SEEKOR MERPATI PUTIH

1.4K 172 115
                                    

Pramudhita memacu kudanya membelah rimbunnya belantara. Derap kaki kudanya pun seolah mengganggu hewan hewan kecil di rerumputan. Terpaksa menghindari lari sang kuda ataupun rela mati karena terinjak.

Beberapa burung nampak hinggap di dahan dahan pohon. Saling berkicau seolah tengah berbincang satu sama lain.
Tupai yang saling melompat berebut buah. Ayam hutan yang berkokok nyaring. Beberapa ekor kera juga nampak bergelantungan.
Kupu kupu  juga banyak beterbangan. Kawanan rusa juga terlihat sedang merumput. Sebenarnya terlalu banyak untuk disebutkan. Karena hutan memang memiliki segala macam satwa. Bahkan juga terdapat rahasia. Yah, mungkin saja.

Melihat itu semua, Pramudhita pun menarik tali kudanya agar berhenti.
Kuda itu pun meringkik dan berputar putar sejenak, sampai akhirnya pun berdiri tenang.

Hewan hewan yang berada disana berlari ketakutan saat melihat kedatangan Pramudhita. Yah, untung saja hewan hewan itu bukan hewan buas. Jika singa, harimau atau hewan buas lainnya, pastilah Pramudhita yang akan lari tunggang langgang.

"Kita istirahat disini sebentar ya? Kau juga butuh makan. Lihat, rumput rumput disini amat rimbun. Kau pasti suka"

Pramudhita menepuk nepuk pelan leher kudanya saat ia telah turun dari pelana.
Lalu ia sendiri menilisik tempat itu. Manatap berkeliling. Ia juga menghalangi matanya saat tak sengaja terkena sinar matahari yang menyilaukan. Sinar yang menembus celah celah dedaunan.

"Hari ini terik sekali. Kau pasti akan cepat lelah" ucap Pramudhita sembari mengusap kepala kudanya.

Lalu Pramudhita pun melihat pohon liar yang berbuah cukup lebat. Bahkan disana ia menemukan banyak tupai yang saling menyantap. Ia pun mulai memetik beberapa buah untuk mengganjal laparnya.
Memakannya dengan nikmat.

Namun tiba tiba ia dikagetkan oleh ringkikan kudanya yang nyaring. Ia berlari mendekat.

"Ada apa? Apa yang kau lihat?" Tanya Pramudhita. Ia terus menepuk nepuk leher kudanya agar tenang.

Lalu ia menoleh kearah semak belukar yang berada tak jauh darinya. Sebab kudanya itu terus saja menatap kearah sana dengan terus meringkik.

Ternyata ia melihat seekor merpati putih tengah berusaha melepaskan diri dari perangkap. Namun sayang, perangkap itu terlalu kuat. Sekuat apapun merpati itu mengerahkan tenaga, tetap saja ia gagal lagi.

Pramudhita berlari menghampiri merpati putih itu.

"Astaga. Kau terkena perangkap para pemburu ya? Aku akan melepaskanmu sebelum para pemburu itu datang" ucap Pramudhita.

Ia pun melepaskan merpati putih itu dan akhirnya berhasil. Ia meraih merpati itu lalu berdiri.
Lalu terpaku saat melihat sesuatu.

"Kau memakai cincin?" Pramudhita bertanya.

"Bagaimana kau bisa memiliki sebuah cincin? Apa kau peliharaan seseorang?" Tanyanya lagi.

Merpati putih itu amat cantik. Begitu putih dan berbulu sangat lebat. Memiliki paruh berwarna merah dan bola matanya sangat jernih.
Namun yang membuat Pramudhita terpaku adalah, karena merpati putih itu memakai sebuah cincin indah yang terselip di bulu bulu yang terdapat pada sayap kirinya.
Bahkan cincin itu akan berkilau jika terkena sinar matahari.

Pramudhita terus menatap merpati itu seraya mengusap usap bulunya. Sementara merpati itu juga menatapnya.
Pramudhita tersenyum. Amat sangat manis menurut merpati itu.

"Kau merpati yang sangat cantik. Kenapa bisa sampai kemari? Pemilikmu pasti sedang mencarimu.
Kau harus kembali padanya. Dan jangan sampai tertangkap pemburu lagi. Sekarang pergilah" ucap Pramudhita.

Ia melepaskannya dan merpati itu terbang meninggalkannya.
Meninggalkan Pramudhita yang tersenyum menatap kepergiannya.

****
Dharma Aji dan Dhanu Seta kini menjadi prajurit di Sastra Saloka. Gusti Prabu Tjokro Diningrat mengangkat mereka sebagai prajurit karena mereka adalah pemuda yang pemberani dan pandai dalam pertempuran.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 19, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BIDADARI & PENYAMARWhere stories live. Discover now