Hello Dr. Jack

By riniermaya

53.1K 2.4K 182

Cerita ini menjadi 20 peserta terpilih dalam kompetisi Lovrinz Writing Challenge 2021. *** Janu, seorang dokt... More

Prolog
1. Janu Bayuaji
2. Poli Penyakit Dalam
3. Nervous
4. Pertemuan
5. Gombal
6. Perjodohan
7. Calon Istri
8. Pedekatan
9. Buaya Darat
10. Janji
11. Kenalan
12. First Kiss
13. Pertengkaran
15. Dua Keluarga
16. Kisah Masa Lalu
17. Baikan
18. Belajar Masak
19. Usaha
20. Rendang
21. Ketahuan
Promosi Buku

14. Lamaran

1.7K 97 3
By riniermaya

"Jangan mempermainkan perasaan wanita."

Janu terngiang kembali nasihat itu. Setelah dia menceritakan kejadian hari itu, mamanya meminta untuk memilih salah satu, Nadine atau Rani.

Pada akhirnya, Nadine yang menjadi keputusan akhir. Janu sudah terlanjur menemui orang tua gadis itu. Lagipula perasaannya kepada Rani mungkin hanya sebatas suka. Buktinya justeru Nadine yang dia sentuh secara fisik.

Janu memang sudah keterlaluan, mempermainkan hati dua orang gadis. Namun apa daya, semua sudah terjadi. Semoga Rani bisa menerima.

Janu mengaktifkan ponsel yang mati karena kehabisan baterai. Kemarin malam dia hendak pergi ke rumah Nadine. Tiba-tiba saja ada panggilan dari rumah sakit yang memintanya datang karena ada pasien. Setelah selesai, laki-laki itu langsung pulang ke rumah karena hari sudah larut, lalu tertidur karena kelelahan.

Nadine pasti kecewa. Namun, Janu akan menjelaskannya nanti. Secepatnya, sebelum terjadi kesalah-pahaman di antara mereka. Setelah sarapan dia bergegas berangkat kerja. Untunglah hari ini mamanya tidak terlalu bawel. Jadi semua berjalan lancar tanpa banyak pertanyaan.

Sesampai di rumah sakit, Janu bergegas menuju poli dan menyelesaikan pekerjaan. Pukul tiga sore semuanya beres. Lelaki itu melirik jam tangan. Masih ada waktu dua jam sebelum Nadine pulang kerja. Dia berencana akan menjemput gadis itu dan mengajaknya makan malam.

Sambil menunggu waktu, Janu memutuskan untuk berjalan-jalan mengitari beberapa ruangan yang belum sempat disurvei selama ini.

"Dokter mau ke mana?"

Beberapa orang menyapa Janu saat berpapasan. Dia hanya menunjuk ke arah depan, tak menjelaskan ke mana tujuannya. Hingga lelaki itu tiba di ruang rawat inap paling ujung, untuk pasien asuransi pemerintah dengan kelas yang paling rendah.

Melihat dalam satu ruangan ada banyak ranjang berderet membuat Janu miris. Berbagai jenis penyakit bercampur baur menjadi satu. Berbeda dengan pasien VIP yang menginap dengan fasilitas yang lengkap. Hidup kadang-kadang memang seperti itu, tak semua orang beruntung mendapatkan kenyamanan.

"Dokter Janu?"

Seseorang memanggilnya. Janu menoleh dan mendapati seraut wajah cantik sedang menatapnya, Rani.

"Hai," jawabnya kaku.

"Kenapa di sini? Ada pasien? Tadinya bukannya sudah visit?" tanya gadis itu penasaran.

Janu mendelik lalu berkata, "Saya cuma jalan-jalan, ngeliatin beberapa ruangan."

"Oh, saya kiran ada apa. Biasanya jam segini sudah pulang."

Rani menutup mulut karena keceplosan saat berbicara. Jadi ketahuan kalau selama ini dia diam-diam menguntit lelaki itu.

"Dokter Rani mau ke mana?" Janu balik bertanya karena agak heran dengan sikap gadis ini.

"Mau pulang. Bye, Dokter!" ucap Rani seraya membalikkan badan.

Janu menatapnya dari kejauhan, ingin mengucapkan sesuatu tapi urung. Perpisahan mereka terjadi begitu saja. Rasa bersalah itu masih ada, tetapi mungkin saat ini dia lebih baik diam.

Rani pasti masih terluka, itu terlihat dari raut wajahnya yang muram. Akhirnya Janu berjalan menuju parkiran dan melajukan mobil menuju kantor sang pujaan hati. Sepertinya dia akan mampir sebentar membeli sesuatu untuk Nadine.

***

Nadine terbelalak saat melihat siapa yang duduk di depan menunggunya. Janu langsung berdiri saat melihat sang kekasih keluar dari ruangan.

"Aku ... jemput kamu," ucap Janu terbata. Dia malu karena ada beberapa orang yang sedari tadi menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Tumben," kata Nadine. Sengaja berpura-pura cuek padahal dalam hati senang.

Janu menarik lengan Nadine tanpa melirik siapa pun. Bisik-bisik mulai terdengar dari mulut beberapa orang saat melihat mereka.

Selama ini Nadine memang tidak pernah diantar atau dijemput oleh laki-laki. Biasanya gadis itu membawa kendaraan sendiri atau naik ojek online. Kadang-kadang pulang bersama salah satu rekan kerja.

Tiba di parkiran, Janu dengan sopan membukakan pintu mobil. Hal itu membuat Nadine tersanjung dan berbunga-bunga. Namun, dia memilih diam dengan seribu tanya berkecamuk di dada. Ini sebenarnya ada apa sehingga sang kekasih bersikap begitu manis.

Mobil berhenti di sebuah cafe yang nyaman dan santai. Untunglah pengunjungnya sepi karena masih sore. Biasanya baru akan ramai saat menjelang makan malam.

"Kamu mau makan apa?" tanya Janu sembari menyodorkan daftar menu yang langsung disambut antusias oleh gadis itu.

Nadine membolak-balikkan halaman dan menimbang-nimbang, menu apa yang pas disantap sore hari begini. Dia belum ingin makan sebenarnya, tetapi karena Janu sudah mengajak, tentu saja dia tidak boleh menolak.

"Ini."

Nadine menunjuk seporsi french fries yang terlihat menggoda lidah dengan saus keju.

"Itu aja?" tanya Janu.

Nadine mengangguk. Tak lama pelayan pun datang. Janu sendiri sudah memilih pesanan. Dia memang terbiasa makan banyak, mengingat tenaga yang dibutuhkan untuk memeriksa pasien yang membludak setiap harinya.

Lama mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, juga ponsel di tangan. Hingga akhirnya, dengan memberanikan diri, Nadine memulai pembicaraan.

"Ini ada apa?"

Janu menatap wajah cantik di hadapannya dengan lekat, saat kebingungan harus memulai pembicaraan. Keringat dingin sudah mengucur di telapak tangannya sejak tadi karena gugup.

"Ndin," ucapnya sembari menyebutkan nama panggilan kesayangan gadis itu.

"Ya?"

"Emmm ... itu," ucap Janu semabari menarik napas panjang untuk kesekain kalinya.

"Kita udah lama kenal. Aku juga udah tahu keluarga kamu."

Nadine tertegun, lalu menunggu apa yang akan dikatakan lelaki ini dengan harap-harap cemas.

"Kita juga udah sama-sama dewasa. Aku gak mau main-main lagi." Janu melanjutkan pembicaraan.

Nadine mengulum senyum. Dalam hati berdoa semoga apa yang dipikirkannya tentang apa yang akan disampaikan oleh pak dokter itu benar terjadi.

"Aku mau serius sama kamu. Bukan cuma pacaran biasa, tapi ke jenjang berikutnya." Janu merasa lega ketika kata-kata itu keluar dari mulutnya.

"Maksud kamu?" tanya Nadine berpura-pura takmengerti.

"Aku mau bawa Mama sama Papa ketemu orang tua kamu. Boleh?"

Janu menjadi ragu saat melihat Nadine merespons ucapannya dengan santai. Padahal saat ini dia sedang serius.

"Kamu mau apa?"

"Ngelamar kamu!" jawab Janu cepat.

Nadine menutup mulut, tak menyangka akan secepat ini. Mereka baru saja berkenalan dan belum pernah mengucapkan kata cinta. Mereka juga tidak berpacaran normal seperti pasangan yang lain.

"Kamu serius? Aku cuma wanita biasa," lirihnya. 

Nadine tahu, untuk seorang dokter seperti Janu, tentu saja lebih pantas bersanding dengan wanita yang setara. Dia hanya karyawan biasa dan tidak pintar. Di rumah sakit pastilah banyak dokter cantik yang lebih layak mendampingi lelaki itu.

"Kamu pikir aku bercanda? Ini seriuslah!" ucap Janu meyakinkan.

Nadine meraih tangan lelaki itu dan menautkan jemari mereka. "Kamu yakin?"

Janu mengangguk dan membalas genggaman gadis itu, lalu meraihnya ke bibir dan mengecupnya lembut. Untuk sesaat, mata mereka bertaut dengan perasaan yang bercampur aduk.

Hingga sebuah sapaan mengangetkan mereka. Janu segera melepaskan genggamannya dan mengulum senyum.

"Permisi. Makanannya sudah siap."

Nadine berpura-pura batuk dan mengambil tissue. Gadis itu mengambil gelas dan meneguk minuman dengan cepat untuk menutupi rasa canggung.

"Makan dulu, nanti kita bicara lagi."

Mereka berdua makan dalam diam, sama-sama dilanda rasa malu sekaligus bahagia. Beberapa kali Janu melirik ke arah sang pujaan hati yang sedang tersenyum. Ingin rasanya dia mencubit pipi bulat Nadine dan menyentuhnya.

Ah, dia gemas!

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 144K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞
632K 41.3K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
21.9K 3.2K 166
27 NOV 2021 ⚠️TERJEMAHAN GOOGLE JUDUL Aku Mencapai Puncak Kehidupan Dengan Belajar/ζˆ‘ι ε­¦δΉ θ΅°δΈŠδΊΊη”Ÿε·…ε³° PENULIS Qi Liu/七桁 Status 226 Lengkap di JJWXC http...
24.2K 879 45
"Apa kau percaya kalau cinta akan selalu memberikan kebahagiaan, keberanian, kenyamanan?" -Kim Ji na "Dan juga ada rasa s...