The Difference Between Us [En...

By mufaridaa_01

9.8K 2.7K 815

Hallo semua!! Firda Asasabila dan Hans adalah sepasang kekasih Taruna beda agama yang dipertemukan Tuhan lewa... More

Perkenalan
The Difference Between Us.
Prolog
Cast
OME TV
Rutinitas
Spam Hans
Jujur atau Tidak?
Kepanikan Hans
Yaya Sakit
Video Call Hans
Wejangan Yaya
Dilema
Papa Super Hiro
Kejujuran Hati
Hans Kembali ke Kampus
Firda Bercerita
Tersitanya Handphone Hans
Satya Tempat Curahan Hati
Wejangan Yaya (2)
Hans Pinjam Handphone
Satu Bulan
Penebusan Tingkat
Penantian Firda
Hans Hilang
Surat Teruntuk Hans
Tidak Dibalas
Hans Kembali, tetapi ...
Pacar Baru Hans
Maaf, Satya
Satya Suka Firda?
Keputusan Menjeda
Kabar Jeda
Satu Tahun
Grub Chat
Kriss Lotvarient
Tujuh Hari
Tolak
Ternyata Yaya ...
Kriss? Mama?
Firda Mengakui
Janji Kriss
Tanpa Kabar
Menunggu
Apa Yang Terjadi?
Epilog

Firda Bercerita (2)

64 20 0
By mufaridaa_01

"Sekuat apa pun kamu menyembunyikan sesuatu, lambat laun akan tercium bangkainya."

Gadis itu bersikap seolah-olah sedang baik-baik saja, melakukan usaha untuk tetap tersenyum.

Raut pucat menghiasi penampakkan wajahnya, kemarin ia memuaskan tangisannya. Sehingga kedua matanya sembap, tidak bisa dipungkiri lagi. Sepanjang malam memang gadis itu menangis tiada henti.

"Matamu kenapa, Pir? Kok sembap gitu?" tanya Lili.

"Gak papa, kemarin nangis aja."

"Nangis kenapa?"

"Gak perlu tau."

Kedua tepi mulut Lili manyun beberapa senti, ia kesal dengan Firda. Firda akhir-akhir ini tertutup, enggan bercerita.

Sekuat apa pun Lili memaksa Firda untuk bercerita, gadis itu masih tetap tutup mulut. Firda tidak ingin orang lain tahu perihal isi hatinya yang rapuh itu.

Ia belajar untuk tidak terus bercerita ke sana dan ke sini, menurutnya cerita kehidupannya itu ada sisi privasi yang harus dijaga kerahasiaannya.

"Aelah, sekarang kamu gak ngeh bat," gerutu Lili.

Kedua tangan Firda justru bergerak untuk memeluk Lili, Firda memeluk Lili dan berbisik, "Yakin aku nggak ngeh? Siap-siap aja Jungkook bakalan aku tikung."

Lili mendorong Firda, melepas pelukan Firda yang erat itu. Kuping Lili merasa panas mendengar bisikan Firda tadi. Tidak seharusnya Firda berkata seperti itu, Lili sangat mencintai Jungkook, berhalu yang tidak-tidak.

"Kalo lo nikung gue, gue akan santet lo!" Jari telunjuk Lili menunjuk-nunjuk Firda. Ia seperti mengancam gadis itu.

Yang dilakukan Firda hanya terkekeh, gadis itu benar-benar marah jika Jungkook akan ditikung olehnya. Sudah tahu itu halu, mana bisa Firda menikung Jungkook? Wajah Jungkook saja, Firda tidak tahu.

"Gausah ketawa, gue doain lo putus sama Hans!" ancam Lili untuk kedua kalinya.

Firda tersenyap akibat ucapan Lili tadi, gadis itu kembali teringat Hans. Ia berusaha melupakan, mengapa ada makhluk yang masih menyebut namanya? Firda meremas-remas saku celananya.

Lili nampak kebingungan, pasalnya ia hanya bercanda. Ia tidak tahu bahwa Firda menganggap ucapannya tadi serius.

"Eh, Pir. Maaf, aku tadi bercanda. Maaf juga, tadi manggil kamu pakek gue." Lili memandang wajah Firda yang menunduk.

Kepala Lili menunduk untuk mengintip wajah Firda yang teraut masam. Lili tidak tahu jika akan berakhir seperti ini. Ia merasa bersalah, suasana canda tawa berubah kegaringan yang meliputi kesedihan.

"Pir," panggil Lili.

Kepala Firda terdongakkan, ia melempar senyum untuk Lili. Firda tahu bahwa Lili tadi hanya bercanda, ia memaklumi Lili. Lagian juga, dirinya sudah benar-benar putus dengan Hans.

"Gak papa, Li. Aku tau tadi kamu hanya bercanda."

"Terus kamu kenapa sedih?"

"Prank!"

Mata Lili membulat, ia tidak tahu maksud Firda. Prank? Lili tidak paham, maklum IQ-nya belum di atas rata-rata. Otaknya belum maksimal berfungsi, fungsi otaknya hanya untuk Jungkook, Jungkook, dan Jungkook.

"Apa sih, Pir?" Lili merengek dan memukul-mukul lengan Firda.

Firda kesakitan dan terpaksa jujur. "Lo itu, ya. Otaknya kusut, lo ingat waktu lo akting saat gue minta maaf sama lo, tapi lo gak maafin gue?"

Lili mengangguk cepat, ia ingat kejadian itu. Memang pada waktu itu ia hanya berakting.

"Nah, itu yang gue lakuin sekarang. Sekarang kita satu sama, seri."

"Maksudnya apa sih?"

"Otak lo di pasar? Gue itu tadi cuman akting, baru satu episode udah lola!"

Napas lega yang dihembuskan Lili, gadis itu tidak marah pada Firda. Ia justru memeluk Firda, ia sangat senang Jungkook tidak jadi ditikung, memang teman yang baik Firda itu.

"Makasih, Mbar. Sampek lupa kalo sebutan lo itu Mbar bukan Pir, maafin gue."

Firda membalas pelukan Lili, tiba-tiba ada sesuatu yang terlempar mengenai kepala Lili.

"Aw, sakit!" rintih Lili.

Lili membalikkan badannya, tidak usah diragukan lagu. Perbuatan itu dilakukan oleh dua insan yang kurang kerjaan, selalu mengganggunya di kala tengah asyik.

"Bang-Sat! Istrinya V! Sakit, woy!" teriak Lili.

Di ujung sana, dua insan tersebut tertawa menggelegar. Indra pengucapnya terbahak-bahak.

"Gay goblok!" serempak Yaya dan Satya.

Rupanya Yaya dan Satya mengamati gerak-gerik Firda bersama Lili dari jauh, seperti sergap 86. Yaya dan Satya menghampiri bangku Firda dan Lili.

Baru saja Satya mendudukkan bokongnya sudah kena gampar Lili, gadis itu masih dendam dengan Satya. Satya selalu menyebalkan, selalu mengusik ketenangannya.

"Sakit goblok!" rintih Satya. Satya disambut dengan tangan usil Lili.

"Salah sendiri, lo itu selalu menyebalkan!"

"Kok jadi lo sih manggilnya?"

"Harusnya apa? Aku-kamu? Gak sudi!"

"Sayang."

Semua pasang mata memandang Satya, baru saja Satya menggombal kepada Lili. Tanpa sadar, pipi Lili merasa panas. Jantungnya berdetak tidak karuan, entah apa alasannya.

"Kenapa diam?" tanya Satya, ia memandang Lili dengan tatapan yang berbeda. Lili tidak mampu memandang balik Satya. Perasaannya mulai aneh.

"Hem, istrinya Jungkook mulai jatuh cinta pada si Bang-Sat nih," ujar Yaya. Yaya tertawa menggelegar, ia tahu bahwa Lili sekarang perasaannya tidak karuan. Tatapannya sudah menunjukkan itu.

"Apa sih lo?!" Lili mencubit lengan Yaya.

Gadis itu enyah dari sana, ia takut ketahuan pipinya memerah. Lili akan sangat malu jika ketahuan, bagaimana bisa dia suka pada musuh bebuyutan? Sungguh tidak mungkin.

Pepatah mengatakan, benci lama-lama jadi cinta. Lili dan Satya kemungkinan bisa seperti itu.

"Lah, sayangku pergi!" teriak Satya dengan nada terkekeh. Laki-laki menahui jika Lili sekarang memanas.

Sekarang tinggal tiga insan yang di bangku Firda. Hanya tinggal Firda, Yaya, dan Satya. Keadaan sunyi mulai menghantui mereka, karena tidak ada yang bersuara lagi setelah Lili pergi.

Yaya mengamati wajah Firda, ada yang beda dari wajah itu. Nampak sedikit pucat, kedua matanya sembap, bibirnya kering.

"Kamu sakit, Pir?" tanya Yaya.

Mereka hanya beradu pandang, Firda hanya diam tidak bersuara. Tatapannya pun lemah, matanya berkaca-kaca.

"Kamu mau nangis? Kamu kenapa? Jawab, Pir!" panik Yaya. Gadis itu bingung dengan keadaan Firda saat ini, lukisan wajah yang berbeda, sikapnya yanga aneh, ditanya hanya diam.

"Taruni masak bucin? Lemah sekali!" seru Satya, Satya tiba-tiba berucap seperti itu. Menunjukkan seolah-olah ia tahu segalanya atas hidup Firda.

"Bucin gimana?" tanya Yaya.

Bukan Firda yang bertanya, melainkan Yaya. Yaya tak habis pikir, bagaimana arah pola pikir Satya itu sampai-sampai bisa mengatakan hal yang sedikit menyinggung  title itu.

"Gue tau lo sedang sedih, Pir. Gue tau pasti lo ada masalah dengan Hans," ucap Satya. Ia tertawa enteng, seolah meremehkan Firda.

Dua Taruni itu hanya menatap Satya, Firda sudah tahu arah pembicaraan Satya nanti akan seperti apa, sedangkan Yaya, ia masih dibuat teka-teki.

"Dengan mudahnya hati lo berbunga-bunga dalam tujuh hari, tapi hasilnya apa? Sekarang hanya luka, cukup dengan satu hari dia bisa buat hati lo layu, kering, sampai rapuh!"

Firda hanya mampu meneteskan air matanya, ia menggenggam tangannya erat-erat. Hatinya mulai luka lagi, jika teringat Hans. Satya mengingatkan tentang Hans.

"Sat, udah! Pirda nangis tuh! Kamu juga, ngapain pakek acara manggil lo-lo segala? Ketahuan Senior mampus kamu!" ujar Yaya. Gadis itu geram dengan Satya, Yaya tahu perasaan Firda. Pasti saat ini terasa sakit walaupun Yaya belum tahu mengetahui masalah hati Firda.

Tapi, mudah ditebak. Pasti masalah hati tentang Hans, mau siapa lagi kalau bukan dia? Tetapi, Yaya belum mengetahui titik masalah Firda dengan Hans.

"Percuma pendidikan yang lo alami selama ini, lo nangis cuman gegara dia! Lo itu lebih kuat daripada wanita lain, lo itu sudah terlatih! Lo itu pernah madabintal, masak nangis hanya karena ini? Percuma ular selangmu!" kata Satya lagi. Kata-kata Satya sungguh menyakitkan untuk hati Firda.

Bukan hanya Firda yang tersinggung, tetapi Yaya juga. Pasalnya, Satya menyangkut pautkan title Taruni.

Firda sudah tidak kuat mendengar ucapan Satya, ia berdiri dan berkata, "Iya, lo benar. Gue lemah, dan gue udah putus sama dia!"

Firda berlari kecil menuju kamar mandi. Ia ingin menghapus air matanya dengan air keran. Ia sangat malu, tidak seharusnya ia menangis. Satya benar, Firda sangat lemah dalam dunia cinta.

Harga dirinya sudah jatuh dengan tangisan itu. Kalau bisa berganti topeng, Firda sudah melakukannya dari kemarin. Firda ingin mengganti wajahnya itu.

Yaya merasa iba, ia mengejar Firda.

"Berhasil," ucap Satya.

Ucapan Satya itu membuat Yaya terhenti dan berbalik badan menuju Satya. "Berhasil? Lo kira Dora? Katakan peta, katakan peta, berhasil-berhasil, hore? Huh?"

"Gue kayak gini itu demi kebaikan, Pirda! Biar dia gak lemah kayak gini!"

Satya dan Yaya tengah beradu mulut, mereka memiliki pandangan pikiran yang berbeda. Mungkin maksud Satya adalah baik, tetapi caranya saja yang salah. Dan Yaya, ia tidak tahu pola pikir Satya.

"Cara lo yang kek gini malah nunjukkin ke dia bawasannya lo itu ngrendahin orang lain! Kita semua hidup dan berjalan di bumi, tapi ingat! Kita punya jalan dan takdir sendiri, lo harusnya gak boleh kayak tadi. Lo kayak maksa Pirda dengan cara lo tadi!"

Yaya enyah dari hadapan Satya tanpa menunggu balasan ucapan dari Satya. Yaya menuju kamar mandi untuk mengecek keadaan Firda yang tengah rapuh itu.

Pintu tua kamar mandi itu terus berketuk, Yaya mengetuk pintu dengan berulang kali. Tetapi, gadis yang di dalam itu belum membukanya. Enggan bersuara juga.

Hanya terdengar suara keran yang mengalir, Yaya panik. Ia takut jika Firda berbuat yang tidak-tidak.

"Pir, buka! Kamu jangan aneh-aneh!" Yaya berteriak sembari mengetuk-ngetuk pintu.

Cukup lama Yaya melakukan hal itu secara terus menerus, usaha Yaya membuahkam hasil. Firda membuka knop pintu tersebut.

Kedua bola mata Firda dipenuhi dengan air mata, isakan tangisan juga masih sedikit terdengar.

Yaya masuk dalam kamar mandi itu dan memeluk tubuh semampai Firda. Firda hanya pasrah menerima pelukan Yaya. Isakan tangisan itu mereda beberapa detik kemudian, air matanya sudah kering. Tidak mengalir lagi.

Yaya melepas pelukannya itu. "Kamu gak papa?"

Firda hanya mematung, melamun. Atmanya menghilang begitu saja. Yaya menepuk-nepuk pundak Firda. Akhirnya gadis itu tersadarkan dan memeluk tubuh Yaya.

"Ya, gue putus sama Hans, Hans jahat!"

Suara itu terdengar gemetar, tetapi tidak diiringi tangisan air mata. Ia sudah tidak mengeluarkan air asin itu.

Untuk beberapa detik, Yaya membiarkan tubuhnya dipeluk oleh Firda. Terlihat seperti gay, tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin Yaya menolak pelukan dari gadis yang rapuh itu.

"Udah, kamu harus kuat, Pir," ucap Yaya.

Pelukan itu sudah selesai, Firda melepaskannya. Ia sesekali menghembuskan napas panjangnya.

"Gue udah setia sama dia!"

"Alasan lo putus sama dia apa?"

"Katanya ..., jadi, gitu."

Yaya mengangguk paham, memang berat perjalanan liku cinta mereka berdua. Selain terpisah karena perbedaan jarak, mereka juga terpisah karena perbedaan keyakinan.

"Udah, Pir. Kamu harus move on. Dan kamu jangan sakit ati sama omongan Satya tadi," tenang Yaya. Yaya mencoba menenangkan Firda.

"Kamu berserah diri saja sama Allah, Allah akan mengganti lukamu itu dengan kebahagiaan yang tak terduga. Allah mungkin menginginkan hubunganmu bersama Mama Rina membaik, gak terpisah kayak gini," lanjut Yaya.

Ucapan Yaya tersimpan rapi di otak gadis itu. Yang dikatakan Yaya benar, mungkin Allah menginginkan hubungannya bersama sang mama membaik.

Toktoktok!!

Tiba-tiba suara ketukan pintu berbunyi, Firda membasuh wajahnya dengan air. Ia tidak ingin ada bekas tangisan di wajahnya itu.

"Siapa di sana?" tanya seseorang dibalik pintu kamar mandi itu.

"Siap, iya sebentar!" balas Yaya.

Yaya membantu Firda menghapus jejak tangisan itu. Pintu tersebut terus berketuk tiada henti. Yaya membukanya pelan-pelan.

"Lama banget, kalian di dalam ngapain saja? Kalian gay?"

"Siap tidak, Pol."

Seseorang itu adalah Danpol, lagi-lagi Danpol. Di mana-mana Danpol selalu berada di dekat mereka berdua.

Danpol mengamati wajah Firda, wajahnya terlihat usai menangis. "Kamu habis nangis?"

Firda menggeleng cepat. "Siap tidak, Pol."

"Jangan bohong!"

Dua Junior Danpol itu menelan ludah dengan susah payah, Firda tidak bisa mengelak, memang dia habis menangis.

"Siap iya, saya habis menangis," jujur Firda.

"Kalian kembali ke kelas."

"Siap terimakasih, Pol. Selamat siang!" serempak Firda dan Yaya.

Seperti biasa, mereka harus hormat dengan Danpol. Allah hari ini bersama mereka berdua, mereka berdua akhirnya bisa lepas dari aungan harimau.

Firda kembali ke bangkunya, Yaya juga kembali ke bangkunya sendiri.

"Loh, Mbar? Kamu habis nangis?" Lili mempersuguhkan sebuah pertanyaan untuk Firda, sebelum bokong Firda menduduki kursinya itu.

"Tumben manggil, Mbar lagi?"

"Uhh, Pirda sayang, Mbarku sayang."

"Sekalian panggil gini, 'Uh, istri keduanya Jungkook.', sekalian gitu," request Firda.

Lili tertawa renyah dan menjitak dahi Firda. Firda sudah bisa melepas senyumannya itu, ia berusaha membuang rasa galau itu. Dia harus bisa menjalani getar-getir dunia ini.

Continue Reading

You'll Also Like

46.7K 1.3K 39
Gue kira dia bakal bosen sama sikap gue,ternyata dia malah suka sama sikap gue yang apa adanya.lo tau?dialah pria yang buat gue jadi diri gue sendiri...
16.8M 730K 42
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
6K 248 13
Seorang istri yang tidak dianggap keberadaan nya oleh sang suami, sang suami yang lebih mencintai kekasihnya, membuat sang wanita harus bersabar akan...
717 56 20
JANGAN LUPA FOLLOW DULU YA GUYS!!! Buat support aku☺️ Bukan tidak mungkin seorang wanita berjuang demi membela negerinya.Sebagai seorang muslimah sej...