Rintik hujan [COMPLETED]

By Riskarivia_

954K 60.4K 5.6K

[SEBAIKNYA SEBELUM MEMBACA INI, LEBIH BAIK BACA CERITA PELANGI TERLEBIH DAHULU] (Ceritanya sudah tamat tapi m... More

Rintik hujan 01
Rintik hujan 02
Rintik hujan 03
Rintik hujan 04
Rintik hujan 05
Rintik hujan 06
Rintik hujan 07
Rintik hujan 08
Rintik hujan 09
Rintik hujan 10
Rintik hujan 11
Rintik hujan 12
Rintik hujan 13
Rintik hujan 14
Rintik hujan 15
Rintik hujan 16
Rintik hujan 17
Rintik hujan 18
Rintik hujan 19
Rintik hujan 20
Rintik hujan 21
Rintik hujan 22
Cast Rintik Langit
Rintik hujan 23
Rintik hujan 24
Rintik hujan 25
Rintik hujan 26
Rintik hujan 27
Rintik hujan 28
Rintik hujan 29
Rintik hujan 30
Rintik hujan 31
Rintik hujan 32
Rintik hujan 33
Rintik hujan 34
Rintik hujan 35
Rintik hujan 36
Rintik hujan 37
[PROMOSI] Surat Cinta Tanpa Kata
Rintik hujan 38
Rintik hujan 39
Rintik hujan 40
Rintik hujan 41
Rintik hujan 42
Rintik hujan 43
Rintik hujan 44
Rintik hujan 46
Rintik hujan 47
Rintik hujan 48
Rintik hujan 49
Rintik hujan 50
Rintik hujan 51
Rintik hujan 52 {SELESAI}
SEKILAS INFO!
RINTIK HUJAN 2

Rintik hujan 45

15.5K 1K 141
By Riskarivia_

Semuanya cemas dan gelisah memikirkan bagaimana keadaan Alfa, begitupun dengan Rintik. Ia terduduk lemas dengan menutup wajahnya dengan mengunakan telapak tangannya. Pikirannya sangat kacau hari ini. Ia terus melafalkan doa-doa untuk keselamatan Ayahnya.

Tiba-tiba ia di tarik paksa oleh seseorang, dan itu membuat Rintik terlonjak kaget. Ia menatap Tania dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ini semua gara-gara lo tau nggak?! Kenapa nggak lo aja sih yang ketabrak?!" Bentak Tania dengan mencengkeram lengan Rintik.

Rintik meringis karena lengannya di cengkeram kuat oleh Tania. Ia hanya diam, lagipula yang di katakan oleh Tania benar adanya. Kenapa tidak dia aja yang tertabrak? Kenapa harus ayahnya?

"Kenapa diem?! Lo bisu?! Lo nggak ngerasa bersalah karna udah buat papah kecelakaan?!" Bentak Tania.

Semuanya yang ada di sana ingin memisahkan keributan keduanya tetapi mereka hanya bisa menonton. Sedangkan Rintik lagi-lagi diam tidak menjawab perkataan Tania.

"Lo itu cuma pembawa sial tau nggak?! Lo udah buat papah menderita! Kenapa Lo nggak pergi aja dari kehidupannya papah?!"

Rintik tertawa sinis." Kenapa nggak lo aja yang pergi? Kenapa harus nyuruh gue? Lo lupa kalo lo penyebab kehancuran keluarga gue!"

Plak!

Tania menampar pipi Rintik dengan keras dan membuat sudut bibir Rintik sobek. Rintik tersenyum miring dengan memegangi sudut bibirnya.

Semua orang menutup mulutnya melihat adegan tersebut. Vina langsung berjalan mendekati Tania." Apa yang kamu lakukan Tania?!"

"Biarin aja mah! Dia itu kurang ajar! Dia sama Bunda nya itu sama-sama aja, cuman buat keluarga kita menderita!" Ucap Tania.

"Lo boleh ngatain gue apa aja! Tapi nggak! Dengan nyokap gue!" Ucap Rintik.

Tania tersenyum sinis." Kenapa lo nggak terima? Bukannya itu kenyataan ya? Lo sama nyokap lo itu pembawa sial! Dasar bitch!"

Sudah cukup! Rintik tidak tahan lagi, ia mengangkat tangannya siap-siap untuk memberi pelajaran kepada Tania. Tetapi, sebuah tangan kekar menahannya. Ternyata pemilik tangan tersebut adalah Langit.

Langit menghempaskan tangan Rintik, Tania yang melihat itu segera memeluk Langit dan menangis di dalam pelukannya." Langit hiks... Hiks..."

Langit membalas pelukan Tania, ia mengelus-elus punggung Tania dan mencium pucuk rambut Tania untuk menenangkan Tania.

Mata Rintik memanas melihat adegan yang membuat hatinya bagai tertusuk ribuan pisau. Kenapa kejadian seperti ini harus ia lihat secara langsung? Hatinya sungguh sakit melihat semua ini!

Tanpa mau menambah rasa sakitnya, ia langsung berlari pergi meninggalkan semua orang yang menatap kepergiannya dengan tatapan iba. Terutama Billa, ia bisa merasakan rasa sakit yang di rasakan oleh putrinya.

Saat Billa ingin menyusul putrinya, tangannya di cekal oleh Vani." Biar Vani aja Tante." Ucap Vani.

Billa mengangguk mengiyakan. Vani tersenyum, ia melirik tajam ke arah Tania yang sedang memeluk Langit." Ratu drama!" Umpatnya dalam hati.

Vani langsung pergi hendak menyusul Rintik, ia takut jika Rintik melakukan hal bodoh yang dapat membuat dirinya terluka. Apalagi sekarang tidak ada Elang, Vani semakin khawatir dengan keadaan sepupunya.

🌿🌿🌿

Sesampainya Rintik di rooftop rumah sakit, ia berjalan mendekati tembok. Tiba-tiba ia tertawa renyah." Emang lo siapa sih Rin? Cuma mantan! Kenapa lo harus cemburu? Bukannya dari dulu mereka saling suka? Hahaha gila lo Rin!" Rintik bermonolog.

Rintik menjambak rambutnya sendiri." ARGH! Kenapa hidup gue nggak pernah bahagia?!" Teriaknya.

Dengan emosi yang meluap, ia menonjok tembok rooftop. Bukan temboknya yang terluka melainkan tangannya. Sela-sela jarinya mengeluarkan darah, nafasnya memburu, matanya memerah.

Darahnya berjatuh mengenai sepatu sekolahnya. Ia belum sempat untuk mengganti pakaiannya, ia masih memakai seragamnya yang penuh dengan darah ayahnya.

"Hiks... Hiks... Hiks..." Isakan tangis mulai terdengar. Tubuh Rintik merosot, ia terduduk lemas dengan bersandar di dinding rooftop.

Ia melirik sebuah besi yang terletak di sampingnya. Otak waras nya tidak berfungsi saat ini. Ia tersenyum miring lalu menyayat tangannya dengan menggunakan besi. Darah segar mengalir dari tangannya.

"RINTIK!"

Suara menggelegar tidak dapat memberhentikan kebodohan Rintik. Vani berlari menghampiri Rintik." Jangan bego Rintik!" Bentak Vani.

Vani menahan tangan Rintik. Rintik meronta-ronta melepaskan tangan Vani." Lepasin gue!"

"Tolol! Lo mau ngapain hah?! Mau bunuh diri?! Goblok! Lo pikir masalah Lo bakal selesai gitu?! Jangan bertindak bodoh!" Balas Vani.

Rintik menatap Vani dengan tatapan kosong. Tangannya melemah dan membuat besi tersebut lepas dari genggamannya." Hiks... Hiks..."

Mendengar isakan Rintik membuat emosi Vani meluntur seketika. Ia langsung mendekap tubuh Rintik. Vani mengelus-elus rambut Rintik." Ada gue, Rin. Lo bisa berbagi kesedihan lo sama gue."

Rintik menangis di pelukan Vani." Kapan penderitaan ini berakhir Van? Hiks... Hiks... Gue pengen bahagia!"

Vani tak kuasa menahan air matanya. Ia sedikit terisak sembari mengelus-elus punggung Rintik." Suatu saat lo bakal bahagia, Rin."

🌿🌿🌿

Ruangan bernuansa putih dan bau obat-obatan yang menyeruak kini di penuhi oleh banyak orang. Setelah dokter memberitahukan bahwa Alfa telah siuman, semua keluarga bernafas lega. Alfa hanya cidera ringan dan tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Tania sangat antusias ketika mengetahui Alfa sadar, ia duduk di samping Papahnya." Papah mau minum?" Tawarnya.

Alfa mengangguk. Tania menyodorkan gelas yang berisi air kepada Papahnya." Makasih, Tania." Ucap Alfa. Tania menganggukkan kepalanya dan kembali meletakkan gelasnya.

Pandangan Alfa beralih ke arah Rintik yang tengah duduk di sofa. Alfa tersenyum melihat putrinya baik-baik saja. Rintik membalas senyuman Alfa, ingin sekali ia memberi minum ke Ayahnya seperti yang Tania lakukan. Tapi apa boleh buat, dia sadar. Kedudukan Tania lebih darinya.

Rintik berjalan mendekati Ayahnya. Ia tersenyum getir." Makasih udah nolongin Rintik. Maaf, karna Rintik. Ayah jadi seperti ini." Ucap Rintik.

Tania memutarkan bola matanya mendengar penuturan kata Rintik, ia melirik tidak suka ke arah Rintik. Entahlah, ia sangat benci dengan Rintik. Karena Rintik, Papahnya harus di rawat di rumah sakit.

Rintik menundukkan kepalanya." Maaf, selama ini Rintik udah kurang ajar sama ayah." Ucap Rintik." Jujur, Rintik sayang banget sama Ayah." Batinnya.

Alfa menggelengkan kepalanya lalu memeluk putrinya erat." Kamu nggak perlu minta maaf, ini semua salah ayah." Ucap Alfa.

Air mata Rintik tidak dapat di bendung lagi. Ia membalas pelukan Ayahnya. Ia menangis tersedu-sedu." Hiks... Hiks... Hiks..."

Alfa mengelus-elus rambut putrinya." Jangan nangis sayang." Ucap Alfa. Tapi tetap saja, Rintik tidak bisa menahan air matanya untuk turun.

Billa menghapus air matanya. Ia tersenyum melihat mantan suaminya dan putrinya yang tengah berpelukan." Semoga keluarga kita bisa kembali seperti dulu, Al."

🌿🌿🌿

Tania menarik kasar pergelangan Rintik. Sesampainya di taman rumah sakit, ia menghempaskan dengan kasar tangan Rintik. Rintik meringis memegangi pergelangan tangannya yang memerah akibat ulah Tania." Lo itu pembohong!!!"

Rintik mengernyitkan keningnya tidak mengerti." Maksud lo?"

"Nggak usah pura-pura nggak tau deh! Lo udah bilang sama gue, kalo lo nggak bakal deket-deket sama papah. Tapi apa, lo tadi malah deket banget sama papah. Dasar pembohong!" Ucap Tania meninggikan suaranya.

"Salah? kalo seorang anak dekat sama ayahnya? Salah? Kalo gue deket sama ayah gue sendiri?" Tanya Rintik.

"Jelas salah! Lo itu egois! Lo lebih mentingin perasaan lo sendiri! Lo nggak mikirin perasaan gue! Gue sakit lihat papah gue deket sama orang lain!" Bentak Tania.

Rintik tertawa sinis." Egois?! Yang egois lo apa gue sih sebenarnya? Lo pikir gue nggak sakit lihat ayah gue lebih sayang sama lo di banding sama gue?! Gue jauh lebih sakit, Tan!"

"Coba lo ada di posisi gue! Belasan tahun gue nggak ketemu sama ayah gue! Sekali ketemu juga nggak lama. Lo nggak tau gimana penderitaan anak broken home! Di saat semua anak bermain sama orang tuanya, gue cuma bisa nangis di dalem kamar. Lo dari kecil udah dapet kasih sayang yang penuh dari kedua orang tua lo. Seharusnya lo bersyukur Tan, nasib lo jauh lebih baik dari gue!"

"Lo bener, gue emang pembohong! Tapi gue juga nggak bisa selamanya nurutin kemauan Lo! Gue juga mau ngerasain rasanya punya ayah, gue juga mau deket sama ayah gue sendiri. Gue selama ini udah sabar nurutin semua kemauan lo. Tapi untuk saat ini nggak bisa, gue juga mau ngerasain punya ayah." Rintik memalingkan wajahnya.

Tania mengepalkan tangannya kesal, lalu pergi meninggalkan Rintik yang masih menahan air matanya. Tetapi apa boleh buat, lagi-lagi air matanya jatuh. Ia terduduk lemas di bangku taman.

"Kakak kenapa nangis?"

Suara anak kecil yang membuat Rintik mendongakkan kepalanya. Ia menghapus air matanya dan tersenyum ke arah anak perempuan yang tengah memakan permen lollipop." Kakak nggak nangis, kamu kok bisa ada di sini? Nama kamu siapa?"

"Nama aku Rasi, Rasi lagi kesel sama Abang. Makanya Rasi pergi jalan-jalan sendiri." Jawabnya tanpa melihat Rintik. Ia terus menjilati permen lollipop.

Rintik ber'oh'ria." Sini, Rasi duduk di samping kakak." Rintik menepuk-nepuk bangku taman.

Rasi hanya menurut, ia duduk di samping Rintik." Nama kakak siapa?" Tanya Rasi.

"Nama kakak Rintik." Jawab Rintik.

Rasi mengetuk-ngetuk dagunya." Nama kakak aneh banget." Herannya.

"Lah dia pikir namanya nggak aneh?" Batinnya.

"Bukan aneh tapi unik." Sahut Rintik. Rasi mengangguk paham dan kembali mengemut permen lollipop nya.

Tak lama kemudian datang seorang pemuda yang tak lain adalah abangnya Rasi." Abang cariin kemana-mana, ternyata kamu di sini." Ujarnya.

Rintik dan Rasi kompak mendongakkan kepalanya. Rintik membelalakkan matanya." Langit..."

Langit menoleh ke arah Rintik." Rintik..."

"Abang sini duduk! Rasi mau ngenalin Abang sama kakak cantik." Ucap Rasi yang membuyarkan lamunan mereka.

Langit duduk di samping Rasi. Jadi posisi mereka, Rasi berada di tengah-tengah Rintik dan Langit. Rasi membuang permen lollipop nya asal, ia meraih telapak tangan Rintik dan Langit. Dan menyatukannya." Kakak cantik, kenalin ini abangnya Rasi. Abang, kenalin ini kakak cantik."

Rintik tersenyum canggung dan segera melepaskan tangannya.

"Abang, tadi kakak cantik nangis." Adu Rasi. Langit menatap Rintik, di lihatnya mata Rintik yang sembab dan hidung yang memerah.

"Kakak nggak nangis kok Rasi." Sahut Rintik.

"Bohong! Jelas-jelas tadi Rasi lihat kakak cantik nangis. Kalo kakak cantik nggak bohong, kakak cantik harus sun pipi Rasi." Rasi menunjuk pipi sebelah kirinya.

Rintik menghela nafas, ia mengambil ancang-ancang mencium pipi gembul Rasi. Tetapi dicegah oleh Rasi." Sebentar, Abang juga harus sun pipi Rasi." Rasi menunjuk pipi kanannya kepada Langit.

Langit menghela nafas, ia tidak bisa menolak permintaan Rasi. Ia juga mengambil ancang-ancang mencium pipi kanan Rasi.

"Matanya harus merem!" Ujar Rasi.

Rintik dan Langit pasrah menuruti keinginan Rasi. Rasi tersenyum jahil, lalu beranjak dari kursinya. Langit dan Rintik tidak sadar jika Rasi sudah tidak ada di tengah-tengah mereka.

Cup!

Bibir Langit dan Rintik menempel. Mereka membelalakkan matanya melihat bibir keduanya menempel. Rintik langsung menjauhkan wajahnya. Sedangkan Langit menggaruk tengkuknya." Bego lo Langit!" Batin Langit.




Bersambung…

Minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir batin. Selamat hari raya idul Fitri 🙏 aku minta maaf kalo ada salah 🤗 part ini spesial buat kalian 👑 luvvv❤️

SEE YOU NEXT PART 💕

Continue Reading

You'll Also Like

20.5K 2.2K 60
follow sebelum baca 🤭 Kelanjutan dari ACDP yang udah terbit •Belum direvisi• Jadi tolong dimaklumi kalau ada kata yang kurang nyambung dan salah ket...
92.9K 6K 53
Natarisha Khumaira, gadis yang sering disapa Icha ini harus melewati masa SMA-nya dengan satu kelas bersama Agnan. Tetangga sekaligus teman kecilnya...
29.8K 668 50
Anda mau baper-baperan? Coba silahkan baca ini. Kumpulan kalimat yang mungkin akan mengetuk hati anda untuk ikut merasakan maksud dari kalimat di da...
574K 38.8K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...