad mood.

Hyunjin mengangguk, tidak ingin merusak acara jalan mereka. Namun dalam hati ia sudag bertekad untuk membicarakan ini dengan Heejin nantinya.

"Omong-omong, kapan kamu ganti warna rambut?" tanya Hyunjin, mengalihkan percakapan.

Dalam hati Felix bersyukur karena Hyunjin tidak mengamuk.

"Sehari sebelum Hyunjin marah-marah sama Felix" jawab Felix, kembali sibuk dengan ice creamnya. Tidak peduli dengan tangan Hyunjin yang jahil memainkan surai halusnya.

Hyunjin terdiam mendengar jawaban Felix. Bahkan saat itu ia tidak menyadari perubahan yang ada Felix karena ia sibuk bergelut dengan emosinya.

"Buat waktu itu... Gue minta maaf banget" lirih Hyunjin.

Felix menoleh namun tidak menjawab, menunggu lanjutan dari ucapan Hyunjjn.

"Gue cuman gak mau lo ketemu sama Heejin karena dia gak suka sama lo. Liat sendiri 'kan gimana dia pas ketemu lo?" ujar Hyunjin lalu menyentuh sedikit luka Felix.

"Dan gue cuman pengen nyelesain tugas dari Dosen Park secepat mungkin, biar gue ada waktu lagi buat lo. Gue gak berniat buat bentak lo waktu itu, sumpah. Maaf ya"

Felix hanya tersenyum lalu mengangguk, namun matanya tidak lepas dari menatap wajah Hyunjin.

"Sebenarnya sih gue bisa nyelesain tugas itu sendirian, tapi kayanya gak keburu dan itu dosen nyuruh Heejin bantuin gue biar tugasnya cepat kelar" Hyunjin menghembuskan nafas. Teringat kejadian saat ia membentak Felix dan ia merasa kembali menyesal.

"Iya, udah gak papa kok. Felix juga marahnya gak lama-lama juga" jawab Felix.

"Trus kenapa lo gak mau keluar pas gue kerumah lo?"

Felix mengerjap pelan, tampak bingung. "Hyunjin main kerumah? Kapan?"

"Malemnya gue kesana buat minta maaf, tapi Seungmin sama Jisung bilang lo gak mau ketemu gue"

"Hah?" Felix cengo. Otaknya sibuk mengingat apa yang ia lakukan malam setelah pertengkaran mereka.

"Eeh, Felix gak tau kalo Hyunjin kerumah. Felix 'kan lagi main game di kamar" jawabnya polos.

Hyunjin langsung memasang wajah datar mendengar ucapan pacarnya. Sadar jika ia ditipu kedua sahabat Felix malam itu. Sial.

"Trus, setelahnya kenapa lo gak mau ngechat gue? Telpon dari gue juga gak diangkat"

"Kata Seungmin, kalo Felix mau ngehindar dari Hyunjin bakalan di beliin ice cream banyak-banyak, bahkan di kulkas masih ada tuh saking banyaknya"

Hyunjin mengerang sebal. Jadi Felix disogok dengan ice cream dan dia mau saja?! Yasalam, Hyunjin ingin sekali baku hantam dengan Seungmin saat ini juga!!

"Lain kali, disogok pake ice cream jangan mau ya. Gue juga bisa beliin buat lo sampe satu box pendinginnya, gak ada apa-apanya dibandingin sama Seungmin"

"Sombong" cibir Felix, sementara Hyunjin mengedikkan bahu.

"Bae"

"Hm?" sahut Felix.

"Lo kaya udah lupa sama masalah waktu itu, beneran lupa apa gimana?" tanya Hyunjin. Ia penasaran sekali, kenapa Felix tampak tenang saja saat mereka bertemu di tangga tadi setelah tiga hari terpisah.

"Felix yakin kalo Hyunjin gak berniat buat bentak. Lagian Hyunjin kaya gitu pasti ada alasannya 'kan? Nah, aku mau denger alasannya biar gak salah paham"

Astaga.

Padahal Hyunjin lebih tua dari Felix beberapa bulan, tapi kenapa dia tampak lebih dewasa dari Hyunjin?

Double sial. Hyunjin malu sekali dengan temperamennya.

"Maaf banget ya, pasti lo cape punya pacar temperamen kaya gue" lirih Hyunjin.

"Kadang aku juga ngerasa gitu" sahut Felix jujur. Mata cokelatnya menatap beberapa bocah yang tampak asyik bermain di depan mereka.

"Tapi, ini keputusan aku yang nerima kamu walaupun kamu bilang mungkin bakalan susah buat ngejalanin hubungan ini. Karena aku nerima kamu, berarti aku udah mikirin semuanya, termasuk apa aja yang bakalan aku dapetin kalau pacaran sama kamu" jelas Felix panjang.

"Aku ga ngarep kamu bakalan berubah biar aku bisa bahagia kaya orang lain. Kalo kamu nyaman sama sikap kamu yang sekarang, it's fine. Aku tetap sayang sama kamu, dan percaya kalo hubungan kita juga gak bakalan berujung sama kata putus walaupun kita sering berantem. Kalo kamu cape, biar aku yang jadi pegangan kamu. Trus, kalo giliran aku yang cape, semoga kamu gak ninggalin aku"

Ya ampun

Hyunjin ingin menangis saja rasanya mendengar ucapan Felix. Jadi tanpa mengucapkan apa-apa lagi, dia menarik Felix masuk kedalam pelukannya. Malu sekali jika Felix sampai melihat ekspresinya saat ini.

"Gue sayang lo, Lee Felix. Maaf banget"

Felix hanya tertawa sambil mengusap punggung lebar Hyunjin.

Mereka masih asyik berpelukan, sampai Felix menyadari sesuatu. Tangannya terasa ringan. Dengan cepat Felix memeriksa tangannya lalu matanya membulat. Ia melepas pelukan hangat itu paksa.

"Hyunjin!"

Hyunjin menatap Felix bingung.

"Ice creamnta jatuh!! Huwaa! ini gara-gara Hyunjin narik-narik Felix tadi! Beliin lagi pokoknya!!"

Hyunjin tertawa, tidak menyangka Felix akan se-mengamuk ini saat mengetahui Ice creamnya yang jatuh.

"Aduuh pacarnya siapa sih ini, macem bocah banget"

"Bodo!!"

"Ululu yuk sini dibeliin lagi"

"Dua!"

"Satu aja ya, ntar kamu dema-"

"Dua! Atau kita pulang?!" ancam Felix.

"Yaudah yuk, pulang"

"Hyunjin mau aku sunatin sekarang!?"
































































































Edisi mereka UwU-UwU an sebelum badai melanda🌚😚

Muup kalo gaje dan gak nge feel👉👈

04-07-2020


Pict by: Vie.K on YT

nempel banget cem permen karet :3
(pict by: Vie.K on YT)


pict by: Vie.K (on YT)


Mau matek ajalah aku tuh😭😭diserang bertubi-tubi kek gini--
DEDEK GAK KUADH BABANG😭😭😭✊✊

Continue lendo

Você também vai gostar

34K 5K 33
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
1.4M 80.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
87.8K 10K 42
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
427K 34.4K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"