Bukan Salah Karma [Terbit]

By editanew

855K 53.3K 1.2K

TERSEDIA DALAM VERSI CETAK MAUPUN EBOOK. No WA admin untuk order buku ada di Bio. Definisi terbaik dari istil... More

Pahit
Tidak Apa
Pertama Kerja
Mantan Mertua
Ini Tidak Benar (1)
Ini Tidak Benar (2)
Calon Jagoan!
HPL?
Bayiku
Kesempatan Berikutnya?
Sebab Akibat (1)
Sebab Akibat (2)
Karma Dibayar Lunas
Pacar Baru Bagas?
Gara-gara Dewi
Bu Tami
Menikah?
Rumah Bagas
Tamu Tak Terduga
Bukan Settingan
Jalan Panjang Kegugupan
Perkara Kamar
Kerja Macam Apa?

Pulang Pada Papa

36.6K 2.2K 13
By editanew

"Kak Hanum!" Aku tersenyum dari arah gerbang.

"Pa! Kak Hanum pulang!" Teriak Harviz sembari berlari ke arahku untuk membuka gembok.

"Kakak apa kabar?" Sambar Harviz sambil memelukku erat.

"Baik Viz, kamu sehat kan?" Harviz mengangguk cepat.

"Lama banget kakak nggak pulang!" Ujarnya.

Aku terdiam, mengingat sejak awal menikah sampai bercerai dengan Romi, aku belum pernah pulang ke rumah papa.

Bahkan saat menikah dulu, Romi merencanakan membuat semua acara di Malang. Sedangkan papa dan Harviz datang kesana tepat hari H.

"Kakak kangen banget sama kamu!" Ucapku sendu.

Harviz membawaku masuk ke dalam rumah.

Sampai di ruang tamu, tatapan dingin papa langsung menyambutku.

Dia hanya melirikku sekilas. Lalu kembali fokus pada korannya.

"Papa apa kabar?" Tanyaku sambil mendekat ke arah sofa yang papa duduki.

"Sangat baik, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Ujarnya dingin.

Aku meraih jemari papa saat dia meletakkan korannya di meja.

"Maaf Pa, Hanum bikin papa kecewa lagi." Air mataku lolos.

Harviz sudah beranjak ke dalam kamarnya saat menyadari suasana di ruang tamu berubah tegang.

"Maaf sudah membuat papa malu," Lanjutku.

Papa tertawa sumbang lalu melepaskan tanganku.

"Kamu terlalu bodoh menilai, tapi sangat angkuh mengambil keputusan!" Aku langsung terdiam.

"Kegagalan bukan suatu hal yang memalukan! Tapi jika berulangkali terjadi, maka perlu dipertanyakan apa yang salah dari pilihan kamu!" Ujarnya tegas.

"Pa..."

"Papa membawa kamu kembali kesini bukan untuk menyalahkan atau menggurui. Kamu berhak pulang karna kami rumah kamu satu-satunya."

"Meski begitu, papa masih siap menunggu mantan suamimu itu, untuk mengembalikan kamu pada papa sesuai kewajibannya!"

Aku mengerjap pelan, sedikit sulit mencerna makna kata-kata papa.

"Sana istirahat! Kamu belum lupa jalan kamarmu kan?"

Tidak ingin berlama-lama dalam situasi canggung, aku mengangguk pelan dan langsung beranjak menuju kamar.

Kamar mungil yang sudah sangat  lama tidak ku masuki semenjak merantau dan menikah. Di ruangan ini, semua akan bersaksi atas segala keluh kesah yang akan setiap hari ku utarakan.

Aku duduk di sisi ranjang, mengamati keadaan ruangan yang tidak berubah. Tetap terjaga dan terawat dengan baik meski jarang ditempati.

Aku tidak ingin terlalu memikirkan respon papa yang tampak tidak peduli padaku. Karna sejak mama meninggal, papa memang berubah menjadi sosok yang pendiam dan dingin.

Di rumah ini, papa dan Harviz kompak bekerja sama dalam membagi tugas mengurus rumah. Di samping kegiatan sekolahnya, Harviz tidak pernah sungkan ikut serta bersih-bersih rumah meskipun cowok.

Kondisi perekonomian keluarga kami memang cukup sulit. Papa merupakan pensiunan anggota TNI, sebagian besar hartanya sudah banyak dijual untuk biaya pengobatan mama sebelum meninggal.

Hutang papa juga cukup banyak, hasil pensiunan yang diterima setiap bulan digunakan untuk biaya hidup sehari-hari dan sisanya untuk membayar hutang.

Sedangkan Harviz baru saja lulus SMA beberapa bulan lalu. Saat ini tengah butuh biaya besar untuk mendaftar kuliah. Papa bertekad menyekolahkan Harviz sampai ke jenjang perguruan tinggi. Sebagai anak laki-laki satu-satunya, papa ingin Harviz memiliki masa depan yang baik. Agar bisa menjaga aku dan papa di hari tua.

Setelah ini, aku bertekad akan menggantikan peran mama yang sudah lama hilang. Aku tidak ingin larut dalam masa lalu buruk yang menyakitkan. Aku juga ingin memperbaiki kondisi ekonomi dan membantu papa melunasi hutang-hutangnya.

_______________

Aku tidak ingin berlama-lama merenungi nasib sambil mengurung diri di dalam kamar.

Sejak sampai di rumah siang tadi, aku memang tidak bisa istirahat dengan baik apalagi tidur.

Hingga sore menjelang, aku memutuskan membersihkan diri lalu beranjak menuju dapur.

Membuka pintu kulkas dan mendapati beberapa bahan makanan siap diolah.

"Kakak mau masak?" Aku menoleh.

"Iya! Bagusnya bikin apa buat makan malam nanti?"

"Gimana kalo bikin tumis kangkung sama goreng udang aja kak, bahan-bahannya udah Harviz beli kemarin." Aku mengangguk setuju.

"Kamu siapin udangnya ya! Kakak potong-potong kangkung dulu."

"Siap!"

"Kak, sebenarnya Harviz nggak perlu kuliah. Harviz bisa kok langsung cari kerja tanpa perlu sekolah lagi. Hitung-hitung biayanya bisa untuk keperluan keluarga kita." Aku menghentikan kegiatan memotong kangkung, lalu menatap Harviz dengan pilu.

Di usianya yang masih terbilang muda, Harviz terkadang jauh lebih dewasa dari pemikiranku.

"Jangan begitu! Kakak mendukung prinsip papa agar kamu melanjutkan kuliah. Kamu harapan keluarga satu-satunya Viz,"

"Aku nggak mau membebani kakak dan papa."

"Kakak nggak merasa terbebani kok, setelah ini kakak juga ingin kembali bekerja. Kakak juga mau hidup kakak berlanjut menuju ke arah yang lebih baik."

Harviz mendekat ke arahku, memelukku erat.

"Semangat ya kak! Harviz tau ini masa-masa sulit untuk kakak. Aku cuma bisa memberikan doa terbaik untuk hidup kakak kedepannya."

"Iya, udah jangan melow-melow! Kita selesaikan masak sore ini, keburu malam loh!"

Hampir satu jam berkutat di dapur, beberapa masakan akhirnya selesai dihidangkan dan siap disantap.

"Panggil papa, Viz. Biar kakak siapin piringnya."

"Oke kak!"

Aku menaruh piring di meja. Merasa kepalaku sedikit nyeri, aku memijit pelan lalu duduk untuk mengurangi rasa pusing.

Papa dan Harviz tiba di ruang makan dan menempati kursinya masing-masing.

Aku beranjak untuk mengambilkan papa nasi. Tapi menghirup aroma udang goreng mendadak membuat perutku mual.

"Kakak nggak papa??" Tanya Harviz saat aku berlari menuju wastafel.

Hoekk

Aku berhasil memuntahkan sedikit cairan bening sembari merasakan pijatan pelan di area tengkuk.

"Kakak masuk angin ya?" Tanya Harviz lagi.

"Nggak tau Viz, tiba-tiba kepala kakak pusing, perut kakak juga mual." Jawabku sembari berjalan kembali ke ruang makan.

Papa sudah menikmati makanannya dalam diam, barangkali dia mengambilnya sendiri.

"Kakak mau aku bikinin teh hangat?" Aku menggeleng.

"Nggak perlu Viz, nanti kakak bikin sendiri aja."

"Nanti panggil tante Tika kesini Viz, biar periksa kakak kamu." Ujar Papa.

"Nggak perlu Pa, aku cuma kecapekan aja kok." Cegahku.

"Papa cuma nggak siap, mendengar berita baik di tengah situasi yang sedang buruk!" Setelah mengucapkan kalimat itu dengan dingin, papa mengakhiri acara makannya lalu beranjak dari kursi.

"Nggak perlu panggil tante Tika, Viz." Harviz berdecak.

"Ucapan papa nggak bisa ditolak kak, kita bikin papa lega aja dengan menuruti kata-katanya."

Benar juga.

Tante Tika adalah adik kandung dari papa, beliau seorang dokter kandungan. Aku tau apa yang ada di pikiran papa saat ini.

Tidak, tidak mungkin. Jelas tidak mungkin! Aku hanya masuk angin biasa tidak ada hal lain, sungguh.

"Nanti jam tujuh tante mampir kesini kak, setelah pulang dari dinas di rumah sakit." Ucap Harviz sembari meletakkan ponselnya.

_____________

Yang mau ikut PO biar bisa peluk buku Bukan Salah Karma di rumah, cuss DM ke instagram penerbit @ novelindo_publishing

Dengan format pemesanan :

Format pemesanan
Nama
Alamat
Kota
Kelurahan
Kecamatan
Kode pos
Nomer hp
Judul buku
Transfer ke rek 0560368836 an Diana bank bca

Atau WA ke nomor admin +62818331696

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 229K 44
Semua terlihat sempurna di kehidupan Maudy, seorang aktris papan atas yang juga dikenal sebagai kekasih Ragil, aktor tampan yang namanya melejit berk...
1.6M 9.1K 23
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...
2.5M 279K 55
[ SELESAI ] Selamat membaca. sorry if there is a typo(s) Dia, Lorraina Vabella. Dia gadis cantik yang angkuh. Dia gadis manis yang sombong. Dia sehar...
337K 17.1K 56
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...