Confusing {HyunLix}

By hjlixie

16.1K 1.7K 538

Punya pacar kaya Hyunjin itu bikin Felix bingung sendiri Hyunlix area BxB/ BoysLove/ BL / AU Bahasa amburadul... More

introduction
uno
dos
cuatro
cinco
seis
siete
ocho

Tres

1.4K 183 46
By hjlixie

"Pokoknya aku mau pergi hari ini!"

Sejak pagi, kediaman keluarga Lee sudah diisi dengan seruan keras kepala dari si bungsu. Sedangkan yang sulung tampak diam saja, tidak terlalu mempedulikan seruan adiknya.

"Kak Minho~"

"...."

"Kak Minho~ Kakak ganteng deh"

"Makasih" sahut Minho tanpa mengalihkan tatapannya dari televisi.

Felix semakin merapatkan tubuhnya pada Minho, menatap sisi wajah kakaknya berbinar.

"Berarti kakak kasih izin aku 'kan?"

Minho menoleh dengan wajah datar. "Engga Lix. Pokoknya kamu istirahat di rumah!"

Minho berucap tegas, kemudian mengalihkan pandangannya ke televisi lagi. Takut jika tatapan memelas Felix akan membuatnya luluh.

"Pelit! Kak Minho jahat!"

"Ini juga buat kebaikan kamu, dek"

"Bodo! Kak Minho jahat pokoknya!" Felix mendorong tubuh Minho hingga hampir terjungkal ke lantai.

"Lixie, kaki kamu terkilir 'kan? Ke kamar aja harus dipapah, gimana mau jalan sama Hyunjin?"

"Hyunjin 'kan kuat, pasti bisa gendong aku"

Minho menggeleng tidak percaya. Ia masih tidak mempercayai Hyunjin walaupun lelaki Hwang itu sudah menjadi pacar adiknya selama satu tahun setengah.

Bagaimana Minho bisa mempercayai pria kelebihan bibir itu jika saat mendengar Felix menabrak sepeda dia malah memarahi kekasihnya? Mengatakan Felix ceroboh, tidak sayang diri.

Oke, Felix memang salah karena ceroboh, tapi tidakkah ia memiliki niat untuk menemui Felix untuk sekedar mengecek keadaannya? Kekasih macam apa Hwang Hyunjin ini.

Yang Minho tau, Hyunjin itu pria berwatak dingin dan kasar. Minho harus menjauhkannya dari Felix, tapi bagaimana? Felix sendiri masih menyayangi Hyunjin walaupun sering di marahi. Minho jadi tidak tega memisahkan mereka, karena takut adiknya akan menangis.

"Malah bengong!" seruan Felix menyadarkan Minho.

"Yaudah, sana coba tanya Hyunjin-mu itu, mau gak dia gendong kamu hari ini? Kakak sih gak yakin dia bakalan mau" sinis Minho.

Felix mendelik sebal lalu mulai menghubungi Hyunjin. Sebenarnya dia sedikit takut, karena terakhir mereka komunikasi Hyunjin memarahinya. Apakah sekarang ia akan dimarahi lagi?

"Hallo?"

"Ha- Hallo Hyunjin.." cicit Felix.

"Ada apa?"

"Kita.. Jadi jalan 'kan sekarang?"

"....."

Felix menunggu jawaban Hyunjin dengan bibir bawah yang digigit. Wajahnya tampak gugup dan itu tidak lepas dari tatapan Minho.

"Hyunjin..?"

"Gak jadi" sahut Hyunjin dari seberang, membuat Felix merasakan sendi tubuhnya lemas seketika.

"Kenapa? Kan Hyunjin udah janji~" rengek Felix.

"Itu hukuman lo karena ga hati-hati"

"Hyunjin kok gituu? Felix gak sengaja-"

"Gak bisa. Lo stay dirumah, gak boleh kemana-mana!" suara Hyunjin mulai tegas. Sip, Felix tidak bisa lagi membantah.

"Trus.. Hyunjin gak ada niat main kesini, gitu?" cicit Felix lagi.

Terdengar helaan nafas dari sana.

"Gak bisa Fel. Gue sibuk karna dimintai tolong sama dosen Park. Udah ya, awas jangan nambah penyakit"

Nada tanda panggilan terputus menggema ditelinga Felix. Lelaki manis itu menjauhkan ponsel dari telinganya dengan wajah lesu.

"Gimana? Hyunjin pasti mau" ledek Minho.

"Diam ih!" seru Felix kesal. Setelah melempar Minho dengan bantal sofa tepat di depan wajah, Felix beranjak menuju kamarnya dengan langkah tertatih.

"Harusnya kamu putusin aja Hyunjin-nya Fel. Dia gak sayang kamu"

Felix membalikkan badan dengan wajah kesal. Namun, detik berikutnya rautnya berubah sedih. Mata berkaca-kaca, hidung mulai memerah, bibir bergetar pelan membuat Minho terkesiap.

Ia sadar, ia salah bicara.

"Hks.. Felix.. tau kok... Kenapa.. harus kakak bilang-"

"Eh, Fel.. Gak gitu maksud-"

"Diam! Gak ada yang sayang sama Felix! Kak Minho, Hyunjin-ie juga!" Felix melanjutkan langkahnya sambil terisak.

Minho hanya memperhatikan dari tempat duduk. Mungkin Felix butuh waktu sendiri, begitu pikirnya.

Sulung dari keluarga Lee itu menghembuskan nafas, otaknya sibuk memikirkan sesuatu. Tatapan matanya meredup seiring dengan semakin mantapnya sebuah keputusan yang diambil oleh otaknya.

Hyunjin harus mengakhiri hubungannya dengan Felix. Ini bukan permintaan tapi perintah.

Persetan!

Semua sikap kekasih adiknya sudah menjelaskan bahwa dia tidak serius menyayangi adiknya. Untuk apa Felix memiliki kekasih jika dirinya lebih pintar membahagiakan adiknya itu.

Setelah bermain di ponsel selama sepuluh menit, Minho beranjak dari duduknya karena jadwal kuliahnya sudah menunggu. Saat melangkah menuju kamar Felix, bel pintu utama rumah tersebut berbunyi. Minho berbalik kearah pintu utama.

"Ngapain lo kesini?" ketus Minho setelah mengetahui siapa tamunya.

"Yang jelas bukan buat ketemu lo"

Minho menahan diri untuk tidak menonjok bibir dower dihadapannya itu.

Nah, tamunya adalah Hyunjin yang beberapa menit lalu membuat adiknya merajuk.

Oh, Minho tidak sadar jika dia juga termasuk pelaku yang membuat Felix merajuk. Pokoknya yang salah dimatanya itu hanya Hyunjin, dia sebagai kakak merasa tidak bersalah. Orang tampan bebas, begitu prinsip si sulung Lee.

Iya, Hyunjin jelek dimatanya. Sudah jelek kasar pula. Seperti keset kaki yang diinjak Hyunjin sekarang.

"Buat ketemu Felix lo harus izin gue dulu" sahut Minho.

"Buang-buang waktu aja"

"Lo sadar gak sih lagi ngomong sama siapa?!" Minho mulai emosi. Manusia kelebihan bibir dengan ekspresi datar itu mengundang sekali untuk diajak baku hantam.

"Sadar. Udah ya, gue mau ketemu pacar gue"

Hyunjin menerobos masuk, tidak peduli dengan Minho yang terdorong beberapa langkah akibat terobosannya.

"Putusin dia"

Ucapan Minho sukses menahan langkah Hyunjin. Pemuda Hwang itu menoleh dengan tatapan tajamnya, tidak terima dengan ucapan Minho.

"Adek gue gak cocok lo jadiin mainan. Gak cocok buat lo jadiin pelampias kemarahan, jadi tolong tinggalin dia selagi gue suruh baik-baik"

Hyunjin mendengus.

"Ngedrama lo" sahutnya kemudian melangkah kembali ke lantai dua untuk menemui Felix.

Minho menghembuskan nafas kasar. Dia tidak akan menyerah untuk memisahkan keduanya. Ini demi kebahagiaan Felix, walaupun pada akhirnya sang adik akan membencinya.

Sementara itu Felix menyibukkan diri dengan game di ponselnya, menelungkup dibawah balutan selimut yang tebal menyisakan kepalanya diluar selimut. Sesekali ia berdecih pelan, gumaman mengomel mengisi kamar tersebut.

Kakinya bergerak menghentak, mengekspresikan kekesalannya.

Semua itu tidak lepas dari pandangan Hyunjin yang sudah masuk ke kamar si manis. Berdiri mematung, memandangi kekasihnya yang sibuk dengan dunianya sendiri.

Hyunjin mendekati buntalan selimut itu kemudian mengusap surai soft-purple tersebut dengan perlahan. Felix tentu saja terkejut dan langsung mendongak. Kelopak matanya melebar, seketika lupa dengan game hingga layar ponsel itu menampilkan tulisan "You Lost" yang menyebalkan.

Felix tidak peduli lagi.

"Hyunjin?" ucapnya bingung. Apakah ia sedang berhalusinasi? Bukankah Hyunjin bilang ia sibuk mengerjakan tugas dari dosen Park?

Felix mengubah posisinya menjadi duduk, membiarkan Hyunjin ikut duduk di tepi ranjang. Kepala cantik itu sibuk memikirkan apa alasan Hyunjin menemuinya? Apakah ia benar-benar akan dimarahi?

"Gimana kakinya?"

"Hah? Eh.. Masih sakit sih" sahut Felix, mencicit.

Hyunjin mengusap pergelangan kaki kanan Felix yang menjadi korban karena kecerobohan cowok manis itu sendiri. Terkilir dan sekarang sedikit membengkak.

Felix sedikit meremang menerima usapan di kakinya, hingga membuatnya terdiam kaku sambil mengamati tangan besar Hyunjin yang masih mengusap lembut.

"Lain kali hati-hati ya. Masa sepeda sebesar itu malah gak kelihatan"

Hyunjin mengomel, tapi nadanya terlalu lembut. Kan Felix jadi bingung harus bereaksi bagaimana.

"Maaf" jadi hanya itu yang terucap dari bibirnya.

Hyunjin menatap Felix dengan tatapan datarnya namun tanpa aura dingin. Entahlah, Hyunjin itu sangat membingungkan.

"Fel"

Pandangan Felix beralih kearah pintu kamar. Disana ada sosok Minho yang sedang menatap tak suka pada tangan Hyunjin, sementara itu si pemilik tangan tidak menoleh sedikitpun pada Minho.

"Kakak kuliah dulu ya. Jangan biarin kamu di grepe sama buaya"

Fekix tersenyum kecil. "Hehehe iya kak. Hati-hati ya"

Minho mengangguk kemudian kembali menutup pintu.

"Udah makan belum? Gue bawa chicken nih"

"Chicken mulu, mau bikin aku gendut ya?" protes Felix dengan nada bercanda.

"Iya, soalnya lo kurus banget sekarang. Tirus" sahut Hyunjin sambil membuka bungkusan yang ia bawa tadi.

Felix merengut. "Tapi cowok bakalan semakin ganteng kalo tirus"

"Lo... Ganteng?"

"KAN FELIX COWOK! JADI HARUS GANTENG!" seru Felix kesal.

Hyunjin malah tertawa.

"Lo cantik, itu menurut gue" sahut Hyunjin. Ia menyodorkan sepotong ayam ke mulut Felix namun si manis malah meraihnya. Beruntung Hyunjin menghindari jangkauan tersebut.

"Biar gue suapin"

"Hyunjin, yang sakit itu kaki aku, bukan tangan" protes Felix.

"Gue gak mau tangan lo berminyak. Udah, terima aja suapan dari oramg ganteng"

Malas lanjut berdebat, Felix membuka mulutnya menerima suapan dari Hyunjin.

"Good boy" pujinya lalu mencubit pelan pipi Felix dengan tangan yang tidak digunakan untuk memegang ayam.

"Tadi katanya ada tugas dari dosen Park" ucap Felix dengan nada menuntut penjelasan.

"Kalo gak dibohongin, lo bakal merengek di telepon tanpa akhir" sahut Hyunjin.

"Aku gak merengek ya"

"Gak merengek, tapi udah hampir nangis"

"Gak! Hyunjin sok tau!"

"Gue emang tau" Hyunjin kembali menyuapkan ayam sebelum Felix sempat menyangkal.

Dan debatan mereka berakhir sampai disana, Felix tidak berniat menyangkal lagi.

Setelah menghabiskan ayam yang dibeli Hyunjin, sepasang kekasih itu berahir cuddle di ranjang Felix. Si manis tentu saja senang, jarang-jarang Hyunjin mau seperti ini.

"Hyunjin"

"Hm?"

"Boleh nanya?" nada bicara Felix terdengar ragu.

"Iya, tanya aja" sahut Hyunjin. Ia asyik memainkan rambut Felix yang terasa halus kemudian menduselkan wajahnya di leher Felix. Aroma pacarnya itu seperti bayi, Hyunjin jadi gemas.

"Hyunjin sayang Felix... gak?"

Gerakan Hyunjin terhenti, dan Felix sudah bersiap menerima amarah dari Hyunjin jika sekiranya pemuda Hwang itu marah.

"Ya pasti sayang lah" sahut Hyunjin diluar dugaan, lalu kembali mendusel.

"Beneran?" tanya Felix.

"Kenapa nanya gitu?" Hyunjin balik bertanya.

"Hm..." Felix bergumam, mencari alasan yang tepat untuk pertanyaan yang ia ajukan tadi.

"Udah, gue tau apa alasannya"

Felix dibuat takjub. Bahkan ia sendiri belum mengetahui atas dasar apa ia menanyakan itu, tapi Hyunjin sudah tau? Wah pacarnya benar-benar pintar.

"Lo nanya gitu pasti gara-gara Minho"

Felix terdiam. Benarkah?

Tapi Hyunjin ada benarnya. Ia memikirkan itu memang karena ucapan Minho tadi, tapi ada alasan lain yang membuatnya menanyakan itu.

"Kak Minho salah satunya. Dan aku juga mikirin sesuatu" ujar Felix.

"Apa?"

"Hyunjin... Gak keliatan tulus sayang sama Felix"

Ucapan itu meluncur bebas dari mulut Felix mengakibatkan Hyunjin terdiam dengan ekspresi datarnya. Felix tau ucapannya keterlaluan tapi ia butuh kejelasan dari pacarnya.

"Fel, gue gak gitu- Maksudnya gue gak kaya' yang lo pikirin"

"Lo tau 'kan kalau gue susah buat mengekspresikan rasa sayang gue ke seseorang? Gue udah ngasi tau lo dari awal kita pacaran, gue bukan orang yang gampang berperilaku manis"

Felix tau itu dan Hyunjin memang sudah memberitahunya saat Felix menerimanya menjadi kekasih. Saat itu ia memang tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi sekarang...

"Lo mau minta putus?"

Felix tersentak mendengar pertanyaan Hyunjin yang lebih terdengar seperti menebak.

Ia menoleh cepat kearah Hyunjin yang sedang menatapnya intens. Felix jadi gugup sendiri.

"G- Gak gitu kok.. Kan Felix cuman nanya"

Bisa Felix dengar hembusan nafas lega dari Hyunjin. Tubuhnya direngkuh oleh Hyunjin, menyembunyikan wajah Felix di dadanya.

"Jangan minta putus ya, gue gak mau" bisik Hyunjin yang terdengar seperti merengek.

Felix tersenyum manis lalu mengusap punggung tegap tersebut.

"Iya, Hyunjin tenang aja"

"Gue sayang lo, Lee Felix"

Hanya dengan mendengar kalimat itu, Felix sudah merasa lega. Ia mempercayai Hyunjin.

"Felix juga sayang Hyunjin" jawab Felix diantara senyum yang tidak bisa ia sangkal. Setelah terkekeh sebentar, ia mengecup pipi mulus Hyunjin kilat kemudian kembali menenggelamkan wajahnya di dada Hyunjin.

Sial, dia malu sekali!

.

.

.

.

.

Setelah ucapan sayang dari Hyunjin, tidak ada yang berubah. Pemuda Hwang itu tetap menjadi pribadi yang cuek dan dingin, dan sedikit manis jika bersama Felix.

Hyunjin juga menepati janjinya membawa Felix jalan-jalan, tentu saja setelah kaki Felix sembuh. Minho seperti melupakan niatnya untuk menjauhkan adiknya dari Hyunjin setelah Felix menceritakan bahwa hari itu Hyunjin memeluknya seharian dan sesekali memberinya ciuman di sekitar wajah.

Untuk saat ini biarkan adiknya bahagia dulu.

"Lix, pulang kuliah main yuk" ajak Jisung saat mereka istirahat di kantin.

"Boleh. Main kemana?" tanya Felix antusias.

"Game center" sahut Seungmin.

"Mauuu!!" seru Felix semangat.

Cowok manis itu memang sangat mencintai apapun yang berkaitan dengan game dan tantangan. Ia sudah berkali-kali membujuk Hyunjin ataupun Minho agar bisa pergi ke game center, tapi entah kenapa dua-duanya menolak.

"Hyunjin udah izin belum?" tanya Jisung.

"Pasti diizinin. Kan pergi sama kalian" jawab Felix yakin.

"Gue gak yakin sih" sahut Seungmin.

"Seungmin kok matahin semangat gitu" gerutu Felix.

"Yah, secara gue pernah bikin kesalahan" Seungmin mengedikkan bahu.

"Gak! Itu bukan salah Seungmin, itu salah Felix kok. Nanti kalau Hyunjin gak ngebolehin, Felix cium aja. Pasti di izinin" Felix tampak yakin sekali.

"Okeee" sahut Jisung dan Seungmin. Felix tersenyum senang. Bayangan bermacam game memenuhi pikirannya membuat Felix semakin tidak sabar untuk segera pergi kesana.

.

.

.

"Hyunjin"

Si pemilik nama hanya berdehem menanggapi panggilan tersebut.

"Dosen Park nyuruh aku buat bantuin kamu ngerjain tugas yang dia kasi ke kamu itu"

Hyunjin mendongak, mengalihkan pandangannya dari buku yang ia baca. Wajah cantik seorang mahasiswi -yang sayangnya tidak membuatnya tertarik- tertangkap oleh retinanya.

"Gak perlu, gue bisa sendiri"

Hyunjin kembali menunduk untuk melanjutkan bacaannya.

Heejin, gadis itu mendudukkan tubuhnya di samping Hyunjin.

"Tapi aku dimintai buat bantu kamu"

"Bilang gue gak butuh bantuan"

"Tapi-"

"Heejin" potong Hyunjin. Ia menutup bukunya, tidak berselera lagi untuk membaca. Mata tajamnya menatap Heejin lekat-lekat.

"Gue bilang, gue bisa sendiri. Gue harap lo paham maksud gue"

Heejin balas menatap Hyunjin dengan berani.

"Tapi aku dimintai Dosen Park. Gimana kalau dia marah ke aku, disangka aku gak mau bantuin kamu?"

"Cukup sampain ke dia kalau gue gak butuh bantuan-"

"Kamu yakin bisa ngumpulin dan nyusun sendiri semua tugas dari kelas A sampai F?" potong Heejin.

Hyunjin tidak langsung menjawab.

Memang, itulah tugas yang diberikan Dosen Park kepadanya. Mengumpulkan tugas yang berkaitan dengan mata kuliahnya dari kelas A sampai F, lalu disusun berdasarkan kelompok dan sesuai kelasnya.

Dan Dosen tersebut memberinya waktu dua minggu, sementara Hyunjin juga harus mengerjakan tugasnya yang tidak bisa dianggap mudah.

"Aku bantu, oke?"

Hyunjin menoleh kembali ke arah Heejin lalu mendengus malas.

"Terserah"

Jawaban Hyunjin membuat gadis itu tersenyum senang.

"Nanti selesai kuliah kita bahas lagi ya. Aku tunggu"

Setelah berucap seperti itu, Heejin beranjak pergi. Meninggalkan Hyunjin yang sudah merotasikan bola matanya malas.

Tangannya di bawa menuju rambut dan mengacak surainya yang mulai memanjang. Dalam hati ia menyumpahi Dosen Park yang seenaknya memberi perintah. Tau begini ia tidak akan mau dimintai tolong, mungkin ia akan menyuruh Sanha untuk menggantikannya.

Ah, sudahlah. Hyunjin hanya bisa berharap semua ini akan berlalu dengan cepat.

.

.

.

.

.

Felix berjalan semangat menuju fakultas Hyunjin yang hanya berjarak beberapa gedung dari fakultasnya. Senyum manisnya tidak lepas saat beberapa orang menyapa dan menegurnya.

Tentu saja ia dikenali, itu semua gara-gara Hyunjin yang dengan tidak tau malunya mengumumkan tentang hubungan mereka.

Kakinya berhenti melangkah setelah sampai di depan gedung fakultas tempat Hyunjin berada. Mata kucingnya menangkap sosok Hyunjin yang sedang menuruni tangga sambil menyibak poni. View yang membuat Felix sempat menahan nafas beberapa saat.

Baru saja Felix membuka mulut untuk memanggil Hyunjin, seorang gadis tampak mendekati pacarnya. Felix terdiam, mengurungkan niatnya dan menatap keduanya dalam diam.

Heejin tampak berbicara sejenak dengan Hyunjin kemudian menggandeng lengan si pemuda Hwang. Yang membuat otak Felix berpikir adalah kenapa Hyunjin tidak mencoba melepaskan gandengan itu, malah terkesan membiarkan dan menikmati.

Felix saja tidak pernah bergelayut manja seperti itu pada Hyunjin.

Felix menggeleng kuat, mencoba menepis pikiran buruk tersebut. Ia yakin Hyunjin tidak seperti apa yang di pikirkannya.

Ia merogoh ponsel, lalu menghubungi Hyunjin. Matanya masih mengamati dua sosok yang sedang berjalan tanpa menyadari keberadaan si manis.

"Hallo?"

"Hyunjin, lagi dimana?"

"....Di perpus. Kenapa?"

Bohong.

"Eung.. Felix diajak Seungmin sama Jisung, boleh?"

"Kemana?"

"Game center. Boleh ya?"

"Gak"

Felix langsung merengut masih dengan tatapan terarah pada Hyunjin.

"Kenapa?"

"Hyunjin-"

Dari tempatnya berdiri Felix bisa melihat Hyunjin yang langsung menyuruh gadis disampingnya itu diam. Apa-apaan itu?

"Hyunjin lagi sama siapa?"

"Huh? Gue sendirian kok"

"O- Oh.." Felix tersenyum pahit. Jelas-jelas ia sedang bersama seorang gadis.

Hyunjin tidak jujur padanya.

"Felix pergi ya. Hyunjin tenang aja, ada Seungmin sama Jisung kok. Hyunjin lanjut aja sama kerjaannya"

"Lee Felix-"

"Makasih Hyunjin!" Felix menutup panggilannya setelah mengucapkan terima kasih dengan nada riangnya.

Tanpa menoleh kearah Hyunjin lagi, ia melangkah meninggalkan fakultas tersebut.

"Lho Fel, Hyunjin mana?" seseorang menegurnya, membuat Felix mau tak mau menghentikan langkahnya.

"Uh.. lagi ada urusan. Lagian Felix cuman mau minta izin kok, hehehe" jawab Felix sambil menyengir.

"Oh gitu. Baik banget sih lo, kemana-mana minta izin dulu" ujar pria bertubuh pendek namun berotot itu.

"Apa sih Kak Changbin. Kan itu wajar, biar Hyunjin gak pusing nyariin aku nanti" jawab Felix. 

Plus gak marah-marah juga, tambahnya dalam hati.

Changbin mengangguk mengerti sambil tersenyum.

"Makanya gue bilang, lo itu baik banget"

Felix hanya tertawa pelan.

"Kalau gitu Felix pergi dulu ya Kak. Udah ditungguin Jisung sama Seungmin soalnya"

"Oke, hati-hati ya. Jangan luka lagi, soalnya bukan cuman Hyunjin yang panik tapi gue juga"

Felix tertawa mendengar gombalan ringan dari Changbin.

"Makanya kakak cari pacar deh, biar ada yang di khawatirin"

"Cariin dong"

"Nanti deh, aku kenalin sama Seungmin"

"Gak jadi ah, makasih"

Felix tertawa, Changbin juga. Felix tau sekali jika Changbin sangat menghindari Seungmin karena sahabatnya itu galak. Changbin pernah di gebrak oleh Seungmin saat melihat pemuda Seo itu menggusak rambut Felix. Sementara saat itu Hyunjin sedang tidak bersama mereka dan parahnya Seungmin tidak tau jika Changbin itu sahabatnya Hyunjin.

"Aku pergi ya kak"

"Iya, hati-hati"

Felix mengangguk dan benar-benar pergi dari hadapan Changbin. Pemuda Seo tersebut melanjutkan langkahnya dan beberapa saat kemudian ia mengernyit bingung.

Ia melihat Hyunjin sedang bersama Heejin, gadis populer di fakultasnya dan Hyunjin. Mereka tampak sedang membahas sesuatu, asyik sekali.

"Apa Felix beneran minta izin ke Hyunjin?" gumam Changbin.

.

.

.

"Gimana Fel?"

"Boleh kok, diizinin dong" jawab Felix dengan raut bangganya. Seungmin dan Jisung menghembuskan nafas lega lalu tersenyum senang.

"Yuk"

Felix berjalan diantara Jisung dan Seungmin. Karena ia memiliki tubuh paling pendek diantara mereka bertiga, Seungmin dan Jisung dengan mudah merangkulnya.

Si bungsu Lee juga tidak memprotes, malah senang karena ia seperti dilindungi oleh sahabatnya.

Lupakan masalah Hyunjin, ada hal menyenangkan yang menantinya di game center. Impiannya selama ini akan terwujud sebentar lagi.






































































27-06-2020

hjlixie

suka sekali mendusel oknum Hwang Dower Hyunjin ini🙂

felix jadi ketularan :"

Continue Reading

You'll Also Like

426K 34.4K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
114K 8.2K 53
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
286K 22.2K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
35.5K 3K 67
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...