28. Wk_nd
"Terkadang, tak semua yang kita inginkan akan tercapai. Tapi percayalah, apapun masalahnya, semuanya akan kalah dengan cinta."
"Ngomong apa sih?" Caroline berdecak lalu beranjak pergi dari sana. Sementara Sebastian yang melihatnya langsung mengikuti Caroline dari belakang.
Caroline membelokkan langkahnya untuk mendekati sekumpulan anak-anak beserta Ana yang nampak sedang berbincang dengan mereka. Beberapa kali Caroline melirik ke belakang, tetapi ia memilih untuk tetap mengacuhkannya.
"Ana, aku harus pulang. Maaf karena aku tidak bisa lama-lama di sini. Besok ada jadwal pemotretan, dan ... aku harus beristirahat lebih awal," jelas Caroline kepada Ana.
Ana tersenyum seraya mengangguk. Ia kini menoleh ke arah Sebastian yang masih setia berdiri di belakang Caroline.
"Apa Caroline masih marah kepadamu?"
Caroline terhenyak ketika tiba-tiba Ana mengajukan sebuah pertanyaan kepada Sebastian. Berbeda halnya dengan Sebastian yang kini terlihat menyungging senyum.
"Masih, tapi aku yakin hal ini tidak akan berlangsung lama," jawabnya dengan percaya diri.
Caroline melirik Sebastian dengan sinis. Sedangkan Sebastian balik menatapnya dengan tatapan geli.
Akhirnya, setelah berpamitan kepada Ana dan anak-anak panti, Caroline melangkahkan kakinya menuju mobil di---tunggu!
Di mana mobilnya sekarang? Kenapa Caroline tidak melihatnya?
Caroline kebingungan dibuatnya. Gadis ini mengedarkan pandangannya ke segala sudut pekarangan--berharap ia menemukan keberadaan mobilnya tersebut. Namun hasilnya tetaplah nihil.
"Sayangnya, supirmu itu telah meninggalkanmu di sini," sindir Sebastian, membuat Caroline secara otomatis menoleh ke arahnya.
Caroline hanya mendelik lalu berkacak pinggang. "Kau kan yang melakukan semua ini?" semprotnya kemudian.
Sebastian menggerak-gerakkan alisnya, sehingga kadar ketampanannya semakin meningkat. "Apa maksudmu? Aku masih mempunyai pekerjaan yang lebih penting daripada mengurusi supir pribadimu itu," elak Sebastian--mencoba untuk membela diri.
Caroline mengerucutkan bibirnya dengan sebal. "Lalu kenapa Jason meninggalkanku," cicitnya seraya mendengkus.
Sebastian terkekeh. Ia berjalan mendekati Caroline dengan perlahan. Kemudian tanpa asa-asa, dirinya mengangkat tubuh gadis itu hingga membuat Caroline menjerit karenanya.
"Apa yang kau lakukan! Kau sudah gila?" Caroline memberontak, namun Sebastian malah mengacuhkannya.
Caroline menjadi gemas. Ia menjambak jambul rambut Sebastian dengan kasar sehingga membuat lelaki itu mengaduh--kesakitan.
"Aku akan mengajakmu untuk berlibur, diamlah!"
Mata Caroline mengerjap beberapa kali, mencoba untuk mencerna ucapan Sebastian. "Kau ... mengajakku untuk berlibur? Apa maksudmu?"
Salah satu sudut bibir Sebastian terangkat. Ia mengamati paras cantik Caroline dengan tatapan meneliti. "Kau selalu saja disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaanmu itu. Setidaknya, sekali-kali kau harus membahagiakan dirimu sendiri."
Caroline masih tidak mengerti dengan ucapan Sebastian. "Kenapa aku merasa ... akhir-akhir ini kau menjadi cerewet, Sebastian?" tanya Caroline seraya menyipitkan matanya.
Sebastian menahan untuk tidak tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya lalu berbisik, "Kau hanya baru tahu saja sifat asliku, Caroline."
Caroline menyentil jidat Sebastian agar wajah lelaki itu menjauh darinya. "Kau membuatku geli," imbuh Caroline.
Sebastian tertawa lepas-- membuat ketampanannya bertambah menjadi berkali-kali lipat. Tentu saja Caroline harus bersusah payah untuk menelan salivanya karena mengingat jarak Sebastian yang terbilang sangat dekat.
"Kau sudah siap?" tanya Sebastian, membuyarkan lamunan Caroline.
"Siap untuk ap---
AAAAAKHH!"
Caroline menjerit bukan main. Ia kini seperti sedang berada di sebuah roller coaster!
Entah sedang bermimpi atau tidak, Sebastian berlari, ralat, lebih tepatnya terbang--ah, tidak-tidak! Caroline juga tidak tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh Sebastian hingga lelaki itu bisa bergerak cepat-sangat cepat melebihi lajunya pesawat jet!
Tolong, sadarkan Caroline bahwa kali ini ia tidak sedang bermimpi!
Caroline mengeratkan pelukannya pada leher Sebastian. Ia memejamkan matanya dengan rapat, tak ingin melihat lebih lanjut apa yang terjadi di sekitarnya. Semuanya berlalu begitu sangat, sangat, sangat cepaatt! Caroline benar-benar dibuat deg-degan karenanya.
Tak lama, Caroline merasa semuanya telah berhenti. Ya, Sebastian sepertinya telah menghentikan larinya. Dengan memberanikan diri, Caroline membuka matanya dengan perlahan lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Manhattan."
Caroline mendongak--menatap Sebastian seraya mengerjap-ngerjapkan matanya. "Manhattan? Ini Manhattan?" tanyanya memastikan.
Sebastian membalas tatapan Caroline sambil mengulum senyum. "Iya, kita sekarang berada di Manhattan," jawabnya kemudian.
Mata Caroline membelalak sempurna. Ia mengisyaratkan Sebastian untuk menurunkan tubuhnya, dan membuat lelaki itu langsung menurutinya.
Caroline mengedarkan pandangannya ke sekeliling--melihat persimpangan Times Square yang dihiasi billboard-billboard iklan raksasa yang mewah dan megah. Di sana sangatlah padat. Bahkan Caroline hampir kesusahan untuk bernafas karena ramainya pejalan kaki yang memenuhi persimpangan tersebut.
"I-ini benar-benar di Manhattan," gumam Caroline seraya menelan salivanya dengan susah payah.
Yah, antara percaya dan tidak, dirinya dan Sebastian sudah tiba di Manhattan tanpa bantuan alat transportasi sedikitpun! Jika dipikirkan lewat logika, ini tidak masuk akal--mengingat jarak antara Los Angeles dan Manhattan yang terbilang cukup jauh. Jaraknya hampir mencapai 4501 kilometer, atau jika diperkirakan waktu tempuhnya adalah 40 jam-15 menit. Tetapi tadi Sebastian membawanya ke sini kurang dari satu menit. Ini benar-benar diluar nalar manusia.
Caroline tersentak ketika sebuah tangan tiba-tiba melingkar di pinggangnya. Secara refleks Caroline menoleh ke arah samping dan mendapatkan Sebastian yang telah tersenyum di sampingnya.
"We will really be on vacation?" tanya Caroline dengan nada pelan.
Sebastian mengangguk seraya mengusap rambut Caroline dengan lembut. "We will have fun," balasnya kemudian.
Senyuman Caroline mengembang. Sudah lama ia tidak berjalan-jalan seperti ini. Lantas, keduanya pun berjalan beriringan menyusuri Times Square tersebut. Beberapa kali Caroline mengambil beberapa gaya ketika Sebastian memotretnya. Perasaan Caroline mulai membaik. Ia merasa semua beban masalah hilang di pundaknya.
"Setelah ini kita akan ke mana?"
Sebastian menoleh ke arah Caroline. Gadis itu nampak fokus melihat hasil potretan yang ia ambil tadi.
"Kau masih mau berlibur, Caroline?" Sebastian balik tanya. Caroline mengulum senyum.
"Iya. Kapan lagi aku bisa menyenangkan diriku sendiri seperti ini?"
Sebastian terkekeh lalu mengecup pelipis Caroline dengan singkat. Ia kemudian menarik tangan Caroline untuk kembali berjalan. Kini tujuan mereka adalah melihat pertunjukan Brodway.
Sesaat, Caroline melirik Sebastian di sampingnya. Ada sebuah perasaan hangat di dalam tubuhnya ketika Sebastian dengan lembut terus menggenggam tangannya. Lelaki itu ... benar-benar membuatnya jatuh cinta.
______________________________________
Ini fulltime sama Sebastian ya:(