SIR | Doyoung

By ikangdoyi

611K 42.6K 13.1K

❝come here, let me teach you❞ π™ˆπ™–π™©π™ͺπ™§π™š π™˜π™€π™£π™©π™šπ™£π™© konten delapan belas coret. More

Bagian 1 - Him
Bagian 2 - Her Touch (+18)
Bagian 3 - brothers
Bagian 4 - Shock
Bagian 5 - Intimidation
Bagian 6 - Talk
Bagian 7 - Bulan dan bintang
Bagian 8 - Komitmen
Bagian 9 - Perundungan
Bagian 10 - Things we don't know
Bagian 11 - Pillow Talk (+18)
Bagian 12 -"Issue"
Bagian 13 - Teror dan Belenggu
Bagian 14 - Belenggu rasa.
Bagian 16 - A Fact
Bagian 17 - Tentang Rasa dan Asa.
Bagian 18 - Gadis kecil.
Bagian 19 - Painkiller
Bagian 20 - Kelabu.
Bagian 21 - Perkara Bahagia.
Bagian 22 - Kepada semua luka.
Bagian 23 - Keluh Kesah Rindu.
Bagian 24 - Egois.
Bagian 25 - Beautiful Disaster
Bagian 26 - Let's revealed.
Bagian 27 - Our Senses (+18)
Bagian 28 - Decision
Bagian 29 - Cinta dan Rahasia.
Bagian 30 - Invitation
Bagian 31 - Special Day
Bagian 32 - Our (+18)
Bagian 33 - Love and Hate Relationship
Bagian 34 - Funny Stripe
Bagian 35 - Extra-Care
Bagian 36 - Special Chapter[flashback]
Bagian 37 - Heal, learn, grow, love
Bagian 38 - Dorayaki
Bagian 39 - Long time no see
Bagian 40 - Decap Kasih Sayang
Bagian 41 - Sakit hati dan masa lalu.
Bagian 42 - Sweet Liar
Bagian 43 - Afeksi dan Duka
Bagian 44 - Make A Wish
Bagian 45 - Time Description
Bagian 46 - Birth
Bagian 47 - Touch, Lust, and Desire [18+]
Bagian 48 - The Hidden Reason
Bagian 49 - Never stop the End in one start.
[S2] Bagian 50 : After New Year
[S2] Bagian 51 : DΓ©jΓ  vu
[S2] Bagian 52 : Mimpi
[S2] Bagian 53 : Sweet Nothing.
[S2] Bagian 54 - Day in Night
[S2] Bagian 55 - Presence
[S2] Bagian 56 - Little Gift
[S2] Bagian 57 - Truth or Lies
[S2] Bagian 58 - Birthday Party
[S2] Bagian 59 - Move in Silence
[S2] Bagian 60 - Poison
[S2] Bagian 61 - Fight
[S2] Bagian 62 - Athalla
[S2] Bagian 63 - Lintas Waktu
[S2] Bagian 64 - Mysterious Message
[S2] Bagian 65 - Ayah
[S2] Bagian 66 - Jingga's Gone
[S2] Bagian 67 - Beautiful Mistake
[S2] Bagian 68 - Best Condition
[S2] Bagian 69 - Strategy
[S2] Bagian 70 - Break A Leg

Bagian 15 - Jarak

5.7K 711 266
By ikangdoyi

[akan menjadi part yang sangat panjang dan semoga ga mengecewakan]

Makan siang itu sudah disiapkan Kejora untuk adik-adiknya, walau hanya Renjun yang akan berada disana sebab Haechan pulang larut malam. Makanan itu bisa dihangatkan kembali ketika Haechan kembali.

"Kak? Tumben kakak kerumah?" Ujar Renjun yang melepaskan sepatu juga kaus kaki yang masih melekat di kedua kakinya.

"Emang kakak gak boleh liat adik-adik kesayangan kakak? Kamu gak kangen kakak apa njun?" ujar sang kakak.

" ... ya lagian pake nanya, kalo tanya kangen nggaknya mah pasti kangen kak"

Piring itu sudah disediakan Kejora, dan kini Renjun mengambil potongan ayam besar dihadapannya. Ayam tepung yang selalu jadi kesukaanya itu selalu dirindukan olehnya walaupun Renjun bisa membuatnya sendiri, namun tak ada yang bisa menggantikan buatan khas dari tangan kakaknya.

"Renjun gimana sekolahnya?" Tanya Kejora di sela-sela sesi santap menyantap mereka.

"Seperti biasalah, gak pernah turun ranking" jawabnya dengan gelagat kemenangan sekaligus raut wajah sombongnya.

Senyum itu mengukir di wajah manis Kejora, seketika ia melupakan masalah yang sedang dihadapinya. "Pertahanin ya" balasnya.

"Iya kak,"

"Kakak sama kak Doyoung gimana? Kalian sebentarlagi melangsungkan pernikahan kan?"

Seketika rupanya hilang, mimik mukanya sudah tak sama. Sekuat hati menahan rasa sesak itu di hadapan sang adik. Rupanya berbohong bukanlah keahliannya.

"Kak.."

"Kak Doyoung nyakitin kakak ya?"

Spontan saja anak itu menebak secara tiba-tiba, membuat butir air mata itu jatuh menetes di pelupuk kanan matanya. Isakan itu keluar sedikit demi sedikit.

Sendok garpu serta piring mereka telah disingkirkan oleh Renjun karena sudah bersih dari sisa santap siang mereka. Renjun merengkuh sang kakak dengan sigap sambil mengelus pundak Kejora pelan-pelan.

"Kakak punya Renjun, kakak punya Haechan."

"Jangan sakit ya kak"

Tanpa banyak bertanya, Renjun betul tau hati sang kakak sedang melebur dalam perasaanya, menguarkan luka lewat tangisnya yang masih bergulir disana.

"Ini cuma cobaan, kakak yakin. Ini cobaan buat hubungan kakak" balas Kejora.

"Kakak istirahat, biar Renjun yang beresin ini semua."

"Njun, kakak mau pergi dulu. Mau ke rumah uncle." Sanggahnya sambil mengambil tas kecilnya dan berjalan meraih knop pintunya perlahan

"Kak, nggak mau dianter?" Tanya Renjun khawatir

"Enggak kok njun, kakak sendiri aja" balas Kejora meyakinkan. Renjun begitu mengkhawatirkan kondisi kakaknya sekarang namun Kejora meyakinkannya bahwa sang kakak akan baik-baik saja.

"Mas Kei"

Lirih Kejora ketika punggung besar dihadapannya membelakangi tubuh kecilnya. Kejora tau betul sepupunya itu baru saja pulang dari luar kota sebab Masnya itu membawa koper besar dalam genggamannya.

" ... "

Keidar membalikan tubuhnya refleks seraya mencari tau siapa yang kerap memanggilnya disana.

"Kejora?"

Keidar memberikan pelukan untuk sepupunya yang sudah lama tak dijumpainya itu.

"Mas Kei apa kabar?" Tanya Kejora seraya menepuk-nepuk punggung sepupunya.

"Mas baru aja pulang nih, masuk dulu yuk"

Keidar dan Kejora saling melampiaskan rasa rindunya masing-masing. Mereka dulunya sangat dekat, satu sekolah bersama ketika di jenjang menengah pertama. Keidar yang lebih tua setahun darinya, merupakan lelaki dengan kepribadian lembut yang bisa dibilang seperti perempuan. Namun tidak begitu, karena sosok Keidar adalah sosok yang begitu penyayang dan bisa menghargai wanita sepenuhnya.

Beberapa kali Kejora digosipkan berpacaran dengan kakak kelasnya saat itu. Bukan tanpa alasan karena melihat kedekatan mereka yang tidak wajar. Namun siapa yang tau kalau kakak kelasnya itu adalah sepupunya sendiri, yang sudah dianggap kakak kandung oleh Kejora.

Mereka singgah di sebuah Mall dekat rumah Keidar sambil menghilangkan penat dan rasa bosan. Bangku yang disediakan untuk pengunjung Mall begitu sepi, mengingat hari ini hari Selasa yang tak banyak orang jamah tempat hiburan di hari kerja.

"Ra, Mas paling tau kamu loh." ujarnya tiba tiba.

"Kenapa mas?"

"Ada yang lagi kamu pendam ya? Cerita sini sama Mas"

Sebenarnya Kejora sungkan untuk menceritakan bagaimana rasa khawatir dan takutnya tentang hubungannya dengan Doyoung. Ia segan, untuk bercerita. Tapi disisi lain memang ia butuh seseorang yang mampu menasehatinya dan memberi solusi atas semua kejanggalan yang terjadi antara Kejora, Doyoung juga Hany.

"Harusnya kamu nggak meninggalkan tempat itu, kamu memberi celah untuk Hany dekat dengan Doyoung ra" tutur Keidar

"Tapi mas, Kejora gak sanggup lagi. Hany udah menginjak-injak harga diri aku, dan Doyoung cuma bisa diem aja nanggepin ini. Aku nggak tau mas harus gimana lagi" Kejora mengusak raut wajahnya secara kasar dengan frustasi.

Tangan Kejora yang menghangat ketika Keidar memberikan miliknya di atas punggung tangannya, memberikan sedikit semangat untuknya.

"Pasti ada alasannya ra. Kamu harus minta penjelasan yang sejelas-jelasnya, kamu gak boleh ngerelain hubungan kamu kayak gini."

"Hany itu seperti musuh dalam selimut, feeling mas, Hany berusaha untuk misahin kalian" lanjutnya tanpa jeda.

"Menurut mas begitu?" tanya Kejora.

Jawaban itu dipenuhi anggukan yakin oleh Keidar seraya merangkul pundak sepupunya dengan hangat.

Unknown number.

Are you ready to lose before fight?

Poor you Kejora!

Lagi-lagi. Kiriman itu datang, namun kali ini hanya teks tanpa gambar.

Disisi lain rupanya Doyoung sudah mengiriminya message berkali-kali namun Kejora belum membalasnya.

Sir. Aku mau ketemu.

Doyoung

Ke rumah saya saja.

Doyoung sedikit banyaknya telah berubah. Bukannya menelepon, Doyoung hanya membalas pesannya dengan singkat.

~

"See?"

"Bedanya aku sama Kejora apa kak?"

Tiba-tiba Doyoung membanting handphone Hany di depan matanya.

'Brengsek'

"Udah liat kan? Di luaran sana dia asik jalan sama cowok lain, rangkul-rangkulan juga."

"Waktu itu aku juga begitu, tapi kan aku tinggalin dia buat kamu kak, karena aku sayang kamu. Sekarang aku bahkan rela tinggalin Ten, jadi ayo kita kembali kaya dulu, please?" pintanya.

"cukup!" Doyoung menghentikan pembicaraan Hany disana.

"Kamu jelas beda, Kamu brengsek dan Kejora enggak!"

"Dari awal kita jalin hubungan itu karena paksaan Ayah kamu Hany!" Nafasnya berburu disana, Doyoung sudah hampir naik pitam.

"Apa kamu gak lihat kesungguhan aku kak? Aku udah tinggalin dia buat kamu. Kamu janji kan kalo udah sukses kamu bakal ngelamar aku kak? Sekarang mana kepastiannya?"

"Shit"

Kilas balik.

"Kamu nggapapa sendiri?"

"Ngga apa-apa kak"

"Mau saya jemput nggak?"

Gadis itu menggeleng ringan kemudian memberikan sedikitnya kecupan yang mendarat di bibir pria yang masih menyalakan mesin mobilnya disana.

"Ayah kamu udah dikabarin?"

"Ayah udah tau kak, khawatir banget sih? Takut ya aku diapa-apain?"

Doyoung sedikit terkekeh disana. Tak disangka perasaanya bergulir dari waktu ke waktu, mulai dari perkara besar yang menimpanya dan Doyoung adalah seorang yang dijadikan korban dalam suatu peristiwa tanpa diketahui dirinya sendiri.

Perasaan yang terus ingin menjaga dan memberikan peluk hangat yang selalu melekat dengan tubuh gadis itu. Sang cinta pertama baginya, yang begitu elok saat masanya. Larut dalan kenyataan, lamanya menjalani hubungan itu rupanya Hany mulai mengeluarkan satu-satu sifat aslinya. Mulai dari desas-desus yang tidak mengenakkan seperti sering ketahuan merokok, minum alkohol di usianya yang masih belia, juga beberapa kali ketahuan mencuri adalah isu yang beredar di sekitarnya dan Doyoung belum tau pasti apakah benar perempuannya yang melakukan itu.

Sampai pada sebuah pertengahan malam, message dengan nomor yang belum ia ketahui meyakinkannya akan sebuah hal pada satu peristiwa.

Unknown number

Mawar's Hotel.

Room 271.

Tanpa balutan busana bersama seorang lelaki asing. Malam itu Doyoung pergi  meninggalkan bekas luka yang mendalam untuknya.

Ingatannya memburuk sekarang, kilas balik itu sengaja dihapus didalam memorinya jauh-jauh dan kemudian luka itu terbuka, lagi.

Rasanya perih, menghadapi semuanya dengan jarak bukanlah perkara yang sepele.

"Kamu kenapa kak?"

Doyoung tergeletak lemah di kursi panjangnya. Matanya memejam, satu tangannya ditepikan dan mengayun kebawah sofa sementara satu lagi sambil memegang kening dan memijit pelipisnya pelan.

Dua botol alkohol itu telah habis dijarahnya dengan rakus, rasanya sesak  hidup beberapa hari tanpa kekasihnya yang selalu menyambut pagi dan mengantar kepulangannya sampai di tempat tidur. Tak punya teman tidur dan tak ada yang bisa membalas pelukan malam yang selalu Doyoung berikan untuk Kejora. Sebelah sisinya rapuh sekarang.

"Ayo aku antar ke kamar"

Hany membopong tubuh besarnya dan menggeletakan posisi Doyoung pada ranjang besarnya di sebelah kiri. Melepaskan dasi yang masih bertengger di lehernya serta melepas kedua sepatu yang memeneli kakinya. Bau alkohol itu benar-benar menyengat dan menguarkan harumnya. Alkohol bagai obat penenang sementara untuknya.

"Sir.."

"Kejora rindu"

"Gantungannya lucu, apa namanya? Doyoung Junior kan?"

"Aku mau boneka beruangnya!"

"Kalau mencintaimu itu penyakit, aku rela mati biar kelak sampai nanti"

"Kamu nggak boleh tengok bintang di atas langit, aku cemburu! Bintangmu cuma satu. Deandeli Anestin Kejora, iya' itu aku."

"Aku bintang, kamu bulannya"

"Walaupun kita gak selalu sama - sama, karena langit selalu lebih mencintai bulan daripada aku."

"Tapi dua korelasi itu saling melekat.."

"aku penyempurna kamu, Kamu memang udah punya segalanya tapi── jika bintang itu punah, bulan ditinggalkan sendiri sambil meringis menggiring sepi."

"Mimah dan papah.."

"Papah?"

"Papah gak bangun juga?"

"Haduh papahnya gak mempan nih dibangunin, coba dedek cium papah."

"... kejora"

"Tolong kembali, bintang saya harus pulang ke tempat yang seharusnya."

***

"Keidar"

Suara itu. Suara yang sudah lama tak di dengarnya, yang begitu sahabat karibnya itu rindukan.

Dua pria itu menyambangi tempat Keidar dengan bangku panjangnya kemudian mengambil tempat di sebelah kanan Keidar. "Gimana kasus? Makin banyak aja?" Mereka saling menepuk satu sama lain, guna bertegur sapa setelah sekian lama tak jumpa.

"Makin banyak aja orang jahat"

Luke menggeleng santai. "Karena makin banyak aja orang yang mau hidup enak tanpa harus kerja keras bang" sahut Luke.

"Tapi bukan gue ya salah satunya" tambah Luke.

"Kamu mah bukan tersangka, tapi korban toh Luk?" Ujar Wira tiba-tiba sambil menepuk-nepuk kedua pahanya yang menggantung di atas kursi panjang itu.

"Gua lagi usaha kak, gua bangkit dan gua bakal balikin aset orang tua gue kalo tersangkanya bener-bener ketangkep"

"Bang, kasusnya Jackson Wang gimana? Gua masih bisa ditarik lagi ke penjara kalo informasi itu gak mutlak." Luke meragu dan menetapkan netranya pada Keidar.

"Jackson memang belum ditemuin keberadaanya, tapi kalo Felix udah ditangkep, saya jamin kamu aman Luk. Dua buronan lagi yang belum ditangkep. Dan kabarnya masih ada keterkaitan sama kamu" Keidar menepuk bahu kanan sahabatnya sambil memberikan tatapan tenangnya.

"Iya gue tau bang,"

"Pasti teh cewek itu Luk" sahut Wira.

"Iya wir, gue tau itu dia. Masalahnya dia udah hilang dari peradaban" Luke membuang tatapannya ke segala arah. Masa lalunya adalah yang terburuk. Dia dibiarkan bebas bersyarat oleh pengadilan negeri karena salah satu komplotan dari bisnis gelap itu sudah berhasil diringkus polisi, namun Luke masih bisa ditarik kembali jika informasi itu belum dibenarkan, walaupun Luke sudah bersih dari tuduhan penggunaan narkotika.

"Cewek siapa?" Keidar mengernyitkan keningnya.

"Mas Keidar" lirih seorang wanita yang sedang berjalan kecil menghampiri tempatnya disana.

"Eh? Mbak Cantik?" Tukas Luke tiba tiba dengan tatapan tak percaya.

"Eh? Ini Mas kasir yang ganjen itu ya?" Ceplos Kejora tak sengaja.

"Jujur amat sih mbak? Eh tapi saya gak marah kok" ujar Luke sambil menaikan sebelah alisnya.

"Loh kalian kenal?" Keidar melempar pandangan tak percaya kepada Kejora dan Luke.

Luke tertawa ringan "Kei, ini mbaknya sering belanja di tempat kerja gue, btw kita belom kenalan, saya Luke mbak. Trus ini bapa-bapa disamping saya ini Pa Wira atasan saya kalo di minimarket, kalo disini dia cuma temen ngapel bareng saya"

"Bapak bapak! ini teh udah bukan jam kantor atuh Luk!" Wira berdiri dan menepak kepala belakangnya Luke.

Keidar dan Kejora hanya terkekeh melihat interaksi antara dua orang di depannya, Kini Kejora sudah menempatkan diri bersebelahan dengan Keidar.

"Saya Kejora, sepupunya Mas Kei" Kejora mengayunkan lengan kanannya guna mendapatkan jabatan tangan salam perkenalan kepada dua orang lelaki asing yang masih ada didepannya.

Luke dengan semangatnya menangkap tangkupan tangan Kejora dan menyambutnya dengan hangat. "Luk, Kejora udah punya calon suami loh" jelas Keidar.

Luke langsung berdiam di tempat dan bibirnya ikut terkatupkan setelah mendengar pernyataan Keidar.

"Mas.. nanti anter aku yuk" Kejora menengadahkan dagunya dan sekarang rupanya berpapasan persis di depan figur laki-laki yang dianggap paling kalem sedunia itu.

"Kemana ra?" Atensi Keidar ikut beralih kepada sepupunya.

"Ke rumah pacar aku, yang tempo hari aku bilang itu mas"

"Yaudah, nanti kabarin aja ya mumpung masnya belum balik dinas."

***

Dengan hati yang semakin baik, dengan membawa segenggam rindu lewat tiap cita rasa aroma masakannya yang sudah dibuatnya sejak pagi dini hari, Kejora betul-betul ingin menghempas semua rasa rindu kepada lelakinya itu dan membawakan beberapa menu favorit Doyoung untuk dapat disantap bersamaan, jangan lupakan Keidar yang ikut mengantar dan juga ingin berkenalan dengan calon suami dari adik sepupunya itu.

'Lupakan emosi hari ini, besok kita bangun lagi hari yang baru' segelintir prinsip seperti itu kini diyakininya.

"Doyoung gimana ra orangnya? Mas jadi penasaran" tanya Keidar yang begitu penasaran akan sosok Doyoung yang begitu membuat jatuh adik sepupunya jatuh begitu dalam.

"Awalnya kan aku kira dia galak mas, tapi seiring waktu kenalan sama dia rupanya dia itu pribadi yang hangat, perhatian, walaupun bukan orang yang humoris tapi─ dia bisa bikin aku jatuh cinta terus sama dia mas" ujarnya sembari menatap rantang makanan yang penuh dan masih hangat itu. Ronanya bahagia sekarang.

"Adek aku udah jadi bucin aja sekarang, padahal dulu mas ingat banget loh kamu bucinin itu tuh temen mas, si Sehun. Sampe tergila-gila gitu kamu,"

"Tiap ke kantin belinya bubble tea yang variannya sama persis kaya Sehun punya, padahal batuk masih kenceng ditambah lagi ingusnya yang suka meler jatoh sampe bibir" tambahnya.

"MAS IH!"

Keidar terkekeh melihat reaksi sang sepupu sambil mengingatkan masa lalunya yang begitu memalukan ketika di jenjang menengah pertama.

"Mas, turun juga ya. Mas harus kenalan sama calon aku" Kejora memangku rantangnya dengan lekat dan memeluknya sambil berjalan ke pintu besar yang masih tertutup rapat disana, dia yakin Doyoung masih dirumah sebab mobilnya masih terparkir sempurna disana.

"Kurang untung apalagi coba kamu ra, udah dapet dosen. Kaya raya pula" Keidar mengedarkan pandangannya ke segala arah. Alih alih masuk, Keidar malah mengagumi besarnya rumah Doyoung yang begitu megah.

"Mas ih ayok masuk!" Paksa Kejora ketika dua pintu besar itu mulai terbuka.

"Sir?"

"Astaga, aku rindu banget." gumamnya.

Meja kaca yang bertengger diruang tamu, lampu tengah yang belum juga dimatikan, beserta beberapa botol Wine kosong yang diduga bekas minum, sepertinya Doyoung telah mengalami hari yang berat akhir-akhir ini.

Menghampiri anak tangga mulai dari langkah kecilnya, menjejaki satu persatu sambil berpegangan kuat pada handrail-nya karena rantang yang dibawanya cukup berat jika harus memangkunya dengan kedua tangannya.

Kejora membuka pintu kamar besar yang sedang tidak dikunci itu, menyusuri langkah kecilnya untuk sampai pada pinggiran ranjang. Rambut lelakinya yang terlihat kacau balau seperti ada yang memporak porandakan ia dan hidupnya, juga sepatu yang masih belum kembali ke tempat asalnya, serta kemeja hitamnya yang berserak asal di lantai.

Kejora beringsut di pinggir ranjang sambil memegang tangan Doyoung yang masih betah di dalam mimpinya dan menaruh rantang itu di nakas yang letaknya dekat ranjang.

"Maafin Kejora ya.."

"Karena aku ninggalin kamu di rumah kaya gini, kamu jadi nggak keurus begini"

Genangan air mata itu tidak dapat dielakkan, perasaan bersalah mengkungkung didalam rongga dadanya yang begitu cemas karena begitu mengkhawatirkan Doyoung. Meninggalkannya dengan penuh sesal dan kini Kejora sadar, Doyoung selalu butuh dia bagaimanapun kondisinya.

Isakan itu memenuhi tangan besar Doyoung yang memangku wajah kecil Kejora juga air matanya.

Rambut hitam nan legam itu diusapnya perlahan sambil meninggalkan kecupan hangat di dahi Doyoung.

" ... itu kamu, kan?"

" ... Kejora"

"Saya rindu kamu.."

"Sangat."

Setelah membuka dua kelopaknya satu persatu, Doyoung sepenuhnya sadar, 'wanitanya sudah pulang'.

Kejora merengkuh leher Doyoung sambil melanjutkan buliran air mata itu.

"maaf ya? aku egois"

"Stop! Saya ga butuh apapun, kamu sudah pulang.. dan semuanya akan menjadi baik-baik saja" Doyoung mengusap bagian kepala wanitanya.

Satu tangan yang merengkuh tubuhnya, melingkupi tubuh Doyoung dengan erat, mengusapnya dengan kuat. Pergerakan itu sontak membuat dua orang  disana terkejut bukan main.

Rambut kecoklatan sebahu itu bertengger di sebagian tubuhnya Doyoung.

Kejora beranjak mundur dari tempatnya berada sekarang.

Seorang perempuan muncul dari balik selimut yang mereka gunakan bersama.

Bunyi denting keras dari rantang yang dibawanya berhasil membuat seisi rumah itu dalam situasi yang gempar sekarang. Secara tak sengaja, Kejora menabraknya sampai semua isi makanannya tumpah meruah.

Seperti tertusuk bilah pisau yang kecil, namun menancapkan ujungnya yang begitu mematikan. Sakitnya menghujam deras saat itu juga, darahnya berdesir hebat ketika wanita itu bangun dari bagian tempat tidurnya yang lain, itu Hany.

Rasa tak percaya menjalar dan mengaliri satu-satu bagian tubuhnya. Kakinya bergetar hebat melihat dua pemandangan disana, menyapu semua luka yang berhasil ia halau belum lama ini, dan rupanya luka itu datang dan memecah hampir sepenuhnya ruang di dalam hati wanita itu.

Mengerahkan sekuat tenaganya untuk berlari dari apa yang bisa dilihatnya sekarang. Bibirnya mencecapi air mata derasnya disana, sambil berusaha menjangkau kedua pintu besar sebagai gerbang utamanya disana.

"Kejora?"

Kejora melalui Keidar dengan cepatnya hingga ekor matanya sudah tidak dapat menjangkau pergerakan itu.

" ... "

BUG

Doyoung terhuyung ke belakang ketika Keidar memberikan sebuah bogem mentah untuknya.

"Ini buat bajingan yang berhasil nyakitin sepupu kesayangan saya"

Sementara itu Doyoung masih dapat melihat wanitanya yang terkurung didalam mobil. Kejora menahan sesak dadanya dengan memukul keras bagiannya disana.

Keras kaca mobil itu masih dapat diketukan Doyoung, namun tetap tak merubahnya dalam bentuk apapun. Suara yang didengarnya-pun tak lolos lagi dalam kedua pendengarannya.

Mobil itu menghilang secara cepat dari jangkauannya.

Kejora tau, dia dan dunianya sudah runtuh sekarang.











Dear :


Ada yang ingin disampaikan untuk chapter berikutnya?







sorry if this part must make disappointed, especially for my Kejora. But, aku dan kalian adalah Doyoung-Kejora shippers. Just hold on!^^


















Temen-temen, mau promosi sebentar boleh? Aku minta dukungannya ya. Aku punya work baru, hasil collab sama jaemicchan

Minta dukungannya boleh kan ? :(
Langsung cek aja ya di akun jaemicchan

𝓣𝓱𝓪𝓷𝓴 𝔂𝓸𝓾 ♡











N e x t or N o t?

Continue Reading

You'll Also Like

126K 12.8K 23
Warning ⚠️ "Cerita ini mengandung bahasa non-baku." Yang tidak suka dengan cerita non-baku,d di skip aja ya jangan sampe buang-buang kuota. Terimakas...
38.5K 3K 9
PROJECT SS KDH : 01 DAHYUN [TWICE] X MINGYU [SEVENTEEN] . . . Kim Dahyun, tahun lalu ia masih menjadi gadis normal berusia 17 tahun. Namun sekarang...
40.1K 3.4K 26
Di tengah kekalutan pikiran dan hati, Joshua tanpa sengaja bertemu dan 'membeli' seorang perempuan yang tak disangka membawa perubahan besar dalam hi...
10.6K 943 40
mimpi apa gue semalem pulang sekolah tiba-tiba gue mau dilamar sama cowo 5 tahun lebih tua dari gue - Janitra Heera note: mungkin akan 18 coret karen...