[1] Ineffable ✔

By greencrayons_

138K 20.6K 3.1K

[ bahasa | completed ] (adj.) too great to be expressed through words was "Adek ; Lee Haechan" au | non baku ... More

preface
prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32 [1/2]
32 [2/2]
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
52
epilog
wdyt?
side story debut!!
u ready?
SURPRISE!!

51

1.4K 312 75
By greencrayons_

Karena Tante Yoona kayaknya butuh private time sama Mark, akhirnya gue memutuskan buat menyingkir. Gue keluar dari ruangan Mark, tapi ternyata Jeno ngikutin gue.

"Rumah sakit sini ada kantinnya gak Kak?" tanyanya sambil ngesejajarin langkah di samping gue.

"Ada kayaknya, tapi aku gak pernah kesana," jawab gue. "Kamu laper?"

"Enggak, sih. Daripada nunggu di luar ruangan kan mending cari tempat yang bisa dipake agak nyantai," katanya. "Eh, ada gazebo kosong, Kak Sunny mau nemenin aku di sana?"

Gue ngelihat ke arah gazebo yang ditunjuk Jeno, dan setelah mikir-mikir akhirnya gue anggukin.

"Tapi —serius kamu adeknya Mark?" tanya gue setelah sampe di gazebo, duduk bersila menghadap Jeno yang langsung nyandarin punggungnya ke pilar.

"Serius. Gak keliatan, ya?" cengirnya.

"Mm.. gak nyangka aja, sih. Lagian kalian juga gak ada mirip-miripnya," kata gue.

Jeno ketawa. "Semua orang pasti bilangnya gitu, bahkan Siyeon."

"Loh, Siyeon juga gak tau?"

"Tadinya. Dia baru tau kalo aku sama Bang Mark saudaraan pas —kapan, ya? Malem eval projek kolaborasi himpunan itu kayaknya," inget Jeno.

Gue berdecak. Lah pacarnya aja kaga tau apalagi gue??

"Jangan bilang temen-temen kamu yang lain juga gak tau?"

Jeno ngangguk. "Iya."

"Buset.."

Jeno ketawa. "Ya abis mereka tanyanya cuma 'lu deket sama Bang Mark?' gitu, bukan 'lu adeknya Bang Mark?'. Jadi ya taunya cuma aku deket sama Bang Mark kayak kating sama adek tingkat aja," jelas Jeno.

"Tapi masa gak ada yang curiga, sih?"

"Kurang kerjaan kalo mereka curiga sama aku," cengir Jeno.

Y-ya iya, sih.. dengan tampang kayak begitu mana ada yang ragu? Bener-bener kaga ada nyerempet-nyerempetnya barang se-centi.

"Kalo kata orang sih, aku mirip Papa, sedangkan Bang Mark mirip sama Mama."

Gue manggut-manggut dengerin penjelasan Jeno yang sebenernya gak gue minta.

"Terus kan Bang Mark dulu tinggalnya di Kanada sama Mama, sedangkan aku di Jakarta."

"Kok tinggalnya kepisah, kenapa?"

"Mm.. perihal rumah tangga, hehe.."

Gue otimatis ngerapetin bibir. Oh iya, Om Donghae sama Tante Yoona juga pisah. Goblok banget gue!

"Tapi Om Donghae di Surabaya, ya? Jadi kamu dulu di Jakarta sendirian?" tanya gue.

"Iya. Tapi abis gitu Bang Mark pindah, nemenin aku tinggal di Jakarta. Gak lama, sih, karena abis gitu kan dia ikut seleksi PTN, dan keterima di sini," kata Jeno.

"Hmm.." Gue manggut-manggut.

"Papa kan temen Om Taemin juga," kata Jeno setelah beberapa saat berjeda.

Gue ngangguk. "Tante Yoona juga temen mamaku," kata gue. "Tapi aku ketemu cuma sekali kayaknya, waktu itu diajak liburan ke Jakarta. Tapi lupa-lupa inget, soalnya gak seberapa ngeuh juga kan dulu." Gue meringis.

"Ya sama halnya kayak aku sama Kak Sunny gini, kan? Gak sebegitu kenal walaupun bapaknya konco kenthel," timpal Jeno.

"Bener bener," angguk gue. "Tapi kamu gak pengen go public gitu?"

"Hah? Apanya?"

"Soal Mark.."

Jeno ketawa. "Udah kayak back street aja perasaan," katanya. "Enggak, ah. Biar pada tau dengan sendirinya aja. Lagian bukan hal penting juga buat di-koar-in."

"Padahal mau balik ke Kanada tapi malah sakit. Ada-ada aja," decak Jeno.

Gue nengok Jeno dan senyum kecut. "Kamu juga ikut ke sana?"

"Mm.. nggak kayaknya, aku gak pernah ikut kesana. Udah ada yang dijaga juga di sini."

"Siyeon?"

"Hehe.." Jeno nyengir.

Gue ikut ketawa tipis. "Bucin," kata gue.

Jeno menghela nafas. "Abis gini, gak tau kapan lagi ketemu sama Mama."

Gue nengok Jeno dengan alis bertaut.

"Aneh ya, Kak. Kadang tuh kayak ada tembok gak terlihat yang ngebatasin aku dan Mama. Bang Mark juga, ke Papa tuh kayak orang lain —kayak gak kenal," ringisnya. "Kayak.. aku merasa keluargaku cuma Bang Mark doang. Tapi abis gini kayaknya bakal jarang ketemu lagi."

"Hmm.. tapi kan dia cuma sebentar disana?" kata gue.

"Mm.. gak tau diambil apa enggak beasiswanya, kalo diambil sih kayaknya gak kesini lagi dalam waktu lama."

"B-beasiswa..?"

Jeno ngangguk. "Dia lolos beasiswa pemerintah Kanada, terus —"

"Mark lolos beasiswa?" potong gue.

Jeno natap gue dengan alis bertaut. "Iya. Kak Sunny gak dikasih tau?"

Gue masih diem beberapa saat sebelum akhirnya senyum kecut. "Nggak —belum. Mungkin belum."

"Lah, spoiler dong aku?"

Gue meringis. "Gak papa, malah enak dapet spoiler dulu."

Jeno berdengung. "Tapi gak tau juha bakal diambil apa enggak, kan dulu dia punya cita-cita buat kuliah psikologi, tuh. Kapan hari waktu pengumuman dia malah galau. Apalagi sekarang malah sakit."

Gue ngangguk-angguk —gak tau harus nanggepin gimana.

☀☀

Karena udah sore, gue pamitan pulang ke rumah Mama. Tadi juga Mama udah gue kasih tau sih kalo Tante Yoona ada di rumah sakit, jadi agak malem nanti Mama mau pergi ke rumah sakit buat ketemu sama temen lamanya itu.

Selesai makan, mandi dan siap-siap, gue nyusul Mama yang udah nunggu gue di ruang tamu.

"Mama cantik, gak?" tanya Mama sambil nunjukin dress yang nempel di badannya.

"Tapi masih cantikan aku," kata gue.

"Ya dah ya." Mama rolling eyes.

"Lagian mau ketemu temen cewek, segitunya banget pengen keliatan cantik?" cibir gue.

"Justru karena dia cewek, sebisa mungkin harus lebih wow."

"Ma, ini mau ketemu temen lama ya, bukan mau arisan."

Mama ketawa, kemudian ngedorong gue pelan menuju pintu. "Udah gak ada yang ketinggalan, kan?"

"Nggak."

Baru aja Mama mau ngunci pintu, ada suara motor mendekat. Pas gue tengok, ternyata Haechan.

Gue segera lari buka gerbang dan nyamperin Haechan yang masih nangkring di atas sepeda motonya, baru ngelepas helmnya.

"Mau ke rumah sakit, neng?"

"Iya, bang."

"Oh iya, hayuk, naik."

Gue mukul pundak Haechan pelan, dan dia ketawa.

"Kok baru nongol sekarang?"

"Kangen, ya?"

"Gak juga."

Haechan nyebik. "Bersih-bersih villa sekalian. Ini baru aja dari rumah juga."

"Loh, udah pulang?"

Haechan ngangguk. "Lebih cepet sehari, soalnya udah gak kondusif begitu anak-anak tau kalo Bang Mark masuk rumah sakit."

"Hmmm.."

"Besok rencananya mau jenguk Bang Mark rame-rame. Udah boleh apa belum, ya?"

"Gak tau juga." Gue ngangkat bahu sekilas. "Eh, bentar, ya?"

Gue segera ngebukain gerbang biar mobil Mama bisa lewat, kemudian ngunci gerbang sekalian.

"Haechan mau ke rumah sakit juga gak?" tanya Mama dari balik kursi kemudi.

"Iya, Tante," sahut Haechan.

"Mau bareng sekalian sama aku sama Sunny?"

"Mm.. sendirian aja, Tante, naik motor."

Mama berdengung. "Kamu mau bareng Mama apa Haechan, Sun?"

"Mm.. Haechan aja deh, hehe.."

"Ya udah, Mama duluan, ya?"

"Iya, ati-ati."

Mama bikin O dengan jarinya kemudian pergi, dan gue kembali musatin perhatian ke Haechan.

"Mau berangkat sekarang?" tanya gue.

"Kalo aku makan dulu gimana? Kak Sunny udah makan belum?"

"Udah, tapi gak papa. Aku temenin."

"Ya iyalah, masa mau nunggu aku di sini? Mana rumah udah dikunci."

"Hhhhh iyaaaaaa"

Haechan ketawa, kemudian ngasih satu helmnya ke gue.

"Jangan lupa pegangan," katanya waktu gue naik jok motornya. "Back hug enak, tuh."

"Ck, udah jalan!" Gue keplak kan lu.

Haechan ketawa.

☀☀

Biasanya, kalo ngajak makan tuh si Haechan pasti makan nasi. Nah ini malah nge-mie, dan yang dia pesen cuma minunan dan side dish doang, nggak mie nya.

"Katanya laper?" tanya gue.

"Ini makan," katanya sambil nyumpit udang rambutannya ke dalam mulut.

"Cukup?"

Haechan cuma nyengir. Aneh, deh.

"Sebenernya tadi aku udah dari rumah sakit," kata Haechan. "Tapi Kak Sunny gak ada di sana."

"Oh.. iya, aku udah pulang dari jam 3-an," sahut gue. "Lagian Mark orang tuanya udah dateng, jadi aku udah bebas tanggung jawab."

Haechan manggut-manggut. "Iya, sih. Aku tadi juga ketemu sama mamanya —sama Jeno juga."

"Hmm.. kamu udah tau kalo Mark itu kakaknya Jeno?"

"Iya, tau tadi," angguk Haechan. "Pantesan kalo ada apa-apa Bang Mark mulu."

Gue ketawa tipis. Relate banget sama Haechan, gue juga antara kesel, gak percaya —tapi ya udah lah. Gak ada pengaruh apa-apa juga.

Haechan udah selesai makan, tapi belum kelihatan mau ngajak pergi atau ngobrolin sesuatu lagi. Dia sibuk sama hp nya, begitu juga gue yang sibuk ngaduk-ngaduk minuman gue pake sedotan.

"Chan —"

"Kak —"

"Hm?"

Haechan ngelipet bibirnya. Somehow, caranya natap gue bikin gue penasaran dan mendadak deg-degan. Bukan kayak dia bakal ngegombal atau apa, tapi..

"Chan?"

Haechan menghela nafas, ngulas senyum tanpa alasan.

"Kenapa?"

"Kita jadian udah 3 hari ya, Kak?"

Gue ngangguk. "Iya, kenapa?"

"Nggak, sih. Aku mau ngaktifin reminder —tapi gak jadi."

Gue mengeryit. "Kenapa gak jadi?"

"Takut."

"Takut?"

Haechan ngangguk, sekali lagi menghela nafas kemudian nyandarin punggungnya ke kursi.

"Kamu kenapa, sih?" tanya gue. To be honest, dia aneh banget.

"Takut kalo ternyata pas reminder nya bunyi aku udah gak sama Kak Sunny."

"M-maksudnya?"

"Kamu gak mikirin aneh-aneh, kan?" tanya gue karena dia cuma diem aja.

Haechan menggeleng. Dia naruh kedua lengannya di atas meja, dengan tangan yang maini gelas minumannya yang berembun.

"Nggak, aku gak mikirin aneh-aneh. Aku mikirin sesuatu yang sangat serius," katanya.

"Apa, sih? Jangan bikin aku takut," kata gue, mulai gak tenang.

Haechan lagi-lagi menghela nafas. Setelah beberapa saat dia menunduk, akhirnya natap gue lagi dan bilang, "Kak, mumpung masih 3 hari, kita udahan aja, ya?"

"..."

"Daripada nanti-nanti, kayaknya lebih cepet begini lebih baik —daripada makin sakit kalo diterusin —"

"Chan?"

"Hm?"

"... kamu ngomongin apa, sih?"

Haechan keliatan nelan ludah. Dengan ekspresi yang bahkan gue gak paham gimana mendefinisikan, dia jawab, "Udahan, Kak. Kita balik ke kehidupan kita masing-masing."

Gue berusaha ngatur nafas gue. "Kamu —cemburu sama Mark?"

Mungkin kedengaran agak lucu, tapi itu pertanyaan pertama yang muncul di benak gue.

"..."

"Beneran cuma karena Mark?" ulang gue, gak habis pikir kalo emang dia mutusin buat bubar hanya karena hal ini.

"Terus gimana sama Seoyeon? Apa kamu terima seandainya aku ngajak kamu bubaran karena cuma kamu deket sama dia —yang katanya sahabat kamu?"

"Seoyeon emang sahabat aku —"

"Dan dia suka sama kamu."

Haechan terlihat kaget, sejenak kelopak matanya melebar walaupun pada akhirnya justru senyum nya yang tersungging.

"Dia ngasih tau Kak Sunny, ya?" tanyanya.

Gue mengernyit. Apa coba maksudnya pertanyaan itu?

"Tapi bukan cuma karena itu, Kak," katanya kemudian. "Kalo dipikir-pikir, posisi kita lebih banyak gak untungnya. Aku masih bisa noleransi Bang Mark —tapi hal lain.. kayaknya kita emang gak usah jadian."

"Terus gimana sama ajakan kamu itu —berjuang bareng? Omong kosong?"

"Sorry, Kak. Aku terlalu kalut waktu itu sampe gak bisa mikir panjang," katanya. "Tapi sekarang beda, keputusan ini udah aku pikirin mateng-mateng."

"Wow.." gumam gue. "Jadi kita bubaran? Dalam waktu cuma 3 hari??"

Haechan diem beberapa saat sebelum ngangguk mantap.

"Kamu gak tanya aku gimana? Kamu gak pengen tau gimana pendapat aku?"

Haechan ngulas senyum sambil menggeleng. "Lebih baik aku gak denger."

Gue membuang nafas kasar, berusaha ikut ngulas senyum walaupun mata gue kerasa panas banget. Gue pengen mengumpat saking keselnya, tapi di saat yang sama rasanya seluruh daya gue habis.

Gue bener-bener gak tau harus gimana.

"Kalo suatu saat kita ketemu lagi —"

"Iya, aku akan pura-pura gak kenal sama kamu," potong gue. "Kita lupain satu sama lain, kayak apa yang kamu mau."

Haechan kelihatan nahan kalimatnya —entah apa yang mau dia bilang, tapi gue terlanjur kepalang kacau. Jadi gue segera ngambil tas gue dan beranjak.

☀☀
















2 chapters left...

see you tomorrow ♡

tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

439K 8.2K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
404K 4.3K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
563 92 10
"kita cuma mau menikmati keindahan alam, bukan ingin menyatu dengan alam" •Fiksi •Murni ide sendiri •Jangan dibawa ke Real life •kata kata kasar •ho...
224K 33.7K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...