Jangan Cium! : Soobin

By ice_coke

972 93 72

Kumara Gantari yang sering dipanggil dengan nama Mara, dia adalah gadis dengan penuh tekad. Ditiup tidak goya... More

Siji
Loro
Telu
Papat
Limo
Pitu
Wolu
Songo
Sepolo
Sewelas
Rolas
Telulas

Enem

64 7 31
By ice_coke

"Kowe sadeyan, aku tuku."

_____________________________________





"Mara...."

"Mara.... Bangun Nak."

Sebuah cahaya perlahan masuk, seiring dengan terbukanya secara perlahan kelopak mata Mara. Kepalanya kemudian berdengung hebat merasakan pusing seketika.

"Mara!"

Banyak suara teriakan di sekitarnya yang cukup menganggu. Seakan menuntutnya untuk segera sadar. Rasanya Mara benar-benar ingin marah dan menghentikan celotehan-celotehan itu.

Hingga dia kembali sadar tentang sesuatu yang telah menimpanya.

"Ayah!" teriaknya yang langsung bangkit terduduk, wajahnya penuh dengan kecemasan dan langsung menoleh mencari sosok yang ia panggil.


Lalu sebuah pelukan hangat menghujaminya, diikuti suara tangis yang menggetarkan jiwa. Mara menangis sejadi-jadinya. Memeluk balik pawakan pria tinggi yang kini tengah memeluk dirinya.

"Ayah...." Mara terisak sambil terus mengeluarkan air matanya, sesekali dia menyedot ingusnya kembali dan juga mengusapkan ingus yang lagi-lagi turun ke baju ayahnya.

Teman-teman Mara ikut terharu melihat adegan Indosiar itu. Tentunya dengan Bunga dan Sofi yang saling berpelukan sambil memakan bakwan goreng pemberian para tetangga.

Tidak lupa pula dengan Ical yang menangis tersedu-sedu di pundak Fian yang sedang memeluk lengan Doni yang juga sedang mengusap ingusnya dengan kaos yang ia pakai.

Kemudian ayah Mara yang diketahui masih selamat karena telah berlindung di bawah meja pohon jati itu melepaskan pelukan, lalu menunjukkan foto sang istri yang ia selamatkan. Mara memukuli bahu ayahnya kemudian mengambil pigura itu dan menciumnya, memeluknya dengan penuh kasih sayang.

***

Di hari berikutnya Mara tetap datang ke sekolah, walaupun kondisinya memang tidak memungkinkan. Sebenarnya bukan tanpa alasan dia datang ke sekolah. Setelah tragedi kemarin, dia merasa perlu mendapatkan semangat dari Rafar dengannya cara melihat lelaki itulah walaupun hanya sekilas.

Rasanya menghirup udara di area yang sama bagaikan makan mie ayam semangkuk berdua dengan mie yang saling terhubung ketika makan secara bersamaan. Ada adegan di mana keduanya saling bertatapan hingga membuat debaran jantung lebih terasa, sekiranya seperti itu penyemangat di hari-hari Mara.

Jika boleh jujur, hari minggu menjadi begitu panjang ketika tidak bertemu Rafar. Bisa dibilang, hari minggu adalah hari yang paling Mara hindari, hari tanpa Rafar bagai taman tak berbunga.

Namun pagi yang ingin Mara awali dengan kegembiraan harus berakhir ketika dia sampai di depan gedung sekolah dengan wajah tercengang melihat banner besar.

"MARI MENYATUKAN TANGAN MEMBANTU TEMAN KITA MARA."

Seperti itulah isi banner yang kini dipegang oleh Ical dan Fian, sementara orang yang berteriak menyerukan kalimat tersebut adalah Doni dengan toa yang ia pegang.

Mara menggigit bibir bawahnya, merasa malu atas aksi yang telah dilakukan oleh Doni. Rasanya ubun-ubun Mara mengeluarkan semburan panas seperti gunung meletus. Bahkan telinganya juga seperti sebuah panci panas berisi air mendidih.

Dengan tangan yang menggenggam, Mara berjalan menuju ke arah Doni. Dia ingin mengakhiri semua aksi itu.
Tapi langkahnya terhentinya kala Bunga dengan segera menariknya bersembunyi di balik tempat sampah yang cukup tinggi untuk menutupi keduanya.

"Apa sih, Bung? Ah, ganggu aja lo."

"Ck. Lo gak usah neko-neko¹. Mending lo masuk secara diem-diem, kalau lo ngerecokin mereka. Lo bikin lo tambah malu," usul Bunga menunjuk diam-diam ke arah Doni yang masih meminta donasi untuk Mara.

"Bener kata Bunga."

"Astaghfirullah! Ih, lo dateng tiba-tiba! Kayak setan aja!" kesal Bunga sampai memukul bahu Sofi yang ada di sampingnya. Sedangkan Sofi hanya menyengir unjuk gigi seperti iklan pasta gigi bermerek Odol.

"Udah-udah, gak usah rebutan gue. Gue tahu kecantikan gue itu kayak Rapunzel yang memakai sepatu kaca."

"Itu Cinderella!" pekik Bunga dan Sofi serentak.

"Lho, bukannya Snow White?"

"Tahan-tahan, bunuh sahabat sendiri dosa," kata Bunga menepuk dadanya menahan sabar.

Mara melotot mendengarkan itu. "Lo mau bunuh gue, Bung?"

"Gak, gak, gue mau bunuh Aurora."

"Ati-ati dibunuh Maleficent lo." Tuding Mara pada Bunga dengan wajah menakut-nakuti dan ekspresi Bunga hanya, emang gue pikirin?

Sedangkan Sofi hanya menggudikkan bahu tidak mau ikut campur dalam perbincangan yang menurutnya campur aduk seperti air yang diobok-obok.

"MARA!"

Ketiga gadis itu terdiam saat mendengar suara teriakan yang sudah jelas milik lelaki berpomed yang kini tengah berteriak dengan toanya.

"Lihat semuanya! Meskipun dia mendapat musibah, tetapi dia tetap semangat untuk belajar ke sekolah! Ini adalah teladan yang harus kalian ikuti!"

Padahal, niat Mara datang hanya karena ingin melihat doi. Dasar kids jaman jigeum. Ke sekolah bukannya belajar biar sukses, tapi malah memupuk benih cinta hingga menjadi bucin.

Tetapi bagi Mara, sukses bukan hanya tentang cita-cita, yaitu menikahi lelaki yang diidam-idamkan juga merupakan kesuksesan lahir batin. Karena setiap hari bisa melihat imam saat bangun tidur pun adalah kebahagiaan yang haqiqi.

Seperti dengan tiba-tiba mendapatkan tiket greet and meet BTS dan mendapatkan paket berkencan dengan Kim Taehyung dalam satu hari. Bisa dijamin, tidak mau pulang.

Sofi mendorong-dorong Mara agar melangkah mendekati mereka, membuat Mara jadi kesal sendiri.

"Tadi katanya malu-maluin, terus kenapa lo pada dorong-dorong gue!" protes Mara yang seakan menahan kakinya untuk tidak berjalan.

"Sekalian malu, lagian lo bukan kali ini aja malu-maluin," celetuk Bunga yang ada benarnya dan membuat Mara jadi mencebikkan mulutnya.

"Mara!" teriak Doni lagi lalu mendekat dengan senyuman. Mara merotasikan matanya malas. Doni ini tampan tapi bego, iya sama seperti dirinya. Bedanya Mara tidak bisa masak tetapi Doni bisa masak, dia ingat sekali saat ada tasyakuran sekolah dan kelasnya mengadakan makan-makan di kelas, yang mana dimasak sendiri oleh Doni.

Bayangkan saja, Doni membawakan daging saus lada hitam istimewa, tidak lupa dengan kentang goreng yang dia masak dengan kematangan sempurna. Serta tumisan sayur yang berupa jagung manis, kacang panjang, dan wortel. Mara sangat ingat saat itu, karena dia memakan tiga kotak sendiri yang sudah disiapkan oleh Doni secara spesial untuk Mara.

Padahal Doni sudah berlagak seperti suami idaman yang hendak mengalahi Jaemin NCT DREAM. Tetapi tetap saja, di mata Mara hanya Rafar seorang yang menjadi pemilik hatinya.

"Eh, lo! Cowok yang udah nolak Mara!"

Perkataan Doni langsung membuat Mara kembali fokus, jantungnya berdebar saat melihat Rafar yang hendak melintas di depannya.

Rafar berhenti, menyerngitkan alisnya merasa dipanggil. Lalu dia menunjuk diri sendiri untuk memastikan.

"Iya elo! Siapa lagi?" kata Doni dengan nada menantang. Lalu mendekat dan menyodorkan kotak donasi pada Rafar. "Lo pinter, kan? Jadi lo tahu apa artinya ini," lanjut Doni sambil menggoyang kotak yang ia pegang.

"Lo mau gue ikut donasi?"

"Gue kira lo bener-bener pinter, ternyata masih gak paham juga," kata Doni remeh. Lalu melihat ke arah Mara.

"Cowok kayak gini yang lo suka? Mending gue kemana-mana Mar," katanya menunjuk Rafar hingga membuat lelaki itu risih.

"Gak usah jelek-jelekin gue bisa kali," kata Rafar sinis dan menyingkirkan tangan Doni yang masih menunjuknya.

"Kenapa? Gak suka? Sebenarnya apa yang dialami Mara itu semua gara-gara lo," kata Doni lagi menyalahkan.

"Kalau lo gak nolak dia waktu itu, mungkin dia gak akan kena apes kayak gini," lanjut Doni seakan menghakimi Rafar di depan banyak anak.

"Kok lo jadi nyalahin gue? Peristiwa alam kayak gitu karena gue? Hebat banget dong gue," balas Rafar dengan senyuman puas seakan membual.

"Lagi pula, gue gak mau ada urusan sama cewek aneh kayak dia," lanjut Rafar menunjuk Mara.

Mara yang sedari tadi diam dan berimajinasi tentang memiliki anak bersama Rafar pun langsung sadar, apalagi baru saja Rafar menghinanya dengan kata cewek aneh. Tunggu dulu, otak Mara langsung berputar cepat seakan mencari koneksi yang tepat untuk mengelola reaksi yang akan ia utarakan.

"Gue cewek tulen!" kata Mara lantang. "Mana ada cewek aneh! Coba lo jelasin Kingdom Plantae mana yang bahas ada jenis cewek aneh!" teriak Mara lantang yang berikutnya jadi bahan tertawaan semua murid termasuk Rafar yang ada di depannya sedang menahan tawa.

Sementara Doni, Ical, Fian dan Sofi masih terdiam, memikirkan bagian mana dari perkataan Mara yang lucu. Lain lagi dengan Bunga yang menepuk dahinya merasa malu.

"Kingdom Plantae kan buat tumbuhan Mar," ringis Bunga dengan menundukkan kepala.

"Hah? Iya kah? Bukan Fungi?"

Tawa semua orang semakin meledak dan Bunga semakin malu sendiri, sebenarnya dia memiliki masalah apa di masa lalu hingga memiliki nasib seperti ini. Kadang sekali saja dia ingin bernasib benar-benar beruntung.

"Bener-bener dah, setumpul itu otaknya," kata Fajar teman Rafar yang selalu setia berada di samping lelaki pintar itu.

"Untung lo tolak," kata Fajar terkekeh sambil menyikut lengan Rafar dan diangguki oleh lelaki itu.

"Dia sama sekali gak pantes buat si pemilik nilai sempurna kayak lo, Raf," celoteh Fajar lagi dan ini sungguh terdengar keterlaluan bagi Mara. Dengan mata yang melotot, Mara berjalan mendekati Fajar.

"Mulut lo! Gak ada hak buat ngehina gue kayak gitu! Lo pikir gue gak bisa pinter kayak temen lo ini? Apa perlu gue buktiin kalau gue pantes sama temen lo ini?" kata Mara penuh dengan penekanan dan menunjuk-nunjuk Fajar dengan penuh emosi.

Fajar bersendekap tangan dengan dada yang sedikit membusung menatap Mara penuh remeh. "Buktiin, jangan cuma omdo!"

"Kalau gue berhasil ada di peringkat 50 besar, lo mau ngasih gue apa??" tantang Mara.

"Lo bisa jadi pacarnya Rafar," celetuk Fajar seenaknya hingga membuat Rafar yang sedari tadi ada di sampingnya mendelik dan menyikut lelaki bernama Fajar itu.

"Tenang Bro, dia gak akan mampu," kata Fajar menenangkan dan malah membuat Mara semakin emosi karena diremehkan.

Rafar mengangguk walaupun di dalam hatinya, dia juga berdoa agar hal itu tidak terwujud.


"Oke! Lo jual, gue beli!" kata Mara penuh percaya diri.

"Lagi pula, mustahil banget buat anak Mipa 6 ada di 50 besar," kata Rafar sambil menghela napas kemudian berjalan melewati mereka dengan tidak peduli.

"Ih! Rafar! Bukannya disemangatin kek! Malah didoain jelek!" pekik Mara sambil menghentak-hentakkan kakinya yang masih tidak dipedulikan oleh Rafar.

"Semangat Mara," kata Fajar dengan senyuman remeh membuat Doni dan Mara secara serentak hendak melayangkan pukulan pada lelaki itu.

Note

¹ neko-neko, merupakan bahasa jawa yang memiliki arti macam-macam.

Continue Reading

You'll Also Like

481K 51.1K 21
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
793K 11K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
558K 27K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
5.9M 391K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...