Bukan Salah Karma [Terbit]

By editanew

855K 53.3K 1.2K

TERSEDIA DALAM VERSI CETAK MAUPUN EBOOK. No WA admin untuk order buku ada di Bio. Definisi terbaik dari istil... More

Pahit
Pulang Pada Papa
Tidak Apa
Pertama Kerja
Mantan Mertua
Ini Tidak Benar (1)
Calon Jagoan!
HPL?
Bayiku
Kesempatan Berikutnya?
Sebab Akibat (1)
Sebab Akibat (2)
Karma Dibayar Lunas
Pacar Baru Bagas?
Gara-gara Dewi
Bu Tami
Menikah?
Rumah Bagas
Tamu Tak Terduga
Bukan Settingan
Jalan Panjang Kegugupan
Perkara Kamar
Kerja Macam Apa?

Ini Tidak Benar (2)

25.1K 2.1K 27
By editanew

Aku merasa sedikit beruntung pernah belajar mengemudi mobil.

Saat masih menjadi istri Romi, aku memang selalu harus pergi kemana-mana sendiri. Romi juga yang memaksaku untuk belajar mengendarai mobil agar tidak merepotkannya ketika akan keluar rumah.

Setelah membenarkan posisi tidur pak Bagas agar lebih nyaman, aku segera mengambil alih kemudi. Entah bagaimanapun caranya, yang penting aku cepat sampai rumah.

Mobil yang dibawa pak Bagas jelas berbeda dengan mobil tua Romi yang biasa ku pakai. Maka dari itu aku memilih mengendarainya pelan-pelan sembari menyesuaikan diri.

Aku sangat menyesal tidak meminta pekerja yang tadi membawa pak Bagas masuk mobil untuk membaringkan tubuh tegap pak Bagas di kursi balakang saja. Kenapa aku malah membuka pintu bagian depan tepat di kursi penumpang samping kemudi? Hanum bodoh!

Bukan apa-apa, tapi sedari tadi pak Bagas bergerak gelisah. Sesekali menggerutu dan bergumam tidak jelas. Mungkin efek alkohol membuat keadaannya seperti ini sekarang.

Parahnya lagi, aku dibuat tidak fokus menyetir saat sesekali mendengar umpatan dari mulut pak Bagas.

Keluar dari pintu tol menuju jalan raya, perasaan bosan dan kesal langsung menyergap. Apalagi melihat kondisi jalanan macet parah. Hmmm, aku baru ingat ini weekend wajar saja kalau jalanan menjadi penuh seperti malam ini.

"Kamu bisa menyetir mobil ternyata." Aku sontak menoleh, mendapati pak Bagas yang menatapku dengan mata merah dan tatapan yang sedikit menakutkan.

"I-iya pak, sudah lama bisa." Jelasku lalu mengedarkan pandangan ke luar kaca mobil, menghindari tatapan pak Bagas yang kian tajam.

"Sejak bercerai dari saya? Diajari sama mantan suami kedua kamu?" Aku tidak berniat menjelaskan apapun.

"Dulu waktu sama saya, kamu nggak mau belajar nyetir. Kemana-mana lebih memilih pakai sepeda kalau enggak motor."

Karna dulu sopir pribadi kamu siap mengantarkan kemanapun, di rumah juga banyak kendaraan selain mobil. Sedangkan saat dengan Romi, aku hanya boleh pergi dengan mobil lamanya. Tidak ada motor atau sepeda di rumah apalagi sopir pribadi. Minta diantar pasti hanya akan menimbulkan masalah baru. Beruntung kalau endingnya hanya dibentak, kadang harus siap-siap  ditampar atau dipukul.

Aku mendadak ketakutan saat sebelah tanganku di cengkeram erat oleh tangan besar pak Bagas.

"P-pak..!" Aku berusaha melepaskan genggamannya sembari menjauhkan diri saat pak Bagas semakin mendekatkan tubuhnya padaku.

Aku bahkan menempel erat pada pintu mobil di sampingku, saat pak Bagas semakin gentar mencondongkan tubuhnya di atasku.

Ya Tuhan, kami masih berada di tengah-tengah jalan dalam kondisi macet total! Aku hanya berharap kaca ini tidak tembus pandang. Sehingga orang-orang di luar sana tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam mobil mewah ini.

"Pak, bapak mau apa? To-tolong menjauh dari tubuh sa-saya." Dia justru menyeringai.

"Saya sejak tadi bicara sama kamu, tapi kamu justru asyik diam sembari melamun! Kalau diajak bicara sama bos itu di perhatikan." Aku mengatur nafas susah payah. Tubuhku mulai bergetar, apalagi bau alkohol dan aroma parfume dari tubuh pak Bagas sedikit mendominasi ruang mobil ini.

"Pak, to-tolong menjauh dari atas saya." Pintaku sekali lagi.

"Kenapa? Kamu takut? Kaya nggak pernah saya perlakukan seperti ini, dulu saat masih satu rumah kita sering melakukannya kan? Kamu nggak kangen masa-masa itu?"

"Jangan takut manis! Bahkan saya masih ingat betul kapan terakhir kita melakukannya. Perlu diingatkan lagi? Baik sini aku ingatkan." Aku menghempaskan tangan pak Bagas yang dengan lancang menyentuh pipiku.

"Ja-jangan pak, kita sedang di jalan sekarang." Aku hampir menangis.

"Oh, apa perlu kita cari tempat lain?" Aku menggeleng pilu.

"Pak, jangan seperti ini. Saya tahu bapak sedang dalam efek alkohol. Tapi tolong berhenti dan menyingkir dari atas saya." Pintaku semakin frustasi.

Pak Bagas kembali menyeringai. Air mataku sontak keluar saat dia tetap nekat mencium pipiku. Gemetar di tubuhku semakin menjadi-jadi. Apalagi saat permukaan perut datar pak Bagas mulai menindih perut buncitku.

Aku takut saking kalapnya pak Bagas nekat melakukan sesuatu yang akan membahayakan janinku. Tidak! Jangan sampai terjadi!

"P-pak, tolong pak. Saya sedang mengandung. Tolong jangan seperti ini, akhh." Tangannya bergerilnya sampai ke arah leherku. Bibirnya ikut menyentuh permukaan kulit leher yang menjadi salah satu bagian sensitifku.

"Menunggu janin ini lahir pasti akan sangat lama!" Ujarnya.

"Akhh, aduh!" Aku menjerit tertahan, bukan karna ulah pak Bagas, tapi janin dalam perutku yang tiba-tiba menendang dan bergerak aktif di dalam sana.

Pak Bagas mengangkat wajahnya dari leherku, raut wajahnya tampak terkejut. Mungkin karna mendengar rintihan kesakitanku.

Dia mengalihkan pandangannya menuju arah perutku, tangannya menyentuh permukaan perut buncit itu dengan ragu-ragu.

Gerakan-gerakan aktif dan tendangan pelan masih cukup kuat ku rasakan. Sampai-sampai aku tidak bisa fokus pada satu rasa. Entah perasaan apa yang bersarang saat ini, tapi ketakutan, kesakitan dan kegugupanku datang bersamaan.

Ku lirik wajah pak Bagas. Tampak senyum kecil terbit dari bibir pucat itu. Tanganya masih berada di atas perutku, kini bahkan lebih aktif mengusap pelan di atas sana dengan gerakan teratur.

Di sela-sela nyeri perut yang ku rasakan, timbul perasaan haru saat menyadari pak Bagas tampak begitu sukarela menenangkan gerakan janinku.

Oh jadi seperti ini rasanya di usap perutnya ketika hamil?

"Sepertinya si adek akan menjadi sangat posesif! Dia bahkan tidak mau berbagi ibunya." Aku menahan nafas mendengar gerutuan pak Bagas yang justru terdengar sangat manis!

Terimakasih kamu menyelamatkan mama, nak!

Dia kembali ke posisi duduknya semula, lalu mengambil sebotol air mineral di hadapannya. Menenggaknya pelan lalu mengusap wajahnya kasar.

Aku mulai membenahi penampilanku, membenarkan kancing baju yang tadi sempat di lepas pak Bagas saat mengusap puncak perutku.

Aku menoleh takut-takut saat menyadari pak Bagas memberikan sebotol air mineral utuh dan selembar tissue ke arahku.

Dengan tangan gemetar, aku menerimanya. Tanpa perlu bertanya apa tujuannya, toh aku sudah cukup paham dengan maksud pak Bagas.

Aku mengusap peluh dan sisa air mata yang tadi sempat berlinang, aku juga meminum sedikit air untuk membasahi tenggorokanku yang mendadak kering.

"Kita tukar posisi, biar saya saja yang melanjutkan mengemudi. Kamu bisa istirahat." Ujarnya tiba-tiba.

Aku menurut, tanpa keluar dari mobil kita langsung bertukar tempat duduk memanfaatkan sedikit celah yang ada.

"Kalau mengantuk boleh tidur, jangan khawatir saya tidak akan macam-macam. Maaf tadi saya khilaf!" Aku masih diam tidak berniat menanggapi ucapannya.

Aku hanya berharap kemacetan malam ini segera berakhir. Agar aku bisa cepat sampai rumah dan tidak berlama-lama terjebak dengan pak Bagas.

"Saya tidak sengaja minum. Tadi saya salah ambil air." Jelasnya tanpa ku minta. Dan hanya orang bodoh yang akan percaya.

"Saya pikir karna gagal mendapat proyeknya! Jadi melampiaskan dengan minum." Sambarku cepat.

Tapi, Ops! Sepertinya aku memancing masalah baru.

"Saya berhasil mendapat proyeknya kok. Perlu kamu tahu, sekarang saya tidak sebejat dulu. Menang atau kalah tender tidak serta merta membuat saya langsung berlari ke minum-minum atau mengamuk."

"Karna saya sudah sadar dan banyak belajar dari kebodohan di masa lalu."

"Ketika kekhilafan membawa pada jurang pedih kehidupan. Membuat orang yang amat saya cintai pergi dari hidup saya. Hari ini saya hampir mengulangi kesalahan fatal itu. Beruntung nafsu ini bisa dikendalikan."

"Dan... Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.." Ucapnya sendu di akhir kalimat.

Tidak! Tidak ada yang perlu dipikirkan. Hari ini pak Bagas memang sedang kacau, jiwa dalam dirinya tidak stabil. Dia bisa berbicara apapun tanpa mengandalkan pikiran dan hatinya saat sedang mabuk.

Katakan dia ngelantur malam ini! Dan ingatkan aku untuk segera beristirahat agar tidak gila dalam permainan Bagas!

_________

Masih periode PO ya manteman. Batas akhir PO tanggal 10 maret 2021.

Yang mau ikut PO bisa langsung klik link di bio untuk order via online 😊😊

Versi cetak Bukan Salah Karma ada 209 halaman. Harga bukunya Rp 65.000,-

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 97.5K 54
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
680K 34.7K 57
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...
42.9K 4K 50
Naksir bapak kos sendiri boleh gak sih? boleh dong ya, kan lumayan kalau aku dijadikan istri plus dapet satu set usaha kosan dia
322K 34.2K 52
Update setiap: Selasa, Kamis, dan Sabtu Beleaguered : Terkepung Meisya seorang jomlo menaun yang sedang dilanda kebingungan dengan perubahan hidupnya...