Good Enough (Completed)

By WriterClub

35.1K 3.7K 490

Ini adalah aku yang selalu mendukungmu dengan caraku sendiri. Mencintaimu dengan caraku sendiri. Dan mendampi... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2 (Flashback)
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10 (Flashback)
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Epilog
CERITA BARU
Ada yang udah baca?
See you again.

Chapter 6

1K 119 5
By WriterClub

Aku kembali memaafkan.

oOo

(Namakamu) terbangun dari tidurnya dan merasakan pinggangnya dipeluk seseorang dari belakang, siapa lagi kalau bukan Iqbaal. 

Perempuan itu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Iqbaal. Ia menatap wajah kekasihnya yang damai ketika tertidur. (Namakamu) mengingat kembali apa yang terjadi tadi siang, ketika dirinya memutuskan untuk melepaskan Iqbaal.

Ia pikir, Iqbaal akan menyetujuinya dengan mudah, pasalnya dengan cara itu ia bisa kembali bersama Zidny. Namun, kenyataannya tidak. Laki-laki itu menolak dengan keras apa yang diputuskan oleh (Namakamu).

Dan laki-laki itu mengeluarkan janjinya agar tidak melakukan hal yang sama untuk kesekian kali. Dan (Namakamu) mencoba untuk memberikan kesempatan itu. Entahlah, itu akankah menjadi sebuah kesalahan atau tidak. Yang pasti hatinya tidak bisa berbohong, ia masih sangat menyayangi Iqbaal.

(Namakamu) menatap Iqbaal seraya memperhatikan setiap inci lekukan wajah Iqbaal. Namun, ia merasakan tubuhnya terdorong ke depan, semakin menempel pada tubuh Iqbaal. Laki-laki itu mempererat pelukannya. "Kenapa udah bangun?" tanya Iqbaal tetapi matanya masih tertutup.

"Aku laper," jawab (Namakamu) pelan.

Mata Iqbaal terbuka dan langsung menatap wajah kekasihnya itu. "Mau makan apa?"

"Nggak tau."

"Makan di luar?"

"Males."

"Di apart kan nggak ada bahan apa-apa. Mau pesen aja?"

"Beli bahan makanan aja deh, Baal. Nanti masak di sini. Mau nggak?" tawar (Namakamu) seraya bangkit dari posisi tidurnya.

Iqbaal menatap (Namakamu) yang sedang menguncir rambutnya. "Boleh. Emang kamu mau masak apa?"

"Nggak tau."

"Yaudah, siap-siap dulu dah. Nanti aku ke sini lagi," ucap Iqbaal seraya berjalan menuju pintu luar apartment (Namakamu).

(Namakamu) tersenyum. Ia berharap semoga Iqbaal bisa menepati janjinya. Janji yang selama ini selalu ia tunggu-tunggu, yang memang tidak pernah Iqbaal ucapkan untuknya. 

oOo

"Kok kamu jadi marah sih?" cetus (Namakamu) sambil mengejar Iqbaal yang suda h jalan terlebih dahulu.

"Bodo."

"Kenapa sih?" tanya (Namakamu) yang sudah kesal terhadap Iqbaal. Pasalnya laki-laki itu sedaritadi hanya menekuk wajahnya dan tidak menghiraukan dirinya sama sekali.

"Tau."

"Ih ngomong dulu kenapa." (Namakamu) menarik paksa tangan kekasihnya itu lalu berdiri di hadapan Iqbaal dengan wajah bingung.

"Ngomong ih!" titah (Namakamu) kepada Iqbaal. Dan Iqbaal hanya diam tidak berkutik. Pandangannya menatap tajam ke lain arah.

"Baal?"

"Iqbaal."

"Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan!"

"Apasih?!" balas Iqbaal dengan ketus. Ia menepis tangan (Namakamu) yang memegang pergelangan tangannya.

"Ih kok jadi nggak jelas sih? Yaudah nggak jadi belanja deh, aku pulang aja sendiri. Kalo kamu mau belanja, sendiri aja ya? Aku udah males, udah nggak laper juga," ujar (Namakamu) dengan mimik malas seraya berjalan melewati Iqbaal. Gadis itu membuka ponselnya untuk memesan ojek online.

Ketika tangannya ingin menekan kata 'book', ponselnya direbut oleh seseorang. Gadis itu pikir, yang merebut ponselnya adalah pencopet. Namun, dugaannya salah. Iqbaal lah yang merebut ponselnya.

(Namakamu) memutar kedua bolamatanya malas. "Kenapa sih? Sini ah aku mau pulang."

"Ya pulang sama aku lah! Kok malah mesen ojek online?"

"Kamu kan marah sama aku," kesal (Namakamu) yang menatap Iqbaal dengan jengah.

"Aku nggak marah."

"Nggak marah? Kamu aja nyuekkin aku ya! Ngedumel nggak jelas."

Iqbaal diam, mengingat apa yang ia lakukan kepada (Namakamu) sedari tadi.

"Cepetan kek! Aku mau pulang!" teriak (Namakamu) seraya menendang-nendang ban mobil Iqbaal. Tangannya memukul jendela mobil milik kekasihnya itu.

"Rusak woi!"

"Ya lagian lama banget elah!"

"Kok jadi kamu yang marah sih?" tanya Iqbaal heran dengan sikap kekasihnya.

"Bodoamat!"

"Lah kan harusnya yang marah aku!"

"Tadi katanya kamu nggak marah! Dasar labil!"(Namakamu) membuka pintu mobil yang sudah dibuka oleh Iqbaal, lalu ia masuk dan langsung menutup pintu mobil dengan cara dibanting.

Iqbaal merutuki dirinya sendiri karena merasa sangat bodoh.

"Woi cepetan!" teriak (Namakamu) yang semakin merasa kesal dengan Iqbaal karena sangat lambat.

Iqbaal terkejut mendengar teriakan kekasihnya itu. Lalu kakinya dengan cepat melangkah menuju mobil. Ketika sudah menutup pintu mobil, ia melihat (Namakamu) yang sedang bersedekap dada dan menatap ke arah jendela.

"(Namakamu)." Iqbaal mengehela napasnya. "Sini dulu aku mau ngomong."

"Tinggal ngomong." (Namakamu) tidak memalingkan wajahnya dari jendela.

"Ya liat aku dulu."

Iqbaal melihat kekasihnya itu mendengus sebal.

"Apa? Tadi disuruh ngomong malah marah-marah."

"Ih aku nggak marah," rengek Iqbaal.

"Bodo."

"Yaudah nih mau ngomong akunya."

"Yaudah ini aku udah nungguin."

"Aku sayang kamu."

(Namakamu) mendelik sebal. "Apansih nggak jelas banget?!"

"Jawab dulu 'aku sayang kamu juga' gitu."

"Nggak!"

"Cepet!"

"Nggak!"

"Yaudah nih sekarang serius."

"Oh tadi yang bilang sayang nggak serius?" ketus (Namakamu) sambil melotot ke arah Iqbaal.

Iqbaal meringis. "Serius sayang. Tapi kan aku tadi bukan mau ngomong itu dulu."

Gadis itu terdiam.

Iqbaal melanjutkan perkataannya. "Sejak kapan kamu deket sama Aldi?"

"Astaga! Jadi daritadi kamu marah sama aku gara-gara Aldi?"

"Menurut lo?"

"Serius gara-gara Aldi?" (Namakamu) tertawa terbahak-bahak. Seolah lupa akan apa yang baru saja mereka lewati.

Bertengkar satu sama lain karena masalah yang belum jelas alasannya.

Iqbaal hanya diam tidak membalas ucapan (Namakamu).

"Aldi cuma gituin kamu biar nyadar katanya. Udah dong ah jangan marah," bujuk perempuan itu seraya memegang tangan Iqbaal.

"Tadi dia telpon kamu."

"Dia cuma make sure kamu marah apa engga sama aku, gara-gara tadi siang. Udah kan?" jelas (Namakamu) lembut. Iqbaal menghela napas lega. Setidaknya sahabatnya itu tidak ada niat untuk merebut (Namakamu).

"Ayo turun lagi, katanya mau belanja," ajak Iqbaal.

"Nggak ah, aku udah nggak mood," tolak (Namakamu) sembari menyadari tubuhnya pada sandaran kursi.

"Maaf dong, kan tadi aku nggak tau. Ayo turun."

Mau tidak mau (Namakamu) menuruti Iqbaal. Mereka berdua berjalan beriringan memasuki supermarket ini. Iqbaal menggenggam tangan kekasihnya dengan erat. Lalu tangan sebelahnya mengambil troli untuk meletakan belanjaan mereka.

(Namakamu) mengira-ngira apa saja yang akan ia beli. Ia mendatangi tempat sayur-sayuran dan memilihnya dengan satu tangan. Sebenarnya, ia merasa tidak bebas, ketika ia akan melepaskan kedua tangannya, laki-laki yang menggenggam tangannya dengan erat pun menahannya.

"Aku mau milih-milih dulu ih," ujar (Namakamu) seraya mencoba melepaskan lagi.

"Tinggal milih," kekeh Iqbaal.

"Ya susah dong, Iqbaal!" geram (Namakamu).

"Usahalah."

"Lah gila lu ya? Lepasin kek!"

"Diem, aku cium nih!" gertak Iqbaal. Ia bersiap untuk mendekatkan wajahnya ke arah (Namakamu).

"Woi! Gila lu ya?! Nanti keciduk!"

"Yaudah makanya sini ah," Iqbaal melepaskan genggamannya, namun sedetik kemudian ia meraih pinggang kekasihnya untuk direngkuh.

(Namakamu) mengabaikan kekasihnya yang berlebihan itu, jika ia menanggapinya, maka akan berakhir pulang dengan tangan kosong.

Iqbaal memperhatikan (Namakamu) yang sedang memilih sayurannya. "Sawi ijo, yang. Buat makan mie."

(Namakamu) mengambilnya tanpa banyak bicara. Laki-laki itu semakin merapatkan tubuhnya ke arah kekasihnya. Merasa gemas dengan (Namakamu) kemudian Iqbaal mencium pipi gadis itu.

"WOI! MAIN CIUM-CIUM AJA LU! INGET INI TEMPAT UMUM."

"CEKREK UPLOAD, CEKREK UPLOAD!"

"OU OU OU TERCIDUK."

Iqbaal memutar kedua bolamatanya malas. Ia tahu betul siapa dalang dibalik ketiga suara itu walau tanpa melihatnya. Sementara (Namakamu) tertawa melihat ekspresi Iqbaal, namun tetap memilih-memilih sayuran yang akan ia beli.

"Bangsat." Iqbaal bergumam.

-To be continue-

Gimana chapter ini? Guys jangan lupa mampir ke World Go Round juga yaa! hehe

Hope u guys like it

-Nana.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.4K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
30.8K 3.1K 27
⚠️ First story ⚠️ Disclaimer : Masashi Kishimoto Hinata Hyuga adalah seorang gadis biasa yang telah jatuh cinta sendirian di masa remajanya. Pada dia...
202K 21.8K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
10.5K 1.8K 56
Kau, di dalam imajinasiku tampak begitu jelas dan nyata. Seolah-olah kau benar-benar ada disana. Tapi, Ketika aku mencoba untuk meraihmu bayanganmu l...