S1. - 13. Belajar Ikhlas

1.7K 173 1
                                    

Spam komen yuk di setiap paragraf nya🥳 dan jangan lupa pencet tombol bintang 🌟

🕊️🕊️🕊️

"Ketika Allah sedang menguji hambanya berarti Allah begitu mencintai hamba tersebut. Ujian setiap orang itu berbeda-beda, kita tidak mungkin sanggup jika menjadi diposisi orang lain atau bisa jadi pula orang lain pun belum tentu sanggup jika berada di posisi kita. Intinya semua kadar sudah ditetapkan tergantung porsinya masing-masing."

🕊🕊🕊

“Astagfirullah Al-Azim ... buku catatan aku tertinggal di rumahnya kak Dila Bun!”

Aku baru tersadar saat merapikan buku-bukuku ke dalam raknya, buku catatan harian ku yang bersampul Merah Muda ternyata tidak kutemukan dibalik tumpukan buku-buku pelajaranku. Aku baru teringat, bahwa sepertinya tertinggal di rumahnya kak Nadila.

“Ya sudah ambil dulu.”

“Iya bun, aku pamit dulu ya, Assalamualaikum.” Aku pun berpamitan dengan bunda dan bergegas menuju blok rumah Kak Nadila, hanya memakan waktu kurang dari lima menit aku pun sampai dan mengetuk pagarnya, sambil mengucapkan salam.

Dan kebetulan sekali di sambut oleh si cerdas Aisyah yang langsung membukakan gerbang untukku, tapi dia terlihat kesulitan, akhirnya  di belakangnya ada Khadijah yang ikutan menyambutku dan membukakan gerbang. Sementara Muhammad, tadi aku lihat dia sedang bermain kelereng bersama adikku dan teman-teman sebayanya di sekitar rumahku.

Aku yang masuk langsung di sambut dengan pelukan oleh kedua keponakan perempuanku, Khadijah dan Aisyah, mereka sungguh menggemaskan. Dan mereka menuntunku ke dalam untuk menemui kak Nadila yang ternya sedang masak di dapur.

Kak Nadila yang terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba langsung menghentikan aktivitasnya, namun kucegah, kubilang, aku hanya ingin ke kamarnya mas Reyhan untuk mengambil bukuku yang tertinggal. Kak Nadila pun mengizinkannya dan memintaku agar menganggap ini adalah rumahku sendiri.

Aku yang berjalan ke atas di temani ke dua keponakanku sambil bercerita

“Kok Ante enggak nginep di lumah Ais lagi sih,” ujar si kecil Aisyah.

“Ais salihah,, Ante nginep di rumah Ais kalau ada Om Reyhan aja ya? enggak papa kan?”

“Om Leyhan masih lama pulangnya ya?” Wajah ceria itu berubah menjadi murung.

“Kan Om Reyhan lagi belajar, Dek!” Timpal Khadijah.

“Kalau belajar itu lama ya Ante?” Tanyanya lagi.

“Iya, Sayang.” Jawabku sambil mengelus rambutnya.

“Ais enggak mau ah kalau lama! Nanti Ais halus jauh sama ummi dong!”

“Tidak papa jauh Ais, kan untuk menuntut ilmu, Ante juga sekolahnya jauh harus naik kereta lama banget.”

“Wah seru ya Ante naik keleta, Ais juga mau dong, kaya waktu ke lumah Ante kiya. Ya kan Kak?” Dia menanyakan ke kakaknya Khadijah, sementara Khadijah mengangguk setuju.

“Iya, Dijah juga mau! Biar bisa sering naik kereta.” Anak ini sudah masuk SD jelas kalau bicaranya sudah jauh lebih lancar.

Garis Takdir Adinda (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang