BIDADARI & PENYAMAR

By Aalim48

12.7K 1.3K 218

GADIS ITU MENYAMAR AGAR BISA MENANGKAP BIDADARI More

PENGENALAN TOKOH
1 SAYEMBARA SASTRA SALOKA
2 DI BALAI KOTA
TANTANGAN SAYEMBARA
PULAU BAYANGAN
MELAWAN HARIMAU
PEDANG DARI GUSTI PUTRI
AWAL PENGEMBARAAN
MERPATI PUTIH & EBU GOGO
GARUDA WIRA

SEEKOR MERPATI PUTIH

1.4K 174 116
By Aalim48

Pramudhita memacu kudanya membelah rimbunnya belantara. Derap kaki kudanya pun seolah mengganggu hewan hewan kecil di rerumputan. Terpaksa menghindari lari sang kuda ataupun rela mati karena terinjak.

Beberapa burung nampak hinggap di dahan dahan pohon. Saling berkicau seolah tengah berbincang satu sama lain.
Tupai yang saling melompat berebut buah. Ayam hutan yang berkokok nyaring. Beberapa ekor kera juga nampak bergelantungan.
Kupu kupu  juga banyak beterbangan. Kawanan rusa juga terlihat sedang merumput. Sebenarnya terlalu banyak untuk disebutkan. Karena hutan memang memiliki segala macam satwa. Bahkan juga terdapat rahasia. Yah, mungkin saja.

Melihat itu semua, Pramudhita pun menarik tali kudanya agar berhenti.
Kuda itu pun meringkik dan berputar putar sejenak, sampai akhirnya pun berdiri tenang.

Hewan hewan yang berada disana berlari ketakutan saat melihat kedatangan Pramudhita. Yah, untung saja hewan hewan itu bukan hewan buas. Jika singa, harimau atau hewan buas lainnya, pastilah Pramudhita yang akan lari tunggang langgang.

"Kita istirahat disini sebentar ya? Kau juga butuh makan. Lihat, rumput rumput disini amat rimbun. Kau pasti suka"

Pramudhita menepuk nepuk pelan leher kudanya saat ia telah turun dari pelana.
Lalu ia sendiri menilisik tempat itu. Manatap berkeliling. Ia juga menghalangi matanya saat tak sengaja terkena sinar matahari yang menyilaukan. Sinar yang menembus celah celah dedaunan.

"Hari ini terik sekali. Kau pasti akan cepat lelah" ucap Pramudhita sembari mengusap kepala kudanya.

Lalu Pramudhita pun melihat pohon liar yang berbuah cukup lebat. Bahkan disana ia menemukan banyak tupai yang saling menyantap. Ia pun mulai memetik beberapa buah untuk mengganjal laparnya.
Memakannya dengan nikmat.

Namun tiba tiba ia dikagetkan oleh ringkikan kudanya yang nyaring. Ia berlari mendekat.

"Ada apa? Apa yang kau lihat?" Tanya Pramudhita. Ia terus menepuk nepuk leher kudanya agar tenang.

Lalu ia menoleh kearah semak belukar yang berada tak jauh darinya. Sebab kudanya itu terus saja menatap kearah sana dengan terus meringkik.

Ternyata ia melihat seekor merpati putih tengah berusaha melepaskan diri dari perangkap. Namun sayang, perangkap itu terlalu kuat. Sekuat apapun merpati itu mengerahkan tenaga, tetap saja ia gagal lagi.

Pramudhita berlari menghampiri merpati putih itu.

"Astaga. Kau terkena perangkap para pemburu ya? Aku akan melepaskanmu sebelum para pemburu itu datang" ucap Pramudhita.

Ia pun melepaskan merpati putih itu dan akhirnya berhasil. Ia meraih merpati itu lalu berdiri.
Lalu terpaku saat melihat sesuatu.

"Kau memakai cincin?" Pramudhita bertanya.

"Bagaimana kau bisa memiliki sebuah cincin? Apa kau peliharaan seseorang?" Tanyanya lagi.

Merpati putih itu amat cantik. Begitu putih dan berbulu sangat lebat. Memiliki paruh berwarna merah dan bola matanya sangat jernih.
Namun yang membuat Pramudhita terpaku adalah, karena merpati putih itu memakai sebuah cincin indah yang terselip di bulu bulu yang terdapat pada sayap kirinya.
Bahkan cincin itu akan berkilau jika terkena sinar matahari.

Pramudhita terus menatap merpati itu seraya mengusap usap bulunya. Sementara merpati itu juga menatapnya.
Pramudhita tersenyum. Amat sangat manis menurut merpati itu.

"Kau merpati yang sangat cantik. Kenapa bisa sampai kemari? Pemilikmu pasti sedang mencarimu.
Kau harus kembali padanya. Dan jangan sampai tertangkap pemburu lagi. Sekarang pergilah" ucap Pramudhita.

Ia melepaskannya dan merpati itu terbang meninggalkannya.
Meninggalkan Pramudhita yang tersenyum menatap kepergiannya.

****
Dharma Aji dan Dhanu Seta kini menjadi prajurit di Sastra Saloka. Gusti Prabu Tjokro Diningrat mengangkat mereka sebagai prajurit karena mereka adalah pemuda yang pemberani dan pandai dalam pertempuran.

Mereka tentunya amat bersyukur pada karunia itu. Hanya saja sekarang mereka tidak bisa bertemu dengan keluarga. Mereka akan pulang ke desa sesekali saja.

Saat ini Aji dan Seta tengah duduk menikmati santap siang mereka disebuah pondok bambu bersama beberapa prajurit.
Sembari makan, mereka juga berbincang.

"Bagaimana dengan kabar adikmu itu sekarang?" Tanya seorang prajurit pada Aji.

"Mana aku tahu kabarnya. Yaaah, tapi kuharap dia selalu baik baik saja" jawab Aji.

"Kalian bisa menjadi prajurit disini, tapi saat di tantangan sayembara kenapa bisa kalah dari Dwi Lingga yang masih bau kencur itu?" Tanya yg lain.

Beberapa orang menertawakan Aji dan Seta. Tentunya itu hanya banyolan saja.

"Dengar ya, meskipun kami pandai dalam pertempuran, tapi kami tidak memiliki keahlian khusus seperti yang dimiliki Dwi Lingga.
Tapi sebaliknya juga, dia tidak terlalu pandai dalam bertempur hahahha" Seta tertawa.

"Adikku memang punya otak yang cerdik. Dia bisa memantau situasi juga. Hanya saja memang dia tidak terlalu pandai bertempur. Tapi meski begitu, dia mendapat karunia yang luar biasa sejak lahir.
Ah, aku juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Dia sangat beruntung memiliki kemampuan hebat yang diberikan Sang Hyang Widi. Kadang aku sendiri merasa iri padanya" ucap Aji panjang lebar.

"Tapi benar juga kan? Kalian lihat sendiri bagaimana aksinya saat di arena sayembara. Aku tidak menyangka dia bisa melihat cincin pada gagak yang terbang tak karuan cepatnya.
Otak dan penglihatannya bagaimana bisa setajam itu?" seru seorang prajurit.

"Bukan itu saja! Dia bahkan bisa membunuh seekor harimau!" Seru yg lain.

"Wah, kurasa putra Mahapatih saja tidak sehebat dia. Meski dia pandai bertempur. Tapi mulutnya itu lebih tajam dari pedang" cibir yang lain.

Aji dan Seta yang mendengarnya hanya menggeleng gelengkan kepala sambil tersenyum. Tidak tahu saja mereka siapa sebenarnya Dwi Lingga.
Seorang gadis yang berasal dari desa.

Mereka melanjutkan lagi makan mereka. Sampai saat Aji melihat Seta yang diam mematung menatap kearah lain.
Ia menautkan alisnya. Ada apa dengan sahabatnya itu?

Ia pun ikut menatap kearah dimana Seta menatap. Dan ia baru paham mengapa Seta diam mematung.

Disana, agak jauh dari tempatnya duduk, ia melihat Gusti Putri Sekar Shinta tengah berjalan diiringi beberapa emban. Berjalan bersama sembari bersenda gurau.
Wajahnya yang cantik pun semakin cantik karena perempuan itu tersenyum dan sesekali tertawa. Pantas saja sahabatnya itu terpesona.

Aji menoleh kearah Seta yang masih mematung dan menatap kearah yang sama sejak tadi. Bahkan sahabatnya itu pasti tidak sadar tengah tersenyum.

"Jangan berharap terlalu tinggi" ucap Aji mengejek.

Ia memukul dada Seta dengan punggung tangannya. Membuat sahabatnya itu tersentak.

"Semua laki laki juga pasti akan melakukan hal yang sama jika melihat Gusti Putri.
Mematung dan terpesona" Seta membela diri.

"Benar. Tapi terlalu terlarang untuk orang orang miskin seperti kita.
Ayolah, jangan sampai terjebak oleh perasaanmu itu" Aji mengingatkan.

Aji jelas tahu apa yang terjadi pada Seta. Tatapan jatuh hati dari seorang laki laki. Terpikat pesona seorang gadis.
Ia sangat tahu, sebab mereka sudah bersahabat sejak kanak kanak. Saling tahu sifat masing masing.
Tapi untuk kali ini, ia merasa sedikit khawatir. Sebab gadis yang memikat hati sahabatnya itu bukan orang biasa.

****

Pramudhita memacu kudanya pelan. Kali ini tidak tergesa gesa. Sebab hari terlalu terik, ia tak mau membuat kudanya cepat lelah.

Sejak ia pergi dari tempat ia melepaskan merpati putih tadi, ia tidak sadar jika sebenarnya merpati itu terbang mengikutinya dibelakang.
Merpati itu tidak terbang meninggalkannya saat Pramudhita melepasnya.

Dan sekarang merpati putih itu masih terus mengikutinya. Justru sekarang merpati itu hinggap didahan sebuah pohon mahoni. Memperhatikan Pramudhita dari jauh.

Pramudhita sendiri merasa ada yang mengikutinya. Namun anehnya, ia tak mendengar langkah kaki, melainkan kepakan sayap.

"Apa kau dengar sesuatu teman?" Bisik Pramudhita ditelinga kudanya.

Tentu saja kudanya itu tak bisa menjawab.

Ia menatap ke kanan kiri. Namun ia tidak melihat apapun.
Saat ia menoleh ke belakang, ia melihat sekelebat bayangan disertai sebuah kepakan.
Dan untungnya, merpati itu bisa dengan cepat menghindar. Sehingga Pramudhita tidak dapat melihatnya.

"Wira!!! Kau kah itu?" Teriak Pramudhita.

"Cepatlah keluar! Jangan bercanda padaku!" Ia mengira jika kepakan sayap itu dari Wira. Garuda raksasa yang ia kenal.

Pramudhita mengerutkan dahinya. Nyatanya memang tidak ada seseorang pun yang menjawab. Dan ia juga tidak tahu dimana sekarang sesuatu yang mengikutinya itu.

Ia pun memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Ia memacu kudanya dengan kencang.
Sampai akhirnya ia tiba disebuah jalan setapak yang berada ditepi jurang.

Jurang itu menganga lebar. Begitu luas juga dalam. Pramudhita bergidik ngeri. Ia tak dapat membayangkan jika sampai terperosok ke sana.

"Sial! Kenapa harus jatuh?"

Pramudhita mengumpat saat pedang yang ia letakkan di leher kudanya terlepas dari ikatan. Kemudian ia melompat turun, dan meraih pedangnya yang tertahan disebuah akar pohon yang menjuntai ke jurang.

Ia sekuat tenaga sampai harus menelungkup untuk meraihnya.

'ayolah, sedikit lagi'

Sebenarnya itu sangat berbahaya untuknya. Jika saja pedang itu bukan pemberian Gusti Putri Sekar Shinta, mungkin ia akan membiarkannya saja. Karena ini terlalu mengancam keselamatannya.
Tapi ia tidak mau mengecewakan Gusti Putri. Maka ia berusaha mengambil pedang itu, meski berbahaya.

'ayolaaaaah, kenapa susah sekali'

Ia terus menjulurkan tangannya ke tepian jurang. Berusaha meraih pedang itu namun tangannya tak juga sampai.

Seketika matanya terbelalak. Tiba tiba tanah tempat ia menelungkup itu ambles dan jatuh kedalam jurang.
Terpelanting lah ia kedalam jurang. Namun tangannya berhasil meraih akar akar pohon untuk bertahan.

"Aaakk tolong!!!!! Tolong!!!!"

Ia terus berteriak meminta tolong. Namun tidak ada siapapun didalam hutan itu yang bisa mendengarnya.

Ia terus bergelantungan dimulut jurang. Dan semakin lama ia semakin merasa sakit dikedua tangannya yang berpegang pada akar pohon.

"Tolooooong!!!!!"

Namun tak ada jua yang mendengarnya. Ia hanya melihat kudanya itu terus meringkik tak karuan.

"Tolong aku!!!!!"

Ia melihat kebawah, melihat betapa mengerikannya jurang itu.
Dan tangannya terasa semakin lemah. Ia semakin kehilangan tenaga.
Ia pasrah jika hidupnya harus berakhir dijurang itu.

'Jagad Dewa Bhatara, tolonglah aku'

Satu tangannya telah terlepas. Maka semakin kecil pula harapannya untuk selamat.

Lalu matanya yang terlihat lemah itu menangkap suatu kelebat bayangan. Dan diatasnya muncullah seekor merpati putih yang terbang kearahnya.

Namun satu satunya tangan yang bertahan itu sudah terlalu lemah. Sampai akhirnya mulai terlepas.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Merpati putih itu membelalakkan mata, lalu terbang begitu cepat kearah Pramudhita yang terjatuh.

'aku tidak akan membiarkanmu terjatuh'

****

Bersambung

Maaf klo ada typo dan sekeluarganya 😁😁

Continue Reading

You'll Also Like

996K 93.7K 30
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
623K 30.2K 41
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
1.5M 120K 95
Satu-satunya harapan Sera adalah diakui dan dicintai oleh putra mahkota. Demi pengakuan dan cinta dari sang Putra Mahkota membuat Sera melakukan sega...
99.5K 9.7K 28
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...