The Cold Brothers [ON GOING]

By svgrsna

52.7K 4.1K 300

[Follow sebelum baca] Jika orang bilang mempunyai kakak laki-laki itu enak maka bagaimana jika kalian mempuny... More

Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18

Chapter 2

5.5K 413 9
By svgrsna

Malam ini Queen sibuk memikirkan bagaimana cara dia meminta ijin kepada kedua orang tuanya dan juga ketiga saudara laki-lakinya. Pastinya ketiga abangnya tidak akan memberi ijin.

Dengan gugup Queen keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan karena nanti dia ingin meminta ijin setelah selesai makan malam.

Queen bisa melihat kedua orang tua dan ketiga abangnya sudah duduk rapi menunggu kedatangannya, Queen menarik kursi di sebelah Revan-abang pertamanya.

Mereka semua memulai makan malam dengan nikmat namun sesekali mereka mengobrol, membahas tentang sekolah atau pun pasangan dari Revan.

Queen hanya bisa menyimak karena dia masih merasa sangat gugup hingga akhirnya mereka semua selesai makan malam, namun Queen masih saja diam.

Gadis itu hanya bisa melihat keluarganya sudah bangkit berdiri menuju ruang keluarga untuk menghabiskan waktu bersama, sementara dirinya tengah berusaha untuk menteralkan detak jantungnya yang berdetak cepat.

"Aduh gimana gue bilangnya ya?" ucap Queen dengan nada kecil dan mengikut keluarganya yang sudah berkumpul.

Dia memilih duduk di bawah kaki bundanya karena bunda dan ayahnya duduk di sofa begitupun ketiga abangnya. Queen menatap sekelilingnya yang asik mengobrol. Bella-bundanya yang melihat wajah gugup Queen akhirnya bertanya.

"Muka kamu kenapa gugup gitu?" tanya Bella.

Semua tatapan langsung tertuju pada Queen saat mendengar pertanyaan dari Bella membuat Queen meneguk ludahnya kasar.

"Eh? Anu Bun itu Queen mau minta ijin buat liburan hari sabtu." Dia berusaha terlihat biasa saja agar mendapatkan ijin.

"Gak boleh," bukan Bella yang menjawab namun Revan, abang pertamanya.

"Yah, boleh ya?" bujuk Queen pada Naufal ayahnya.

"Gak boleh Queen," sahut Rangga.

Queen menatap abangnya tajam seolah berkata "Diem lu." Queen kembali mengalihkan perhatiannya pada Naufal.

"Yah, boleh ya? Kan sabtu libur jadi kasih ijin dong sama Queen," pinta Queen.

"Tanya ketiga abang kamu aja," jawab Naufal.

Queen menghela napas pasrah. "Kenapa nanya abang? Kan kepala keluarga Ayah," balas Queen.

"Kalau Ayah bolehin kamu, gak tau sama abang kamu," jawab Naufal lagi.

Queen tersenyum senang setidaknya dia mendapatkan ijin dari ayahnya, sekarang tinggal memikirkan bagaimana meminta ijin ketiga abangnya itu. Queen menatap ketiga abangnya dengan tersenyum mungkin dengan cara itu mereka akan membiarkannya pergi liburan.

"Gua boleh pergi liburan, kan?" tanya Queen.

"Kemana?" tanya Raga.

Queen bingung harus menjawab apa jika dia berkata jujur pasti abangnya itu bisa menyusul nanti. "Kepo lu bang, boleh ya?"

"Kemana?" tanya Rangga dingin.

"Puncak bang," jawab Queen. Queen sekarang sangat gugup karena dia sudah berbohong pada abangnya bagaimanapun itu dia lakukan untuk kebaikan.

"Abang ikut," sahut ketiga abangnya.

Nahkan benar dugaannya sudah pasti abangnya itu akan ikut. "Yaelah bang, gak usah ikut lagian cuma satu hari," bohong Queen.

"Ikut atau enggak sama sekali?" Ancem Revan.

"Ini cewek semua bang, cuma Queen, Naura, Qilla sama Arla. Masa kalian ikut," kesal Queen.

"Iya atau enggak?" Revan masih setia sekali ingin ikut mendampingin Queen.

Queen bingung harus gimana namun dia sangat males jika abangnya ikut pasti mereka akan selalu melarang Queen. Gadis itu mendongakkan kepala dan menatap Bundanya. "Bun suruh abang gak usah ikut," pintanya.

Bella merasa kasian pada Queen tapi dia juga tau bagaimana ketiga anak lelakinya. "Bang biarin aja ya, cuma dua hari" Bella menatap ketiga anak lelakinya sambil tersenyum hangat.

"Gak boleh bun, nanti dia di culik gimana?!" kesal Raga.

"Abang, Queen bukan anak kecil lagi." Queen merasa tidak terima karena ketiga abanya itu selalu menganggap dia anak kecil.

"Lu tuh masih bocah," ucap Rangga.

"Queen udah gede abang!" rengek Queen.

Naufal hanya menggelengkan kepala melihat perdebatan anak-anaknya. Baginya itu sudah sering jadi dia tidak merasa heran.

"Sekali-kali biarin aja bang," ucap Bella lagi.

"Bun." Rangga, Raga, dan Revan menatap bundanya tidak Terima.

"Boleh kan bang?" Queen memasang Puppy Eyes andalannya.

"LU BISA NURUT GAK REN? KALAU LU SAMPE KAM-" Revan menahan emosinya. Untung aja dia tidak sampai kelepasan.

Semuanya diam melihat kemarahan Revan terutama Queen. Dia sangat tau apa yang sangat dikhawatirkan oleh Revan.

Queen mendekati Revan yang mengepalkan tangannya "Gue bakal baik-baik aja bang." Queen menggenggam tangan Revan dengan yakin.

Revan menatap Queen dengan sorot yang tidak bisa diartikan. Raga dan Rangga yang melihat itu mengernyit heran menatap tatapan abangnya itu.

"Ren, lu tau kan?" tanya Revan.

"Iya bang, tenang aja lagian cuma ke puncak kan? Cuma dua hari gak lama," balas Queen dengan tersenyum.

Revan memejamkan matanya sejenak, dia berusaha untuk menghilangkan rasa khawatir pada adik kecilnya itu. "Hm, oke"

Senyum tidak bisa lepas dari wajah Queen, dengan bahagia gadis itu memeluk Revan. "Makasi bang."

"Bang apaan sih lu bolehin Queen pergi!" sewot Rangga tidak terima.

"Diem!" tegas Revan sambil membalas pelukan Queen.

Raga dan Rangga hanya diam tidak bisa melawan percuma menolak kalau akhirnya mereka bakal tetap kalah dari Revan.

"Queen ke atas dulu mau tidur, besok sekolah." Queen bangkit berdiri, sebelum pergi dia mentap bundanya dan membisikkan sesuatu.

"Bun, tadi Queen bohong, Queen liburan ke Bali seminggu," bisik Queen agar tidak ada yang mendengar perkataannya tapi Naufal masih bisa mendengar apa yang di ucapkan putrinya dan dia memilih untuk diam.

Bella menatap Queen dengan tajam tapi Queen hanya tersenyum sambil mengedipkan matanya. "Jangan kasih tau abang ya, Bun."

Queen mencium pipi kedua orang tuanya lalu berlari ke atas menuju kamarnya, dia sangat senang karena mendapat ijin meski harus berbohong dan pastinya nanti dia akan dapat resiko dari kebohongannya. Seolah tidak perduli dia masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

Setelah selesai Queen langsung berguling di atas kasurnya sambil tetap tersenyum. Lama-kelamaan dia memejamkan matanya dan masuk kedalam alam mimpi.

***

Seorang gadis terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara ketukan pintu. Gadis itu berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang mengetuk sedari tadi.

"Langsung mandi!" titah orang yang mengetuk pintu tadi lalu pergi.

Gadis itu kembali menutup pintunya dan memasuki kamar mandi. Tidak membutuhkan waktu lama untuk gadis itu bersiap diri sekarang dia sudah berdiri di depan meja rias.

Dia hanya memakai bedak baby dan liptint agar bibirnya tidak terlihat pucat. Setelah selesai gadis itu mengambil tas sekolahnya dan turun ke bawah untuk sarapan.

"Tumben udah di sini aja bang," ujar Queen sambil menarik bangku di sebelah Raga.

"Hm." Raga dan Rangga hanya berdeham.

Queen memilih mengabaikannya karena sudah terbiasa dengan sikap cuek abangnya itu, dia tidak ingin merusak harinya masih terlalu pagi.

"Bun, bang Revan mana?" tanya Queen sambil mengolesi roti.

"Dia gak ada kelas pagi, jadi masih tidur," jawab Bella yang sedang menuangkan nasi goreng ke piring suaminya.

Queen hanya menganggukkan kepala tanda mengerti, Queen kembali memakan sepotong roti yang sudah diolesinya dengan selai.

"Kamu berangkat sama siapa?" tanya Bella pada Queen.

"Sendiri," jawab Queen.

"Gak bareng abang atau ayah?" Rina kembali bertanya sambil fokus pada sarapan yang berada di hadapannya.

"Enggak Bun, Queen berangkat sendiri aja."

"Bareng abang, abang yang anter kamu," sahut Raga.

Queen mengalihkan perhatiannya pada Raga lalu menggleng. "Ga usah, nanti lu telat bang."

"Udah biasa," balas Raga.

"Ya udah kalau mau bareng, bang Rangga juga harus berangkat bareng."

Jika dia tidak diperbolehkan berangkat sendiri maka kedua abangnya itu harus ikut bersamanya, dia tidak ingin jika hanya salah satu dari mereka yang mengantarkan dirinya.

Rangga melirik Queen dengan malas. "Ogah, gua mau berangkat sendiri," tolak Rangga.

Queen tidak menerima penolakan dari abang ketiganya itu, jika dia saja tidak boleh menolak maka Rangga juga tidak boleh menolak permintaannya. "Kapan lagi coba berangkat bareng?" Padahal mereka terlalu sering berangkat bersama namun Queen bertanya agar Rangga mau ikut.

"Kapan-kapan," balas Rangga.

Jawaban Rangga mampu membuat Queen kesal, manusia kulkas satu itu sangat tidak mau menuruti kemauannya. Bahkan Rangga sangat jarang menunjukkan wajah hangatnya pada Queen.

"Bang Raga suruh kembaran lu buat ikut." Tidak ada pilihan lain selain menyuruh Raga untuk membujuk Rangga, Queen tau jika Rangga tidak akan menolak.

"Gak mau Rat, nanti gue telat," celetuk Rangga sebelum Raga meminta.

Nama panggilan Queen selalu berubah, begitu banyak nama gadis itu hingga keluarganya memanggil dengan berbagai nama yang membuat dia bingung dengan nama dia sebenarnya.

"Biasanya juga telat, palingan nanti bolos bukan sekolah," sindir Raga.

Rangga mendengus kesal mendengarnya, dia paling malas jika harus berangkat bersama karena hanya akan membuat dia merasa sangat bosan sekali.

"Gue lebih tua jadi lu nurut sama gue, berangkat bertiga!" titah Raga tegas.

Queen yang tersenyum senang dan Rangga yang memutar bola matanya malas. Raga selalu saja menjadikan alasan umurnya agar Rangga menurut padanya padahal sebenarnya umurnya sama namun mereka hanya berbeda sepuluh menit.

Setelah menghabiskan sarapan, ketiga saudara itu berpamitan kepada kedua orang tuanya lalu berjalan keluar rumah untuk menuju mobil Rangga, tujuan pertama mereka mengantarkan Queen ke sekolah terlebih dahulu.

***

Selama perjalanan hanya suara musik yang mengisi keheningan, tidak ada yang membuka percakapan karena semuanya sibuk dengan aktivitas masing-masing. Raga yang fokus menyetir sementara Rangga dan Queen yang sibuk dengan handphone masing-masing.

Queen menyimpan ponselnya ke dalam tas karena dia sangat bosan, inilah yang dia sangat kesali jika pergi dengan mereka. Dua kulkas berjalan itu tidak mau sekedar untuk mengajaknya mengobrol.

Dia berusaha untuk menimbulkan suara agar mampu membuat kedua abangnya itu tidak lupa jika mereka tengah bersama Queen, namun usaha yang dia lakukan semuanya sia-sia karena tidak ada yang perduli pada apa yang dia lakukan. Queen beredecak kesal melihat tidak ada respon sama sekali.

"Kenapa Queen?" tanya Raga dengan lembut saat mendengar decakan Queen.

"Queen bosen tau kalian cuma diem aja, kenapa kalian ga mau ngajak Queen ngobrol?" Queen sudah memasang wajah cemberutnya.

"Abang lagi nyetir," jawab Raga.

"Bang Rangga ga lagi nyetir, dia cuma main Hp aja dari tadi," ujar Queen.

Rangga yang merasa namanya disebut langsung menyimpan Hpnya dan menoleh ke belakang untuk menetap Queen sebentar.

"Lu kagak ngajak ngobrol," ucap Rangga.

"Gimana mau ngajak coba kalau abang dari tadi cuma main Hp aja? Queen minta berangkat bertiga kirain bisa ngabisin waktu bareng taunya malah cuekin Queen."

"Bukan gua yang cuekin lu tapi Rangga," sahut Raga.

"Kalian sama aja, kalian cuekin gua. Gua kesel sama kalian." Queen melipat kedua tangannya di depan dada.

"Salah mulu, nanti gua ajak jalan tapi jangan ngambek," bujuk Rangga.

Sebuah senyum langsung terbit di bibir mungil Queen, dia tidak akan mengabaikan kesempatan yang sangat jarang untuk dia dapatkan.

"Oke deal nanti kita jalan."

Karena tidak ingin membuat Queen kembali marah, kedua saudara kembar itu memilih untuk menemani Queen mengobrol.

"Bang, nanti Queen pulang bareng siapa?" tanya Queen.

"Ntar Raga jemput tapi gue gak ikut ada urusan," jawab Rangga.

"Tapi gue maunya di jemput Verrel," ucap Queen.

Raga dan Rangga mengelus dadanya bersabar menghadapi sifat menyebalkan Queen, jika dia ingin diminta jemput Verrel lantas untuk apa dia harus bertanya lagi?

"Kenapa gak gua?" tanya Raga yang masih fokus menyetir.

"Ada urusan sama Verrel, nanti suruh Verrel aja yang jemput kalau enggak nanti gue chat dah minta jemput," jawab Queen.

"Iyain dah," jawab Rangga malas.

Keadaan seketika hening karena tidak ada lagi yang ingin membuka pembicaraan, ketika sampai di sekolah Queen SMA Garuda dia langsung berpamitan pada saudara kembar itu.

Melihat mobil Raga yang sudah menjauh dia langsung berjalan memasuki sekolah, berjalan di koridor yang ramai tanpa memperhatikan sekitar lagi hingga gadis itu jatuh di atas lantai membuat bokongnya terasa sangat sakit.

"Maaf, gue gak sengaja," ucap orang yang menabrak Queen sambil mengulurkan tangannya.

Queen membalas uluran tangan orang itu. "Makasih." Queen mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang baru saja dia tabrak.

"Frans."

"Varen."

Keduanya berucap dengan bersamaan dengan raut wajah terkejut, selama ini Queen tidak pernah melihat kebereadaan laki-laki itu tapi sekarang lelaki yang berstatus sebagai sepupu Verrel itu kini berada di hadapannya.

"Sekali lagi maaf, Ren, tadi gue gak sengaja," ucap Frans sungguh-sungguh.

"Gua juga minta maaf, kalau gitu gua duluan ya."

Queen meninggalkan Frans yang masih berdiri di tempatnya sambil menatap punggung gadis itu yang perlahan mulai menghilang.

Hal pertama yang Queen cari ketika memasuki kelas adalah ketiga sahabatnya, dia bisa melihat ketiga sahabatnya yang tengah fokus dalam berbagai gosip yang terjadi. Jika ada berita di sekolah maka ketiga gadis itulah yang akan lebih dulu mengetahuinya.

"Wow, lagi-lagi dateng pagi. Tumben banget." Naura tersenyum tipis melihat keberadaan Queen.

"Bareng abang." Queen duduk di bangkunya yang berada di samping Aqilla.

Mereka bertiga menganggukan kepalanya, memperhatikan Queen yang membalikan kursi sehingga mereka semua bisa mengobrol dengan leluasa.

"Sabtu jadi, kan? Gua udah dapet ijin soalnya," celetuk Naura.

"Jadi, gua ijin buat pergi ke puncak," ucap Queen.

"Puncak? Lu napa sampe bohong?" tanya Arla.

Queen menatap Arla yang tengah menatapnya. "Kalau gua jujur emang bakal dapet ijin? Kalian tau kalau mereka gak bakal biarin gua pergi jauh sendiri, Bunda udah tau kalau gua bakal ke Bali," jelas Queen.

"Iya juga sih, gapapa ya cuma sekali kita bohong," ucap Arla.

Sejak tadi Aqilla hanya diam dengan pikirannya, tidak tau apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu sehingga sejak tadi hanya diam. Semua tingkah laku gadis itu tidak luput dari ketiga sahabatnya.

Aqilla mengernyitkan dahi bingung seperti ada yang berbeda dari Queen tapi dia tidak tau apa yang membuat Queen menjadi berbeda. Aqilla langsung berteriak heboh ketika mengetahui apa yang berbeda dari Queen.

"GILA HARI INI QUEEN NGOMONG PANJANG, HARUS DIBIKIN DI BUKU SEJARAH!" Sebuah teriakan lolos begitu saja dari bibir mungil gadis itu, sontak semua tatapan tertuju pada mereka karena suara teriakan yang sangat mengganggu.

"Ga usah teriak Qi, kuping gua sakit denger teriakan lu." Arla mengusap telinganya yang sakit akibat teriakan Aqilla.

"Ya gimana, gua kaget waktu sadar." Katakan saja jika Aqilla sangat berlebihan namun dia terlalu terkejut karena salah satu sahabatnya itu jarang mau berbicara panjang.

Karena malas membuat kehebohan lagi maka mereka lebih memilih untuk diam saja dari pada terus berbicara dan akan mendapat semburuan dari seluruh kelas, terkadang sikap heboh Aqilla sangat menyebalkan.

***

ig : @wpsvgrsna & @svgrsna

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
5M 376K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
344K 42.1K 32
Cashel, pemuda manis yang tengah duduk di bangku kelas tiga SMA itu seringkali di sebut sebagai jenius gila. dengan ingatan fotografis dan IQ di atas...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.3M 122K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...