Life in Death 2 : Illusion

By iam_zzzy

27.1K 4.3K 380

(BACA LID SEASON 1 DULU) Life in Death season 2 telah hadir! Aku tak tahu selamat dari gedung berlantai 3 itu... More

HALO GAIS
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
XLIX
L (Last Chapter)
Info / Pengumuman / Perpisahan

XXIV

499 79 2
By iam_zzzy

            Jalanan panjang itu terlihat jauh lebih panjang lagi. Tak ada tebing, yang ada hanya pasir yang luas dan beberapa tumbuhan tua yang kering. Tn. Jonathan berbalik mendekati jendelaku.

"Turunlah dari mobil dan mulai berjalan. Kalian tak bisa menggunakan mobil kalian di sini" katanya sambil melihat ke jendelaku.

"..." aku terdiam sejenak, mencoba untuk berpikir. Mark terlihat terlalu lelah bahkan untuk mengucap sepatah kata. Ia mematikan mesin mobil dan menyenderkan tubuhnya ke kursi, mencoba melepas penat.

"Hey, hey bangun! Kita harus berjalan" seruku pada yang lainnya yang masih tertidur pulas.

"..." tak ada jawaban. Kurasa mereka tidur terlalu lelap.

"David, bangun! Ayo bangun!" kataku sambil berusaha menggoyang-goyangkan badannya. Ia terlihat terganggu.

"Oh c'mon, El. Ada apa?" tanyanya menolak, masih mencoba untuk tertidur.

"Ayo bangun, kita harus berjalan. Bantu aku bangunkan yang lainnya juga" kataku, masih sambil menggoyang-goyangkan badannya.

"Ah iya iya aku bangun. Berhenti menggangguku, El" katanya sambil berusaha untuk duduk. Ia masih terlihat mengantuk.

Mark memutuskan untuk turun lebih dulu dari mobil. Kurasa ia akan pergi ke bagasi untuk mengambil barang-barang. Sementara itu, David terlihat mengucek matanya dan berusaha membangunkan Ex dan Ri. Aku menghela nafas panjang. Ah, kapan ini akan berakhir? Aku mulai jenuh untuk melanjutkan kisah hidup ini. Tak bisakah aku mati saja sekarang? Mungkin sebuah meteor besar tiba-tiba jatuh menghantamku, atau seekor monster pembunuh yang menerkamku detik ini juga lebih baik. Perjalanan ini membunuhku perlahan, sedikit demi sedikit mengikis fisik dan mentalku. Entahlah. Pokoknya, entahlah.

Aku turun dari mobil untuk mengambil barang-barangku di bagasi, diikuti oleh David yang akan mengambil tasnya. Tak banyak yang bisa dibawa jadi kami hanya akan menggendong tas yang penting dan meninggalkan yang lainnya. Setelah bersiap-siap akhirnya kami meninggalkan mobil kami dan berjalan mengikuti jalanan yang memanjang ini.

Mungkin aku terlalu banyak mengeluh dan mood-ku sedang tak baik tadi, aku bahkan tak menyadari indahnya langit malam ini. Bintang-bintang yang bertaburan terlihat jelas menghiasi malam. Langit malam ini terasa lebih indah dengan pemandangan jalan panjang yang sepi. Semilir angin dingin dan suara tapak kaki kuda menemani perjalanan kami. Tentu bukan hal mudah bagi Mark yang terjaga semalaman dan harus terus fokus menyetir untuk membawa barang-barang berat. Wajahnya yang terlihat lelah semenjak tadi setidaknya sekarang tersenyum melihat pemandangan langit malam ini. Sedangkan David? Bahkan setelah beberapa menit berjalan pun kesan mengantuk itu masih menempel di wajahnya.

"David, cuci mukamu dan nikmati pemandangannya. Kau akan menyesal kalau kau tak melihatnya" kataku sambil menarik tangannya, membantu menuntunnya berjalan.

"Nih, Mam. Aku bawa air" kata Ex tiba-tiba sambil memberikan sebotol air yang ada di tangannya.

"Thanks, Ex" jawabku sambil memberikannya ke David, memberikannya waktu untuk mencuci muka.

"Mam?" tanya Tn. Jonathan dari atas kudanya.

"Yeah. Ini Mam-ku" jawab Ex bangga. Ah, kurasa kesalahpahaman ini akan berlangsung lebih lama lagi.

"Ex pikir aku terlihat seperti ibunya saat masih muda, jadi ia memanggilku 'Mam'nya. Entahlah" aku mencoba menjelaskan.

"Benarkah? Kupikir itu karena kau kelihatan tua, El" celetuk David membuatku kesal.

"Ayolah, David. Aku tak terlihat setua itu. Maksudku, aku tak mungkin terlihat seperti ibu-ibu yang punya anak berumur 16 tahun" kataku menyanggah.

"Kau 16 tahun, Ex? Kukira kau 14 tahun sepertiku" celetuk David.

"Oh? Apa itu berarti aku terlihat 2 tahun lebih muda?" kata Ex senang. Pipinya mulai memerah.

"Ah, bukan. Kau 2 tahun lebih pendek dari umurmu" kata David dengan nada sombong. Kurasa bila adegan ini dijadikan film, ia akan memakai efek kacamata hitam.

"Enyahlah" kata Ex tiba-tiba sambil memukul kepala David. Ya, Ex. Kau melakukan hal yang benar.

"Tapi kurasa kau memang terlihat lebih muda" kata Ri mencoba menghibur Ex.

"Benarkah?" tanya Ex penuh harap. Pipinya mulai memerah lagi.

"Tidak" jawab Mark dengan senyum tersungging di ujung bibirnya.

"Sial" jawabnya kesal.

Begitulah. Kami terus berjalan di jalanan aspal yang tak ada akhirnya, di bawah langit malam yang perlahan-lahan berganti fajar, di bawah bintang-bintang yang membentuk harapan. Langit hitam perlahan berubah menjadi merah muda kekuning-kuningan, menandakan matahari sudah siap melakukan tugasnya, menyinari bagian bumi lainnya. Dan kami, manusia-manusia penuh keluh kesah yang berusaha mencari akhir sebuah masalah, dengan mata yang terlihat sayu dan langkah-langkah penuh layu. Kapan ini akan berakhir?
Saat matahari benar-benar muncul dan sinar hangatnya mencium kulit, akhirnya kami sampai. Sebuah pondok kayu yang cukup besar di sebuah desa kecil dengan jembatan gantung dan hutan sebelumnya. Tn. Jonathan mempercepat langkah kudanya ke dalam kandang kuda di belakang pondok kayu itu. Sementara kami, hanya berdiri melihat sambil melepas penat.

"Masuklah. Istriku ada di dalam" katanya sesaat setelah ia kembali dari kandang kudanya.

"Um..." kami masih diam di tempat, tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Pou pou! Kita kedatangan tamu!" teriak Tn. Jonathan sambil membuka pintu depan. Lagipula, apa itu Pou Pou?

"Sudah kubilang jangan panggil aku dengan sebutan bodohmu itu" ucap seorang wanita tua sambil menyambut suaminya itu. Rambutnya lurus panjang dan berwarna putih. Wajahnya masih terlihat cantik walaupun beberapa kerutan tampak jelas di wajahnya. Dan yang seperti Tn. Jonathan bilang, warna matanya persis seperti warna mata Ex.

"Apa yang kau maksud sebutan bodoh? Itu caraku mengungkapkan rasa sayang" kata Tn. Jonathan dengan nada meyakinkan. Ah, aku tak menyangka kakek tua yang membunuh kepala suku menyeramkan itu adalah kakek tua yang suka menggoda istrinya.

"Terserahlah" jawab istrinya terlihat pasrah.

"Pou Pou, kita kedatangan tamu. Para anak muda ini adalah korban selamat. Dan sepertinya mereka akan di sini untuk sementara waktu" kata Tn. Jonathan sambil memperlihatkan kami.

"Selamat pagi Nyonya, saya Mark" ucap Mark membuka percakapan.

"Ahahahaha selamat pagi, selamat pagi. Aku Ny. Daisy, bukan Pou Pou. Aku suka membuat kue jahe. Santai saja" kata Ny. Daisy sambil tersenyum ramah.

"Ah baiklah, kalau begitu, aku El" kataku sambil ikut tersenyum.

"Bagaimana mungkin kau terlihat seperti anakku?" kata Ny. Daisy senang. Aku hanya membalasnya dengan senyum.

"Aku David Roxie" kata adikku. Woah, aku sudah lama sekali tak mendengarnya mengucapkan nama panjangnya.

"Nama yang bagus" kata Ny. Daisy ramah.

"Eh, uh, terima kasih" jawab David kebingungan. Ia jarang menyebutkan nama panjangnya karena kebanyakan orang akan berpendapat tak enak seperti 'Namamu aneh' atau 'Kurasa kata Roxie tak cocok untuk awalan David'.

"Namaku Ri" kata Ri singkat. Ah, lagipula namanya memang hanya seperti itu.

"Istriku ini pernah menjadi ahli mesin pada zamannya" kata Tn. Jonathan tiba-tiba dengsan bangga.

"Apa maksudmu? Sampai sekarang pun aku masih ahli mesin" kata Ny. Daisy tak terima.

"Selamat pagi, Ny. Daisy. Aku Ex" kata Ex ramah.

"Selamat pagi, Ex. Matamu indah" puji Ny. Daisy.

"Ah, terima kasih" jawab Ex canggung, atau mungkin, malu.

"Eh, kurasa kalian memiliki warna mata yang sama" celetuk David sambil memperhatikan mata keduanya.

"Ah benarkah?" tanya Ex.

"Apa kau kenal Ruby May?" tanya Ny. Daisy tiba-tiba.

"Eh... um..." kata Ex bingung. Ia mencoba berpikir. Ia memegang kepalanya.

"Ex?" tanyaku memastikan.

"Mam, kepalaku sakit" jawab Ex dengan tatapan penuh makna. Ah aku mengerti, banyak sesuatu yang ia lupakan, dan mengingatnya membuat ia sakit kepala. Sama seperti saat Mark dan David bertanya soal ibunya. Ah tunggu, ibunya?

"Kau tak apa-apa? Ayo masuk ke dalam dan istirahat." kata Ny. Daisy sambil membuka pintu lebih lebar.

Aku dan Ri membantu Ex berjalan, sedangkan yang lain sibuk menyeret barang-barang mereka ke dalam. Rumahnya terlihat tua tapi kokoh. Hampir semua bahannya terbuat dari kayu. Dinding, langit-langit, meja, kursi, dan masih banyak lagi. Pencahayaannya tak begitu terang, dan wangi kue jahe tercium ke seluruh ruangan.

"Kau bisa membawanya ke kamar di belakang sana. Setelah lorong, belok kanan" kata Tn. Jonathan pada Ri sambil menunjuk ke arah lorong rumahnya.

"Begini, di rumah ini kami tak hanya tinggal berdua. Kami mengadopsi banyak anak kecil dan sepertinya mereka semua masih tidur. Tolong jangan terlalu berisik, okay?" kata Ny. Daisy sambil memelankan suaranya.

"Baik" jawab aku, David, dan Mark serempak.

"Kalian boleh makan kue jahe di meja sana, tapi jangan ambil kue coklat yang ada di dalam kotak, itu punya anak-anak" kata Ny. Daisy masih sambil menunjuk ke arah meja dekat dapur.

"Sebaiknya kalian istirahat juga" kata Tn. Jonathan sambil melangkah pergi menuju setumpuk kue jahe di atas meja.

"Ah, baiklah. Aku akan mandi dulu" jawabku sambil menuju kamar mandi.

Tubuhku terasa jauh lebih segar setelah membersihkan diri. Ah, aku tak tahan bila harus tidur saat badanku lengket karena keringat, dan mandi adalah keputusan yang paling tepat. Setelah selesai mandi, aku langsung menuju kamar dimana Ex terbaring. Ia sudah tidur lebih awal rupanya. Aku sedikit membuka gorden jendela kamar dan mengintip ke arah luar. Langit malam itu telah sepenuhnya berganti dengan pagi hari, dan disaat seperti ini, aku baru akan tidur. Ah, saat-saat seperti ini mengingatkanku dimana aku terlalu sibuk menonton video sampai pagi hingga aku lupa tidur, dan aku baru akan tidur saat fajar tiba. Sayang sekali, keadaan sekarang tak memungkinkanku untuk bisa menonton video-video itu.

Continue Reading

You'll Also Like

116K 8.5K 50
Please don't copy my story.... Cerita ini tentang empat orang gadis yang memiliki julukan Four Devil Queen Squad yang harus bertahan hidup karena seb...
8.1K 1.6K 43
Hujan meteor jatuh di Ibukota. Itu bukan hanya sekedar hujan meteor biasa. Mereka membawa sesuatu. Seorang makhluk yang memperkenalkan dirinya sebaga...
151K 21.6K 54
Setelah kelompok Cale hidup bahagia dan bebas dari para pemburu. Mereka pergi satu persatu karna umur mereka. Cale yang sudah memperkirakan meski dia...
478K 21.1K 44
"Lo cantik, boleh gue cium?" tanya Dirgantara blak-blakan. Jena mengerutkan keningnya, menatap tidak suka cowok yang ada di depannya sekarang. Tangan...