Garis Takdir Adinda (END) ✓

由 Dzikrasiah

109K 9K 494

TELAH TERBIT!! Novel Fiksi Romantis-spiritual ⚠️JANGAN BACA KALAU HANYA MEMBUATMU LALAI!! Al-Qur'an sebaik-ba... 更多

00. Prolog
S1. - 01. Siapa Dia Sebenarnya?
S1. - 02. Rasa Nyaman
S1. - 03. Traumatis
S1. - 04. Tidur Panjang
S1. - 05. Dunia Itu Sempit
S1. - 06. Hanya Milikku
S1. - 07. Teka-teki Kehidupan
S1. - 08. Awal Kehidupan Baru
S1. - 09. Buku Merah Muda
S1. - 10. Pra Perpisahan
S1. - 11. Perpisahan
S1. - 12. Cemburu?
S1. - 13. Belajar Ikhlas
S1. - 14. Pondok Pesantren
S1. - 15. Asrama
S1. - 16. Sebuah Kecelakaan
S1. - 17. Seperti Berbagi Suami
S1. - 18. Keluarga kedua
S1. - 19. Kabar Duka
S1. - 20. Mimpi Yang Aneh
S1.- 21. Ustadz Misterius
S1. - 22. Sebenarnya Sepenuh harapan
S1. - 24. Cobaan Bersama
S1. - 25. PERNIKAHAN
S2. - 26. Hadiah
S2. - 27. Rumah
S2. - 28. Perjanjian
S2 - 29. Akankah Terus Seperti Ini?
S2 - 30. Keluarga Reyhan
S2. - 31. Mesin Jahit
S2 - 32. Jangan Sentuh Dia!
S2. - 33. BENCI?!
S2. - 34. Kembali
S2. - 35. Bisakan Kita Berteman?
S2 - 36. Siapa Tau Jodoh.
S2. - 37. Apakah Alzheimer?
S2. - 38. Tamu Istimewa
S2 - 39. Hadiah dari Tuhan
S2 - 40. Mimpi Aneh 2
S2 - 41. Ini Darurat!
S2. - 42. Tepati Janjimu!
S2 - 43. Kebohongan Reyhan
S2. - 44. Aku Ikhlas Mas!
S2 - 45. Garis Takdir
S2 - 46. Hari Tak Disangka
S2 - 47. Pulangkan Dia!
S2. - 48. Titik Temu
S2 - 49. Assalamu'alaikum, Cinta
S2 - 50. The Last Part
🍃EPILOG🍃
KLARIFIKASI
⚠️COMEBACK ⚠️ CERITA BARU ⚠️ BUKAN KAMU YANG KUINGINKAN!!

S1. - 23. Sepenuh Harapan

1.4K 169 27
由 Dzikrasiah

Jangan lupa pencet tombol bintangnya 🌟 yuk sebelum baca ❤️

“Ada apa Mas?” Tanyaku kepada Reyhan yang sedang di balik sambungan telepon.

“Kamu mau menjenguk istrinya Ustaz Baihaqi?”

“Mau Mas, sekarang?” Aku sangat bahagia mendengar tawaran itu.

“Saya jemput di depan gerbang utama. Kamu bersiaplah”

“Oke, Dinda segera ke sana,” ujarnya dengan begitu semangat.

Sampailah kami rumah sakit terbesar di kota ini, bisa dibilang ini adalah rumah sakit dengan pelayanan terbaik. Walaupun begitu siapa juga yang ingin menginap walau sehari di dalam sini.

Entah kenapa tanganku sedari tadi seperti membeku dan berkeringat juga apa yang hatiku sekarang rasakan? Detak jantungku berdetak lebih cepat ada rasa khawatir ada beberapa penggalan memori itu kembali muncul saat bersama dengan sang guru yang lebih dari sebutan guru.

Terlebih aku benci rumah sakit, dulu aku lebih sering mengunjungi rumah sakit. Rumah sakit sudah seperti rumah kedua bagiku itulah yang namun aku tak suka berada di dalamnya, aku ralat bukan rumahku tapi menurutku rumah sakit adalah tempat yang lebih horor dibandingkan rumah hantu sekalipun.

Kami tiba di sebuah lorong rumah sakit, aku masih setia mengepal erat tangan mas Reyhan, sambil mengiringi lisanku dengan zikir.

“Kamu kenapa?” tanya Mas Reyhan.

“Eng-Enggak papa Mas, hanya sedikit khawatir” aku berbohong, sebenarnya aku sangat khawatir.

“Jangan takut, kita berdoa meminta yang terbaik untuk Mbak Liza.”

“Iya..” lirihku.

“Assalamualaikum..” ucap Mas Reyhan dengan salam kepada seseorang pri yang sedang duduk merenung terlihat seperti orang frustrasi yang sedang berdoa meminta keajaiban sang Illahi. Dia adalah Ustaz Baihaqi –suaminya Bu Liza-

“Waalaikumsalam warahmatullah, Haikal?” Ujarnya yang tampak terkejut dengan kehadiran kami.

“Saya turut prihatin ya Mas,” ucap Mas Reyhan sambil mengulurkan tangannya dan memberi sedikit tepukan dipunggungnya.

“Em.. iya Terima kasih ya kal, dan untuk yang tadi pagi sama saya benar benar meminta maaf dan sangat berterima kasih kepadamu.”

“Tidak perlu berlebihan seperti itu mas.. dulu mas sudah banyak membantu saya.”

“Kamu datang dengan siapa? Ini adik kamu? Kok saya baru tahu kamu punya adik?”

“Emm.. apa aku terlihat sekecil itu?” Gerutuku dalam hati.

“Oh.. bukan Mas, ini istri saya. Dia juga anak muridnya Mbak Liza” bela mas Reyhan

“Untunglah Mas Reyhan masih mau mengakui bahwa aku adalah istrinya” aku menghelakan napas lega.

“Oh. Maaf.. saya kira kamu adiknya Haikal.” Mereka pun lanjut bercakap-cakap, Dari percakapan mereka benar-benar seperti sangat akrab.

“Bagaimana keadaan Bu Liza?” memberanikan diri.

“Saya juga belum tahu pasti, tadi setelah dokter memeriksanya, katanya istri saya.. terpaksa harus di operasi untuk pemasangan ring.”

Mendengar jalan ceritanya membuatku banyak beristigfar, garis takdir itu rahasia, bahkan di usianya yang masih muda tidak menutup kemungkinan untuk sakit, jika Allah telah berkehendak.

“Mas.. kalau semisalnya kita yang ada di posisi itu bagaimana?” Entah pertanyaan darimana itu keluar dengan sendirinya dari mulutku.

“Maksudnya?” Tanya Mas Reyhan bingung.

“Iya.. aku diposisi Bu Liza dan mas di posisi Ustaz Baihaqi, apa yang terjadi? Apakah kamu akan meninggalkanku?” Karena aku sangat takut jika harus kehilangan Mas Reyhan, apa lagi aku tahu kondisi tubuhku tidak normal seperti wanita kebanyakan.

“Itu tidak akan mungkin, sayang.”

“Aku membayangkannya saja udah enggak kuat Mas..” jujurku sambil memeluk lengan mas Reyhan.

Tadi aku sempat melihat Bu Liza yang masih terlihat sangat pucat namun yang makin membuatku kagum senyumannya yang tak pernah pudar walauku tau itu suatu yang sangat sulit untuk dihadapi.

“Ya sudah jangan dibayangkan, kita sekarang hanya tinggal berdoa meminta yang terbaik bagi Mbak Liza, yah, udah jangan sedih lagi!”

“Bu Liza itu lebih dari guru untuk aku Mas, dia sudah kuanggap seperti ibuku sendiri. Bahkan aku manggilnya dengan sebutan bunda loh Mas..”

“Oh ya? Berarti dekat ya?”

“Iya.. Sangaat dekat!”

“Sedekat ini?” Mas Reyhan merangkul erat tubuhku yang membuatku tiada jarak dengannya.

“Mas.. ini di rumah sakit” keluhku.

“Lagian istri saya sedih terus jadi saya bingung harus apa, kita pulang yuk?” rayunya membujukku.

“Janji kamu tidak akan meninggalkanku lagi?” Aku mengulang permintaanku, dan di jawab kembali oleh Mas Reyhan,

“Iya ibu negara apa pun untuk ratuku, bidadariku, sayangku cintaku..” dia pun mencubit hidungku yang masih terlapisi kain.

“Ih.. geli aku dengarnya, lebay banget kamu!” aku memaksa untuk dilepaskan dari rangkulannya

“Lebay tapi suka kan?” Godanya.

“Hahaha..” aku hanya tertawa akan kelakuan yang ingin membuatku kembali tersenyum, yang terpenting sekarang mas Reyhan masih berada disisiku dan itu sudah lebih dari cukup untukku.

Langit mulai menghitam dan Malam pun tiba, waktu yang begitu hari siap menyambut kehadirannya, suara spiker mulai terdengar di sisi pesantren untuk teman-temanku.

“Panggilan kepada seluruh santriwati dari kelas 12 ditunggu kehadirannya di aula sekarang juga.. sekali lagi Panggilan kepada seluruh santriwati dari kelas 12 ditunggu kehadirannya di aula sekarang juga.. “

Aku mencari keberadaan Zahra, untuk meminta izin berbicara selesai acara selesai

“Memang ada apa Ay?”

“Eh. Anu.. aku.. mau pamit..”

“APA?! Kok.. mendadak?!” Seluruh temanku terkejut, bagaimana tidak. Tapi aku juga tidak ada pilihan lain untuk merahasiakan semua ini.

“Nanti aku jelasin di aula, biar gak ngulang dua kali.”

Semua temanku telah berkumpul di aula, dan Zahra membuka acara ini lalu mempersilakan aku untuk mengklarifikasi fakta yang sebenarnya tertutupi.

“Terima kasih Ara, atas waktunya.”

“Bismillah assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,, akhwati Fillah.. kayfahalukun? Aku di sini ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar besarnya kepada Antunna.. mohon dia maaf kan ya.. semoga malam ini bukanlah malam terakhir kita berjumpa..

Em.. maaf kalau selama ini ada kata dan perbuatan yang menyinggung perasaan kalian ...”

Aku menjelaskan yang sedetail-detailnya bahwa sebenarnya aku sudah menikah yang membuat mereka tambah terkejut..

Aku memberitahu alasannya yang membuat air mataku kembali berlinang, namun siapa sangka respons mereka sangat positif, sungguh mereka sangat mengerti diriku

Bahkan ada beberapa diselingi canda agar air mataku tidak kembali menetes.. kamu benar mas mereka adalah keluargaku pasti akan mengerti diriku.

Sungguh sekarang hatiku tampak lebih lega melihat senyum mereka kuharap ini bukan untuk yang terakhir..

Setelah berpamitan dengan pelukan penuh hangat mereka mengantarku ke gerbang bahkan aku tidak di izinkan untuk membawa barang apa pun kecuali tas kecil dan boneka kesayanganku..

Aku mulai memasuki mobil dan melambaikan tangan ke arah mereka. Langit tampaknya ikut bersedih, tetes demi tetes mulai berjatuhan yang membuat mereka segera pergi dari hadapanku.

Enam tahun sudah diriku menginjakkan kakiku di sini, segala momen pernah kuhadapi. Aku banyak mengambil pelajaran di sini. Jika di ingat kejadian 6 tahun yang lalu aku sangat menolak mentah-mentah untuk di masukan ke sebuah pondok pesantren, namun perlahan aku belajar arti kata ikhlas menerima takdir, dengan percaya bahwa ini adalah takdirku.

Ah.. sudahlah aku tak boleh terlalu dalam kesedihan ini, bukannya dulu ini yang kuinginkan agar cepat-cepat lulus tapi kenapa sekarang rasanya sangat berat?

Ini baru berpisah dengan yang namanya teman, dan ini hanya perpisahan didunia. Bagaimana jika aku akan terpisah dengan laki-laki di sebelahku ini.. sungguh aku tak sanggup walau hanya membayangkannya.

Aku kembali menyeka air mataku, mungkin sekarang mataku dan hidungku sudah memerah.

“Mas..” lirihku sambil menatapnya.

“Sudah nangisnya?”

Jawabnya sambil menatap ke arahku

“Kamu enggak akan ninggalin aku, kan?” Aku merasa hari ini aku begitu sensitif, sedari tadi aku terus terbayang kematian. Memang benarnya terputusnya sementara rasa kenikmatan dunia ketika kita mengingat kematian.

“Jangan berpikir yang aneh-aneh Adinda.” dia kembali fokus ke arah jalan yang masih redah resolusi cahayanya. Kami hanya memanfaatkan penerangan dari arah mobil, di tambah jalanan sepertinya sangat licin.

Hingga di kegelapan aku melihat seperti ada seekor kucing yang sedang ingin menyeberang jalan

“Astagfirullah Al-Azim.. MAS AWAS!!”

Mas Reyhan seketika langsung memutar kemudi dan secepatnya menekan rem.. gemuru petir semakin terdengar jelas ditelingaku

Tiiinn.. tiiiinnn.. DRUUK!! BRAKK!!

Kepalaku terbentur hebat, setelah mobil kami menghantam pohon besar yang tak bersalah. Aku yang setengah sadar, sambil memegang dahi ku yang terasa sangat nyeri dan sudah berlumuran darah, membuatku memutar memori lama yang semakin membuat kepalaku terasa nyeri,

“Astagfirullah?! Darah?”

Napasku masih tercengang.. dadaku rasanya kembali sesak ditambah aku baru saja selesai menangis, memori 10 tahun yang lalu pun seperti kembali memutar di hadapanku, seketika pandanganku menjadi kabur setelah melihat asap dari arah mobil depanku,

Aku merasa seperti ada yang mengguncangkan tubuhku

“Din.. ayo kita keluar dari sini Din..!”

Aku sudah tidak sanggup untuk berkata sedikit pun.

“Auww kaki saya!!”

Aku merasa tubuhku seperti melayang, setelah itu hanya gelap.. sekali lagi aku benci gelap..

~~~

_______________________

TBC.

Apa yang terjadi 😱😱😱??

akankah mereka selamat?

perjalanan mereka dimulai dari sini ☺️☺️☺️

Sudahkah membaca Al-Qur'an hari ini?

繼續閱讀

You'll Also Like

103K 5.2K 43
UNPUB TAHAP REVISI Brukk "Ya Allah, astagfirullah" siapa ini, ya Allah lindungilah hamba mu ini. "Astagfirullah" aku mulai ke takutan setelah menden...
117K 6.4K 30
[SELESAI] [LAGI DI REVISI] [CERITA FIKSI NO REAL‼️] Semuanya adalah rahasia Allah. Dan semua dari Allah, adalah takdir yang selalu Indah. Siapa ya...
12.1K 799 20
jangan lupa tinggalin jejak.... بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم Artinya:"Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang" Seb...
2.2M 104K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞