My Boss!

By May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... More

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 34

20.2K 1.8K 371
By May_Rose22


🍁🍁🍁

"Apa yang sudah kamu lakukan Fatama?!" Teriakan menggelegar di tengah ruang keluarga itu langsung membuat Fatma menangis. Firdaus benar-benar sangat murka kali ini setelah mengetahui apa yang telah istrinya lakukan.

Fatma yang sempat pingsan di tempat pesta kini sudah bersimpuh dibawah kaki suaminya yang sedang meledakkan amarahnya.

"Pa...mama hanya..."

"Diam!" Bentak Firdaus

"Dimana hati dan akal sehatmu? Kamu pikir semua akan baik-baik saja setelah ini? Kamu mempermalukan semua orang, Fatma!"

Faiz yang juga berdiri di sana sejak tadi tak ingin mengatakan atau melakukan apapun, lelaki itu memilih untuk diam kemudian pergi begitu saja meninggalkan rumah orang tuanya.

***

Jakarta, Senin Pagi 2020.

"Eyang..."

Raden Ayu yang hendak memasuki mobil menghentikan langkahnya, wanita dengan sanggul rapi yang membuat dirinya terlihat anggun itupun membalikkan badannya lalu tersenyum melihat Aurora yang berjalan mendekat.

"Mau ikut eyang ke Jogja? Kamu bisa resign dari perusahaan terus nanti kalau mau kerja eyang bisa mencarikan kamu tempat kerja yang jauh lebih bagus."

Aurora menggeleng, "terimakasih eyang, tapi Rara gak mau lari dari masalah. Masalah Rara tadi malam itu masalah pribadi gak ada hubungannya sama urusan kerja."

Raden Ayu menghela nafasnya, semalam setelah mengajak Aurora pergi dari pesta, gadis itu menangis cukup lama hingga matanya terlihat sembab. Setelah eyang merasa bahwa Aurora sudah mulai tenang, wanita itu mengajak Aurora membicarakan tentang banyak hal termasuk meminta Aurora agar berhenti bekerja lalu ikut ke Jogja, tapi bukan Aurora namanya jika menurut begitu saja. Pagi ini pun, Aurora masih bertahan pada pilihannya untuk tetap tinggal di Jakarta.

"Eyang harus pulang secepat ini?"

Raden Ayu tertawa pelan "bukannya kamu seneng to kalau eyang cepet pergi?"

Aurora memasang ekspresi kesal lalu memeluk eyangnya erat. "Maafkan Rara sudah membuat eyang malu. Rara cuma takut mengakui bahwa Rara bagian dari keluarga eyang."

Mendengar ucapan dari cucunya tak ayal membuat mata wanita itu berkaca-kaca "bocah nakal! Setelah ini kamu ndak boleh lagi takut, ada eyang yang akan membela kamu."

Aurora mengangguk, melepaskan pelukannya lalu mengusap air matanya yang kembali menetes karena rasa campur aduk di dalam hatinya. Sebenarnya ia masih sangat ingin berlama-lama dengan eyangnya karena wanita itu bisa membuat dirinya tak lagi merasa menanggung beban sendirian, tapi bagaimanapun urusan di Jogja yang jauh lebih penting sudah menunggu agar Raden Ayu segera kembali.

"Ya sudah, eyang pergi dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi eyang." Ucap Raden Ayu kemudian bergegas memasuki mobil.

"Enjeh eyang." Aurora tersenyum dan masih setia berdiri disana hingga mobil yang eyang tumpangi menghilang dari pandangan.

***
Setelah mengantar kepulangan eyang, Aurora yang hanya memakai stelan santai bergegas untuk keluar dari penthouse, garis itu merasa lebih nyaman berada di dalam kost-kostan sempitnya daripada berada di dalam tempat tinggal luas dan nyaman yang telah eyang berikan. Segala kebutuhan Aurora mulai dari pakaian, tas, sepatu, make up dan yang lain sudah terpenuhi dengan cukup di dalam penthouse, karena eyang sudah tentu tidak akan mengambil barang lama yang ada di dalam kost-kostan Aurora untuk di bawa ke penthouse.

Mungkin itu adalah salah satu bentuk protes dari eyangnya yang merasa kesal melihat Aurora hidup terlihat tak layak sebagai salah satu anggota keluarga keraton. Bukan soal kemewahan tapi karena harga diri yang sudah terinjak akibat menilai tampilan serta tak tahu latar belakang Aurora membuat eyang harus turun tangan langsung menyelesaikannya.

Membutuhkan waktu sekitar lima belas menit dari komplek hunian mewah menuju komplek kost-kostan yang berada di dalam gang.

"Eh mbak Rara!"

Aurora yang baru memasuki gang langsung menolehkan kepalanya pada sumber suara, seorang perempuan berumur sekitar empat puluh tahun berdiri di depan rumahnya yang berwarna hijau terlihat sedang mengayunkan tangannya memberi isyarat agar Aurora mendekat .

"Iya Bu Joko ada apa?"

Seseorang yang akrab di sapa Bu Joko itu meletakkan sapu yang tadi ia pegang kemudian menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri seolah memastikan bahwa tidak akan ada orang lain yang mendengarkan pembicaraan mereka.

"Semalam ada dua laki-laki tampan mencari mbak Rara, waktu itu ibu kos sedang keluar jadi dia tanya saya yang kebetulan lewat depan kost-kostan."

Aurora mengerutkan keningnya "terus Bu? Mereka bilang ada keperluan apa mencari saya?"

Bu Joko menggeleng "gak sih, tapi kayaknya mereka panik waktu saya bilang mbak Rara belum kelihatan pulang dari pagi."

Aurora yang menduga itu Faiz dan Wendra mendadak terkejut saat Bu Joko melanjutkan ucapannya.

"Katanya mereka keluarga mbak Rara, aduh siapa ya namanya kok ibu lupa... Pokoknya orangnya tinggi cakep, aduh...namanya... Al, Ali ..."

"Alwi?"

"Nah! Iya bener Alwi."

Aurora bergegas meraih ponselnya dari dalam tas selempangnya dan baru ingat jika ia mematikan ponselnya sejak semalam.

"Terimakasih Bu Joko, itu Abang saya." Ujar Aurora kemudian pamit dan berjalan cepat menuju kost-kostan nya.

"Aduh gawat!" Gumam Aurora yang setengah berlari dengan ponsel yang ia tempelkan pada telinga.

"Halo, Abang diman...."

"Rara! Kamu kemana? Kenapa baru hubungin Abang?udah ga bisa di hubungin ga pulang lagi, kamu nginep dimana semalam? Mau Abang seret pulang ke Kalimantan kamu? Udah mulai berani ya..."

"Stop!" Aurora memotong ocehan Alwi dan menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan, ia menatap pintu kamarnya kemudian...

Tok.. tok..tok...

"Abang di dalam?" Teriak Aurora setelah mengetuk pintu kamarnya karena melihat sepasang sepatu laki-laki di depan pintu, tak menunggu lama pintu terbuka dan bukan Alwi yang berdiri di depannya, melainkan Eza, sepupunya.

"Loh?!"

"Hallo, dek? Kamu dimana?" Suara Alwi terdengar lagi di ujung sambungan sementara Aurora melangkah masuk ke dalam kamar kostnya bersama Eza yang malah tersenyum lebar.

"Abang dimana? Kok ini ada bang Eza, aku di udah di kost."

Terdengar helaan nafas kasar sebelum suara Alwi kembali menyahut "Abang keluar sebentar ada urusan, yaudah tetap disana dan jangan kemana-mana sampai Abang balik. Awas kamu!"

Setelah ocehan panjang lebar yang di tutup nada ancaman, Aurora  langsung merebahkan tubuhnya pada singgle bed kesayangannya mengabaikan Eza yang berdiri menatapnya dalam diam.

"Ra..."

"Hmmm...."

"Aurora!"

"Ish! Apaan sih bang bentar aku masih mau mendamaikan diri. Diem dulu." Sahut Aurora mengubah posisinya menjadi tengkurap.

Eza memilih untuk duduk di tepi kasur lalu menanyakan hal tak terduga yang membuat Aurora langsung mengubah posisinya menjadi duduk

"Kamu habis clubbing?"

Plak!

Pukulan keras mendarat sempurna pada paha lelaki tampan yang kini langsung menampilkan ekspresi kesakitan

"Astaghfirullah bang! Abang pikir aku cewek begituan yang suka clubbing sampai pagi? Ngomong ngawur lagi ku tonjok beneran nih!"

"Ya kamu sih semalaman ga pulang, ini Jakarta dek! Kami takut kamu terpengaruh hal negatif." Eza mengusap kepala Aurora lembut "tau gak gimana susahnya kami bisa masuk kesini?"

"Eh iya juga, gimana kalian bisa dapat kuncinya?"

"Di bantuin Faiz bos kamu itu lho yang pernah nginep di rumah waktu ke Kalimantan"

"Hah? Jadi ...bentar, bentar...kok bisa sampai ke pak Faiz?" Aurora memijit kepalanya yang tiba-tiba berdenyut

"Sebenarnya kalian kesini ngapain? Gak ngabarin aku dulu, terus bisa langsung ke pak Faiz gitu."

Eza mengedikkan bahunya, dokter muda itu memilih untuk tak memberikan jawaban berarti

"Tanya Abang kamu aja, aku udah cukup pusing ngadepin dia yang udah darah tinggi terus."

***

Malam setelah pesta.

Faiz yang baru saja keluar dari rumah orang tuanya di kejutkan dengan panggilan masuk dari seseorang yang sebenarnya tidak ia inginkan untuk berkomunikasi di saat seperti ini, tapi akan menjadi sebuah masalah besar jika ia mengabaikannya begitu saja.

Faiz yang sudah duduk di kursi kemudi mobilnya kini mengangkat panggilan itu dengan menyandarkan tubuhnya lemas

"Hal..."

"Bangsa*t! Kamu apakan adikku hah?!" Umpatan kasar dengan nafas memburu yang terdengar membuat Faiz hanya bisa menghela nafas. Ini malam yang berat.

"Bang, maaf aku bisa jelaskan..."

"Jelasin apa lagi hah?! Jelasin kalau keluargamu udah berhasil bikin adikku di permalukan?! Sekarang dimana Aurora?!"

Faiz memijit keningnya "Ara di kostnya dia pulang..."

"Sh*t! Kesini sekarang! Ara belum pulang dari pagi."

Mendengar kemarahan Alwi yang tak terbendung Faiz memilih untuk mengalah dan segera melajukan mobilnya menuju kost-kostan Aurora. Sebenarnya Faiz tak terlalu khawatir saat ini mendengar Aurora tidak ada di kostnya karena Faiz yakin eyang tidak akan membiarkan Aurora sendirian.

****

Bugh!

"Alwi! udah bro sabar..."

Eza yang memiliki postur tak sebesar Alwi sedikit kuwalahan saat mencoba menenangkan lelaki itu. Faiz yang baru saja datang langsung di sambut sebuah pukulan keras pada wajahnya akibat berhasil mengusik kebahagiaan adik kesayangan seorang Alwi.

Faiz tak membalas, lelaki itu menerima pukulan Alwi dengan ikhlas, Faiz berpikir bahwa dirinya pantas untuk mendapatkan semua ini, bahkan pukulan seperti ini belum bisa membayar sakit hati Aurora akibat ulah ibunya.

Beruntung hari sudah larut hingga kompleks itu sudah sangat sepi, Faiz yang tadi sedikit oleng kini sudah berdiri di depan Alwi yang di tahan oleh Eza agar tenang.

"Bang, aku minta maaf. Aku cinta sama Aurora tapi di lain sisi aku gak bisa gitu aja mukul orang yang udah nyakitin Aurora kalau orang itu ibu ku sendiri." Faiz nampak frustasi

Alwi berdecih "aku gak peduli, siapapun itu kalau berani nyakitin Aurora aku yang akan jadi tamengnya. Paham?!"

Bugh!

Eza lengah, Alwi kembali memukul Faiz dengan keras dan lagi-lagi Faiz memilih untuk tak melawan meski kini sudut bibirnya sudah berdarah dan terlihat membiru pada bekas pukulan.

"Huft!" Eza mengangkat kedua tangannya di depan Alwi dan Faiz

"Ayo lanjutin aja, aku nonton dari sini, sambil nunggu warga ngroyok kalian berdua karena udah bikin ribut tengah malam di kampung orang."

"Capek aku lihatin orang berdarah-darah terus tiap hari di rumah sakit, malam ini tolong kalian damai aja, di obrolin yang baik. Aku gak lagi dinas soalnya jadi kalau ada yang sampai pingsan nih gara-gara berantem aku sih pilih teriak manggil warga daripada ngasih pertolongan pertama." Lanjut Eza

Ucapan Eza yang sangat santai langsung mendapatkan tatapan tajam dari Alwi dan sudah pasti di abaikan oleh Eza.

"Bos! Biasannya Aurora pergi kemana kalau gak pulang ke kost?" Tanya Eza pada Faiz seraya memberikan tatapan dingin.

"Jogja." Jawab Faiz cepat.

"Mau mati disini hah?!" Bentak Alwi

Tidak! Faiz tidak sedang bercanda, karena terakhir kali Aurora menghilang, gadis itu memilih untuk pergi ke Jogja. Bisa jadi malam ini Aurora juga pergi ke Jogja bersama eyang.

Faiz berusaha tenang, lelaki itu mulai menjelaskan semuanya dari awal termasuk bagaimana ibunya tak menyukai Aurora kemudian Aurora yang kabur ke Jogja hingga bagaimana kejadian malam ini terjadi.

Alwi yang mendengarkan hal itu memilih untuk menahan emosinya daripada harus berhadapan dengan hukum jika ia gegabah dan kembali memukuli anak orang hingga babak belur. Sementara Eza...lelaki itu dapat menjadi penengah yang baik.

"Oke, karena eyang yang gak mau angkat telepon dan Aurora yang gak bisa di hubungi, baiknya kita nunggu dia di kost sampai mereka bisa kita hubungi." Ujar Eza

Jujur lelaki itu sudah sangat lelah dan ingin beristirahat karena malam semakin larut. Meski bisa saja mereka menginap di hotel tapi akan sangat melelahkan jika harus menaiki mobil lagi untuk menuju kesana. Jika ada tempat yang bisa di gunakan untuk beristirahat kenapa tidak? Pikir Eza.

"Eh bos!!" Seru Eza kepada Faiz "bantuin kami biar bisa masuk kamar Rara."

Faiz mengangguk dan langsung menghubungi ibu kost yang sudah kenal baik dengan dirinya.

Ini udah ku kasih panjang 😭 tembus 300 komen fast up! Janji

Continue Reading

You'll Also Like

390K 15.5K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.8M 142K 30
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
652K 77.9K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.4M 19.7K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...