when i met the son of aphrodi...

By SAMUDERASA

5.6K 870 126

❝Dont you know you've pulled me into your soul?❞ Markhyuck Alternative Universe, greek gods and goddesses. wr... More

ένα
δύο
τρία
permisi
πέντε
έξι
επτά
οκτώ
εννέα

τέσσερα

580 104 16
By SAMUDERASA

Pesta ulang tahun keturunan terakhir dewi Aphrodite, Dongsook, berjalan dengan lancar. Dimulai dari makan malam pembuka dan pemberian hadiah telah selesai, kini hanya tinggal satu hal lagi sebelum semuanya berakhir.

"Baiklah, tidak perlu terburu-buru, sayang. Perlihatkan kepada kami apa yang kau punya, Dongsook." Aphrodite berbicara dengan nada tenang.

Didepan meja makan besar sana, Dongsook berdiri mengenakan mahkota bunga buatan tangan Madeline si keturunan kesepuluh. Ia tampak manis dengan mata bulatnya menatap satu persatu saudarinya. Aphrodite membuat peraturan, bahwa setiap ulang tahun anak anaknya yang ke-17, mereka diizinkan untuk menunjukkan dan memakai kelebihan yang dimilikinya masing-masing (mereka telah memiliki hal itu sedari lahir, namun baru diizinkan saat usianya cukup dewasa). Dan Dongsook adalah yang terakhir.

Jika saudari-saudara lainnya tampak senang diberikan kesempatan untuk menunjukkan-nya kelebihan mereka, Dongsook mungkin berbeda. Gadis itu sedikit takut akan kemampuan yang ia memiliki.

"Adik, apa kau baik-baik saja?" Nyx, keturunan urutan ke empat belas membuka suaran setelah Donghyuck mengisyaratkan untuk bertanya apakah Dongsook baik-baik saja. Mengapa tidak donghyuck yang bertanya sendiri?

Terkadang terlalu banyak berbuat baik membuat saudari-saudari lainnya merasa jengah dengannya. Mereka akan menatap Donghyuck tajam tidak henti dan berbisik-bisik. Yang donghyuck lakukan? Ia terlalu lelah dan tak peduli dengan kebodohan saudari-saudarinya itu.

"A-aku belum pernah mencobanya sendirian. Aku takut tidak bisa mengendalikannya." Dongsook berbicara dengan terbata-bata. Jelas sekali gadis itu takut.

Dewi Aphrodite tertawa pelan, ia membelai halus rambut emas milik Dongsook. Ah iya, ukuran tubuh dewi itu telah seukuran dengan tubuh manusia senormalnya. Ia tidak mungkin bertemu keturunan-nya dengan ukuran tubuh asli seorang dewi. Sangat besar.

"Ukuran tubuhku memang mengecil namun tidak berarti kekuatanku untuk mengendalikan apapun melemah, Dongsook." Suaranya mendengung berputaran di kepala Dongsook sendiri. Itu adalah tanda jika Aphrodite sedang berbicara menuju dongsook. Biasanya anak- anak lain tak dapat mendengarnya, kecuali Donghyuck.

"Terimakasih ibu akidalia."

Dongsook menghembuskan nafasnya perlahan, ia mulai memejamkan kedua matanya. Keningnya menciptakan garis kerutan, tanda ia sedang amat berkonsentrasi.

Donghyuck dan saudari lainnya tidak melepaskan pandang. Amat penasaran dengan apa yang dimiliki si bungsu.

Namun sudah lebih dari lima menit, belum ada yang terjadi pada tubuh Dongsook. Biasanya mereka akan mencium wangi kelebihannya atau energi asli tubuhnya yang menusuk hidung. Namun malam ini mereka mencium sesuatu yang lain.

Energi pekat kehadiran dewa lain.

Hidung mereka mengkerut merasakan bau keruh dari dewa asing. Ia mulai melirik satu sama lain dengan raut panik. Sebelum saudari-saudari lain mulai mengoceh dewi Aphrodite menghentikan Dongsook dengan menjentikan jari. "Cukup." Ucapnya.

Dongsook membuka kedua matanya, ia memandang takut Ibunya yang kini memandang satu per satu keturunannya. Terlihat jelas dewi cinta itu terkejut marah.

'Sial!'

Donghyuck memeguk nektarnya, ia harus terlihat setenang mungkin dan pura-pura tidak mengetahui apa yang tengah terjadi— walau tidak berguna. Ia merutuki kelebihan yang dimiliki Dongsook. Sial. Siapa yang menyangka bahwa Dongsook dapat memudarkan kekuatan sihirnya dengan cepat.

"Apa kalian menyembunyikan sesuatu?" Aphrodite mulai bertanya, kali ini nada suaranya terdengar memenuhi ruangan besar itu. Pertanda ia tengah berbicara kepada semua yang berada diruangan tersebut.

Tidak ada yang berani menyahuti Aphrodite.

Tentu, mereka terlampau bingung untuk menjawab. Tak terkecuali Olivia, ia memang menyembunyikan seorang manusia darah murni dikamar tidur. Namun energi yang tercium adalah energi dewa asing yang setara dengan Aphrodite.

"Ibu, apa Dongsook dapat memancing dewa-dewi lain datang ke istana?" Calesthane si keturunan ke sembilan perlahan, ia berucap hati-hati pada Aphrodite.

"Tidak, ia berhasil menghapus kekuatan seseorang yang menyembunyikan." Ucapnya pelan namun tajam pada pendengaran Donghyuck.

Ia melirik sekilas Donghyuck sebelum pergi dari ruangan, mencari dewa asing yang tercium itu. Diikuti oleh pengawal istana yang segera berlari menyusul langkah besar Aphrodite.

Gadis-gadis keturunan Aphrodite itu segera menghambur menyudahi pesta, beberapa dari mereka menghampiri Dongsook, mengantarkan gadis tersebut kekamar tidur. Lainnya merapihkan meja makan sambil berbisik-bisik.

Donghyuck sedikit takut mengingat raut wajah sang ibu tadi. Sebisa mungkin ia menenangkan detak jantungnya. Namun panggilan dari Olivia membuat jantungnya berdetak semakin keras dan terkejut.

"Donghyuck."

"Ah, ya kakak?" Ia menoleh kearah wajah Olivia. Terlihat raut Olivia yang meminta penjelasan darinya.

"Aku tidak tahu kamu bertindak selancang itu." Ia menyipitkan matanya, pandangannya terlihat sama seperti saudari lain memandang Donghyuck tidak suka.

Ia menghembuskan nafas setelah Olivia melontar kalimat

"Kau tidak mengerti, aku tidak berniat bertindak selancang itu.." Donghyuck berucap amat pelan, takut-takut saudari lain mendengar percakapannya dengan Olivia. "..Tapi aku harus?"

"Aku memang tidak mengerti apa yang terjadi padamu. Tapi aku kecewa kau membohongiku." Kalimat terakhir Olivia membuat isi perut Donghyuck seperti akan meluap naik keatas.

Saudarinya ini benar-benar gila.

"Kakak aku minta maaf telah membohongimu-"

"-Apa kau tidak mencintaiku? Mengapa kau begitu tega dengan kakakmu yang baik ini, Hyuckie?" lirihan Olivia memotong ucapan Donghyuck. Sebisa mungkin Donghyuck menahan diri agar tidak memukul saudarinya.

"Apa yang kau sembunyikan hingga membohongiku seperti ini? Donghyuck, jawab aku!" Ia terus mengguncang bahu sang adik. Tidak paham bahwa Donghyuck lelah terhadapnya.

"Aku minta maaf, oke? Aku akan menebus kesalahanku esok pagi. Sekarang tolong biarkan aku tidur!" Donghyuck menahan erangan frustasinya.

Dengan itu Olivia mengangguk, ia mendekatkan diri pada sang adik lalu mengecup pelan pipi Donghyuck. "Esok pagi, itu adalah janji." Ucapnya pelan sebelum meninggalkan Donghyuck.

——

Glasgow, Scotland.

"Tidak ada yang bisa menjamin, tuan. Kami akan melakukan semaksimal mungkin untuk menarik kembali Tuan muda Mark Lee dari bilik yang sama."

"Itu kewajibanmu! Jika kau tidak dapat mengembalikan sepupuku aku akan membunuh atasanmu!" Bentak Johnny menunjuk Doyoung.

Setengah jam setelah tubuh Mark tertelan didalam mesin kapsul waktu. Keadaan menjadi menegangkan saat Johnny datang membawa tinjuan keras pada Doyoung. Semua orang di lab berusaha keras membongkar mesin kapsul waktu itu, namun setelah pintu masuk kapsul waktu terbuka yang ditemukan adalah pistol dessert eagle milik Mark. Pelurunya kosong.

Johnny nampak kecewa, ia beranjak keluar dari ruangan bersuasana keruh itu. Berniat mendinginkan kepalanya. Ia tidak bisa mendahulukan emosinya terus menerus. Sudah cukup meninju bajingan Kim Doyoung itu.

Ia berada di lobby gedung lab, mendudukan tubuhnya pada kursi disana. Mencari ponselnya didalam saku jas-nya, ia menghubungi seseorang.

"John? kau telah sampai di glasgow?"

Johnny menghela nafas sebentar sebelum menjawab, "Ya, telat."

"Telat?"

"Ten, kau benar pekerjaan kali ini amat berisiko. Seharusnya aku mendengarkanmu sebelum menyetujui Mark. Aku tidak pernah berpikir jika kedepannya akan berisiko seperti ini." Ia memelankan suaranya diakhir kalimat. Membuat istrinya diseberang panggilan sana panik.

"Apa yang terjadi dengan mark?!"

"Mesin kapsul waktunya rusak saat mark berada didalamnya. Doyoung dan lainnya telah membongkar kapsul waktu itu, namun Mark menghilang."

"John, apa aku harus kesana?"

"Tidak, tidak perlu. Esok adalah hari kelulusan Hendery 'kan? Kau tidak bisa meninggalkannya."

"Siapa bilang aku akan meninggalkannya? Aku akan kesana setelah acara kelulusan selesai. Lagipula hanya kelulusan sekolah dasar. Aku akan datang kesana,"

"Ten, aku bilang tidak perlu. Kau.. memangnya apa yang akan kau lakukan setelah disini? Menangisi hilangnya mark?"

"Bicaramu kasar sekali dengan istrimu! Kau lupa kalau aku lebih hebat dari Kim Doyoung?! Pokoknya aku akan datang!" Johnny meringis mendengar nada ketus Ten. Ia melupakan satu hal bahwa profesi Ten dan Doyoung tidak jauh berbeda. Bahkan istrinya itu lebih jenius daripada Doyoung.

"Aku akan datang, okay?"

Ia menghela nafas sebelum mengiyakan, "Okay, tapi tidak terburu-buru."

"Baik! aku tutup panggilannya--"

Johnny menjauhkan ponsel dari telinganya setelah mengakhiri hubungan, amarahnya mereda setelah berbicara dengan Ten. Ia kembali memasukkan ponselnya pada saku jas bertepatan dengan munculnya bayangan gelap seseorang membuatnya menengadahkan kepala.

Kim Doyoung tengah berdiri disana.

Johnny tertawa kecil memandang remeh, ia beranjak bangun sebelum membuka suara.

"Apa yang kau lakukan?"

Emosinya memang telah mereda, namun kalimat pedasnya tidak. Doyoung menghela nafas. "Aku ingin berbicara serius denganmu."

"..."

"Aku kira berkali-kali uji coba berhasil akan membuahkan keberhasilan di hari ini. Aku tidak pernah tahu jika mesin itu akan rusak di waktu tidak tepat. Kita akan memperbaiki mesin itu secepat mungkin. Aku bisa menjamin." Ia berbicara dengan lancar dan tertata. Membuat Johnny mengangguk paham diam-diam.

Begitu...

"Bawahanmu bilang tidak ada yang bisa menjamin."

"Aku bilang aku bisa menjamin. Aku adalah atasannya. Kau lebih percaya dengan kalimat panik bawahanku?"

Johnny mengangkat kedua bahunya tidak tahu, tidak ada yang bisa dipercayai disini.

"Aku akan bertanggung jawab mengembalikan sepupu-mu."

Ucapan doyoung tidak sepenuhinya ia percayai. Ia tidak ingin berharap pada pria didepannya.

"Apa rencanamu untuk mengembalikan sepupuku, Kim?"

——


Sinar matahari masuk dari celah jendela kamar menusuk kelopak mata yang tertutup. Donghyuck berdecak kesal saat kicauan burung terdengar jelas. Hembusan angin yang masuk kedalam kamarnya juga menggelitik tubuhnya. Suasana pagi yang menyebalkan. Membuat Donghyuck rela tak rela terbangun dari tidur nyenyaknya.

Ia meregangkan otot-otot pada tubuhnya sebelum beranjak bangun dari ranjang untuk membasuh wajahnya. Semalam ia tertidur amat terlambat. Fonghyuck berusaha menguping percakapan sang ibu dan peramal yang datang tadi malam setelah semua saudarinya terlelap. Namun Aphrodite mengetahui kehadirannya dan melemahkan pendengarannya hingga usahanya tidak membuahkan hasil.

Knock! Knock!

Ketukan pada pintu kamarnya membuat Donghyuck menyudahi kegiatannya. Ia berdiri didepan pintu kamarnya yang tertutup. Tidak berniat membuka setelah mengetahui siapa yang berdiri disana.

"Donghyuck? Apa kau masih tertidur?"

Donghyuck menggertakan giginya saat suara Olivia memasuki indra pendengarannya. Gadis gila itu selalu memusingkannya.

Ia melihat sekitarannya. Meraih pemanah dan anak panah yang disembunyikan dibawah ranjangnya. Donghyuck membuka jendelanya perlahan agar tidak menimbulkan suara, menyembulkan kepalanya keluar jendela. "Aman." Bisiknya pada diri sendiri.

"Donghyuck, bolehkah aku masuk kedalam?"

Donghyuck bergegas mengeluarkan tubuhnya dari jendela kamarnya tanpa suara. Ia tidak langsung terjatuh kebawah, ada tempat untuk kedua kakinya. Setelah berhasil keluar lewat jendela ia segera menjatuhkan tubuhnya kebawah.

Yes, dia berhasil keluar dari kamarnya.

"Oh, astaga! Tuan muda Donghyuck, selamat pagi!"

"Theía?! Bagaimana theía bisa disini?"

"Tentu saja aku disini, aku harus mengambil buah persik untuk sarapan kalian." Theía itu memperlihatkan keranjang yang berisi buah persik yang baru ia petik.

Donghyuck meringis lupa bahwa dibawahnya adalah taman yang memasuki kebun buah-buahan. "Begitu ya, kalau begitu boleh aku bawa beberapa persik untuk bekalku berpetualang pagi ini?" Tangan Donghyuck meraih beberapa beberapa buah persik dari keranjang Theía.

"Tentu, tuan muda."

"Theía baik sekali, aku jadi ingin berbincang-bincang banyak dengan theía. Sayang sekali waktuku sedikit." Bohong sekali, Donghyuck hanya mengalihkan perhatian sang theía dari tangannya yang hampir mengambil semua persik dikeranjang. Menyisakan satu buah persik yang jelek disana.

"Terimakasih buah-nya theía, aku pergi dulu!" Donghyuck melambaikan tangan setelahnya berlari kencang menuju hutan Aphrodite.

"Hati-hati tuan muda!"

Donghyuck tidak mendengar, ia sudah berlari amat jauh dari istana. Jika menebak Donghyuck memiliki keturunan vampir atau binatang buas atau apapun yang dapat berlari dengan amat cepat maka kau salah. Dia tidak memiliki sayap, maka dari itu ia melatih dirinya sendiri agar dapat berlari dengan cepat melebihi kecepatan saudari-saudarinya saat terbang dengan sayap mereka. Ia harus mengganti hal yang ia tidak punya dengan sesuatu yang sebanding.

Donghyuck mengetahui cerita dibalik luka punggungnya yang membuat ia adalah keturunan yang tidak memiliki sayap sendiri. Ia marah? tidak, lagipula larinya sudah dapat mengalahkan kecepatan terbang Aira si keturunan sulung Aphrodite. Donghyuck pikir itu bagus ia tidak memiliki sayap, dengan begitu punggungnya tidak berat. Membawa anak panah di punggung saja kadang Donghyuck mengeluh.

Donghyuck menghentikan langkahnya ketika sampai pada tempat yang sama. Tempat dimana dewa asing itu ditemukan tidak sadar dalam kotak raksasa aneh.

Kotak aneh itu masih berada disana, tergeletak dengan salah satu benda milik dewa asing itu. Donghyuck berlari kecil mendekati. Ia meraih benda kecil yang agak berat itu.

Bibirnya mengerucut bersamaan dengan dahinya yang mengkerut, ia menebak-nebak apa guna benda kecil ini.

"Kompas? Ah! Ini kompas!" Ia bersorak kegirangan mengingat nama benda tersebut. Ia pernah melihat gambar benda ini pada salah satu buku milik Roseanne yang diam-diam ia ambil.

Setelah puas mengamati benda tersebut, Donghyuck memasukkan kompasnya kedalam kantung anak panahnya. Tentu ia mencuri benda itu. Ia mengalihkan atensinya ke kotak raksasa itu. Dewa itu jelas berada didalam sana kemarin, sebelum ia berhasil keluar karena benda mengerikan yang Donghyuck buang kedalam kotak tersebut.

Namun anehnya benda mengerikan yang donghyuck maksud itu tidak ada didalam kotak itu. Donghyuck dengan pikiran ingin tahunya memang membahayakan. Keturunan Aphrodite itu melangkah pelan berniat masuk kedalam kotak raksasa itu, tubuh kecilnya terlihat pas masuk kedalam kotak tersebut.

Ia terlihat bingung setelah masuk kedalam kotak tersebut. Tidak terjadi apapun.

Namun beberapa saat kemudian dirinya tersentak terkejut saat tubuhnya terasa diremas kuat oleh sesuatu yang tak terlihat bertepatan dengan suara seseorang yang memanggil namanya.

"Donghyuck!"

when i met the son of aphrodite.

akidalia : nama lain aphrodite.

Continue Reading

You'll Also Like

42.5K 5.3K 25
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
44K 9.9K 116
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
736K 34.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
102K 7.4K 50
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote