My Personal Assistant | LIZKO...

By brilliantmanoban

78K 8.5K 1K

Cerita tentang Lalisa Park, gadis cantik yang 'terpaksa' menjadi Personal Assistant dari seorang member idol... More

Cast
History
1️⃣
2️⃣
3️⃣
4️⃣
5️⃣
6️⃣
7️⃣
9️⃣
🔟
1️⃣1️⃣
1️⃣2️⃣
1️⃣3️⃣
1️⃣4️⃣
1️⃣5️⃣
✨PROMOSI✨
ANNOUNCEMENT

8️⃣

4.4K 499 53
By brilliantmanoban

Bunyi mendesis terdengar setiap kali Lisa membalik potongan daging sapi, bawang bombay, dan jamur di atas grill pan. Lisa dengan cekatan memindahkan potongan-potongan daging yang sudah matang ke dalam mangkuk Jungkook dan kembali mengisi grill pan itu dengan potongan-potongan daging yang baru.

Jungkook duduk sambil meluruskan kakinya, mata bulatnya memandang grill pan di hadapannya dengan tatapan kosong, bibirnya tak henti meneguk berliter-liter soju langsung dari botolnya sedari tadi. Ia menggulung lengan panjang t-shirt yang dikenakannya sampai ke bagian siku, dan membiarkan belt yang melingkar di celananya terlepas begitu saja.

Lisa bersyukur Junsik sedang pergi ke New York untuk perjalanan bisnisnya selama dua minggu ke depan sekaligus menjemput istrinya, Nyonya Jeon Yuri. Jika Junsik melihat Jungkook pulang dengan belasan botol soju, Lisa pastikan Jungkook akan langsung babak belur dihajar ayahnya itu. Junsik melarang siapapun mabuk di dalam rumahnya — termasuk anggota keluarganya sendiri, ditambah lagi, Jungkook dengan santainya memanggang barbeque di halaman belakang kediam Jeon yang aesthetic dan mahal — biaya perawatan rumputnya saja melebihi gaji Lisa sebulan.

"Ssajangnim, tolong makanlah dulu," pinta Lisa untuk yang kesekian kalinya. Pasalnya pemuda di hadapannya itu hanya melamun dan minum tanpa sedikitpun menyentuh daging yang sudah susah payah dipanggang Lisa, padahal Jungkook sendiri yang memintanya tadi.

Setelah keributan kecil di restoran daging tadi, Jungkook tanpa mengatakan sepatah kata pun langsung berbalik meninggalkan Eunha dan Eunwoo. Jungkook sama sekali tak peduli dengan wajah memohon Eunha, atau permintaan Eunwoo agar ia mendengar penjelasan mereka terlebih dahulu. Lisa tak bisa berbuat banyak, dengan atmosfer canggung yang luar biasa menyelimuti mereka, ia membungkuk berpamitan pada kedua orang itu dan berlari mengejar Jungkook.

Jungkook membanting pintu mobil tanpa menggubris ucapan Lisa sama sekali dan Lisa bisa merasakan aura Jungkook menjadi sangat dingin, gelap dan menyeramkan, sehingga ia hanya diam dan menyetir dengan penuh konsentrasi menuju ke kediaman keluarga Jeon ketika Jungkook terus menyebutkan sebuat kata — "Rumah!". Ponsel Jungkook berbunyi sejak mereka meninggalkan restoran, panggilan masuk terus menerus tanpa ada jeda. Jungkook bahkan melempar ponselnya begitu saja ke belakang kursi mobilnya tanpa mempedulikan bunyi "Krakk!!" setelah ponsel itu menghantam body speaker mobilnya.

Eunha juga menghubungi ponsel Lisa, namun Jungkook mengancam akan melempar ponsel itu ke jalan melalui jendela mobil jika Lisa menanggapinya, sehingga dengan terpaksa, Lisa pun mematikan ponselnya.

Di tengah perjalanan, Jungkook menyuruh Lisa berhenti di sebuah minimarket, lalu pemuda itu langsung turun sebelum Lisa sempat melepas seat beltnya. Lisa tidak bisa protes saat Jungkook hampir mengosongkan sebagian rak display soju dan memasukkan belasan botol kaca berwarna hijau itu ke dalam keranjang. Jungkook sedang berada dalam mode yang tidak bisa dibantah, jadi Lisa tidak berkomentar sedikit pun tentang keputusan pemuda itu meski Lisa ingin sekali berteriak di telinga pemuda itu bahwa Lisa lah yang akan dibunuh oleh manager Jungkook jika pemuda itu besok datang dengan wajah bengkak karena mabuk.

Sesampainya di rumah, Jungkook berteriak menyuruh maid-maid di rumahnya menyiapkan grill pan dan berbagai bahan untuk membuat barbeque, lalu pemuda itu mengajak Lisa — lebih tepatnya memerintah karena Lisa tak bisa membantah — untuk menemaninya minum dan membakar daging untuknya. Bahkan tanpa mengganti pakaian mereka terlebih dahulu.

"Kau tahu, Lisa.." Jungkook tiba-tiba membuka suara.

Lisa yang sedang membolak-balik daging mendongak.

"..aku benar-benar jijik dengan bajingan bermuka dua itu," lanjut Jungkook sembari memasukkan potongan daging dan jamur ke mulutnya dalam sekali suap.

"Mmm.. maksud Anda, Cha Eunwoo-ssi?" tanya Lisa ragu. Jungkook mengangguk dengan pipi penuh makanan dan Lisa berusaha menahan kekagumannya karena Jungkook benar-benar terlihat tampan meski wajahnya sangat kacau dan rambutnya acak-acakan.

Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdecak. "Mendengar namanya membuatku mual, sialan!"

Jungkook kembali melahap daging di mangkuknya, kemudian menyumpit sebongkah penuh nasi dan mengunyah cepat-cepat. Sepertinya selain mulai mabuk, pemuda kelinci ini juga sangat kelaparan. Lisa hanya bisa menghela nafas panjang dan memasukkan kembali beberapa potong daging ke dalam mangkuk pemuda itu.

"Ssajangnim.. kenapa Anda tidak mencoba mendengarkan dulu penjelasan Eunha-ssi dan Eunwoo-ssi tadi?" tanya Lisa hati-hati dengan suara sepelan mungkin, ia khawatir jika Jungkook tersinggung dan tiba-tiba mengamuk — karena Jungkook yang mabuk terkadang melakukan hal yang tidak terduga.

"Tidak perlu.." Jungkook menyumpit potongan bawang bombay dan melahapnya. ".. sejak awal, orang itu memang menyukai Eunha.."

Lisa diam dan menunggu kelanjutan kalimat Jungkook karena bosnya itu menunjukkan ekspresi seakan hendak menceritakan sebuah dongeng dan menyuruh Lisa untuk mendengarkannya.

".. Mingyu dulu bilang padaku, bahwa Eunwoo pernah dekat dengan Eunha, tapi entah karena alasan apa mereka tidak benar-benar berkencan dan menurut Mingyu, Eunha lebih nyaman dalam hubungan mereka sebagai friendzone .."

"Lalu tiba-tiba Eunha terlihat berusaha mendekatiku, dan kemudian kami pun saling melakukan pendekatan. Eunwoo tidak menunjukkan reaksi apapun dan bersikap seolah mendukung kami menjadi lebih dekat, jadi kupikir dia sudah melupakan perasaannya pada Eunha. Apalagi saat itu, Park Jihyo — Twice — dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia menyukai Eunwoo, dan semua orang berpikir bahwa Eunwoo dan Jihyo akhirnya saling melakukan pendekatan,"

"Setelah aku dan Eunha resmi berkencan, dia masih bersikap biasa saja padaku, dan malah sering menggoda kami saat 97Line hang out bersama, dan aku semakin yakin bahwa Eunwoo sudah benar-benar move on dan memulai hubungan dengan Jihyo,"

"Hubungan kami tetap berjalan dengan baik, bagiku Eunwoo sudah seperti saudara kandungku sendiri, lalu suatu hari ketika Mingyu mengatakan bahwa sepertinya Eunwoo masih menaruh harapan pada Eunha, aku sama sekali tidak percaya dan menegur Mingyu supaya tidak berperasangka buruk pada sahabat kami sendiri,"

Lisa memanggut-manggut sambil sesekali memperhatikan daging panggangnya supaya tidak hangus. Lisa sedikit pusing mendengarkan cerita cinta segitiga di dalam geng 97Line — geng yang berisikan anggota dari beberapa idol group yang semuanya lahir pada tahun yang sama yaitu 1997, dan sering hang out bersama. Lisa memang tahu sedikit banyak tentang kehidupan pribadi Jungkook yang kadang diutarakan pemuda itu secara tersirat, namun Lisa tidak benar-benar mengetahui tentang 97Line dan situasi di dalam perkumpulan tersebut.

Jungkook meraih sebotol soju, membukanya dengan pembuka botol yang tergeletak di dekat kakinya, lalu kembali menenggak beberapa teguk minuman beralkohol itu.

"Beberapa kali aku menemukan nama Eunwoo dalan recents calls ponsel Eunha, dan aku selalu berusaha berpikir positif bahwa hal itu wajar dilakukan seorang teman, ditambah lagi Eunha memang lebih dekat dengan Eunwoo sebelum berkencan denganku," lanjut Jungkook.

"Eunha mengatakan bahwa Eunwoo menelpon untuk meminta pendapatnya mengenai Jihyo, dan aku benar-benar seperti orang bodoh karena mempercayainya begitu saja,"

"Dan kurasa, mereka bisa saja pergi berkencan tanpa sepengetahuanku, bukan begitu?"

Lisa refleks mengangguk meski ia tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat Jungkook.

"Kau tahu kenapa tadi aku menggebrak meja mereka, Lisa?" Jungkook menatap Lisa dengan memiringkan sebelah alisanya dan menampilkan smirk yang menggoda dan membuat dentum jantung Lisa semakin menjadi-jadi.

"Saya tidak tahu, ssajangnim," tentu Lisa tidak tahu karena ia sedang sibuk berbicara dengan pelayan saat Jungkook menghampiri Eunha dan Eunwoo tadi.

"Mereka saling menyuapi satu sama lain, dan bajingan itu.. mengusap bibir Eunha dengan ibu jarinya. Bukankah itu hal yang sangat manis?" Jungkook tertawa dengan nada rendah yang meremehkan dan kembali menenggak sojunya.

Lisa terperangah mendengar penuturan Jungkook. Terjawab sudah pertanyaan dalam benak Lisa, kenapa pemuda itu begitu marah dan langsung meninggalkan keduanya itu tanpa mempedulikan mereka yang berusaha menjelaskan sesuatu pada Jungkook.

".. menjijikkan sekali melihat sahabat dan kekasihku sendiri melakukan semua itu di belakangku.." desis Jungkook geram. Semburat kemerahan mulai menjalar di seluruh wajahnya. Iris obsidiannya yang bulat menyipit hampir segaris dan ia tiba-tiba tertawa tanpa alasan.

Lisa tidak tahu harus menanggapi seperti apa, jadi ia memilih untuk diam. Selama ini, Lisa tidak pernah mengira bahwa Jungkook dan Eunha memiliki masalah dalam hubungan mereka, namun kemudian Lisa menyadari bahwa ia bisa dibilang tidak tahu apapun tentang kehidupan Jungkook.

"Makan. Aku tidak menyuruhmu menemaniku di sini hanya untuk mendengarkan ceritaku dan membakar daging untukku," Jungkook menunjuk grill pan itu dengan dagunya. Lisa mengangguk kecil, dan menyumpitkan  sedikit potongan daging ke dalam mangkuknya.

Keduanya makan dalam diam. Lisa sedikit mencuri pandang pada Jungkook yang makan dengan lahap, namun tidak bisa menyembunyikan ekspresi marah bercampur sedih dalam wajahnya. Wajar saja, siapa yang tidak marah dan sedih ketika kekasih dan sahabatmu sendiri berselingkuh di belakangmu.

"Kau tidak minum?" tanya Jungkook ketika melihat Lisa membuka botol air mineral.

"Wae? Minum saja, soju paling nikmat diminum saat makan daging~" Jungkook menggerak-gerakkan botol soju di tangannya dan tertawa kecil.

"Sebaiknya Anda berhenti minum sekarang, ssajangnim, Anda sudah cukup mabuk,"

"Hey, berhenti menyuruhku ini dan itu, kau terdengar seperti Appa kau tahu?!" Jungkook merengut dan melempar botol sojunya ke sembarang arah. Untunglah rumput yang mereka duduki sangat tebal dan empuk, sehingga botol itu tidak pecah.

"Jungkook-nim," Lisa menahan tangan Jungkook yang hendak mengambil sebotol lagi dan segera menyingkirkan botol-botol yang tersisa menjauh dari Jungkook.

"YYA! Lalisa! Kembalikan minumanku~!"

Lisa tak mempedulikan gerutuan Jungkook yang kesal karena soju-soju itu diambil darinya. Ia berkacak pinggang sambil melotot pada bosnya itu. Lisa sudah sangat lelah dan kesal dengan tingkah Jungkook yang menyulitkan dirinya sendiri.

"Ssajangnim, fans Anda akan kabur jika melihat penampilan Anda saat ini," cibir Lisa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku tidak peduli! Mereka sangat mencintaiku dan tetap akan memujaku," balas Jungkook penuh rasa percaya diri.

Lisa mendesah frustasi dan mematikan grill pan karena bahan-bahan masak mereka sudah habis. Lalu ia mulai merapikan piring-piring bekas daging dan sayur.

"Yya, kau pasti sangat senang 'kan Lalisa?" Jungkook tiba-tiba menudingkan sumpitnya ke wajah Lisa. Gadis barbie di hadapannya itu melongo.

"A-apa maksud Anda, Jungkook-nim?" tanya Lisa bingung. Jantungnya tiba-tiba berpacu sangat kencang sekarang.

Jungkook tiba-tiba meletakkan sumpit dan mangkuknya begitu saja, kemudian menjatuhkan punggungnya sendiri ke belakang dan berbaring mematap ribuan bintang yang menggantung di langit Seoul malam itu.

"Karma. Bukankah aku baru saja mendapat karma atas semua yang telah kulakukan padamu?" ujar Jungkook dengan nada yang terdengar sedikit pilu.

Lisa terdiam dan berusaha mencerna baik-baik ucapan Jungkook.

"Saya.. tidak berpikir seperti itu, Jungkook-nim," sahut Lisa lirih.

"Hmm.." Jungkook bangkit dan duduk bersila, lalu menatap Lisa dengan tajam. "Kau.. berhentilah berpura-pura!"

"Berpura-pura?" ulang Lisa kebingungan. Jungkook mendengus dan tersenyum miring.

"Lihat wajah itu.. kau ini sebenarnya asisten atau seorang aktris?"

"Saya tidak mengerti maksud Anda, Jungkook-nim," Lisa semakin kebingungan.

Jungkook tiba-tiba berdiri dengan sedikit terhuyung, kemudian berjalan lurus ke arahnya. Lisa tak bergerak dari tempatnya berdiri, ia seolah terhipnotis akan sosok Jungkook yang menatapnya tajam namun sayu.

"J-Jungkook-nim?" panggil Lisa sedikit tergagap.

Jungkook berhenti dalam jarak kurang dari satu meter darinya. Lisa bisa mencium aroma maskulin yang manis dan segar bercampur dengan aroma soju yang kuat dari tubuh Jungkook. Tanpa sadar Lisa memicingkan matanya dan menutupi hidungnya dengan telapak tangan.

Jungkook kembali melangkah, kali ini langkahnya sedikit terhuyung sehingga Lisa buru-buru meraih lengan Jungkook supaya pemuda itu tidak jatuh begitu saja.

"Anda sudah terlalu banyak minum, Jungkook-nim. Sebaiknya Anda pergi ke kamar Anda sekarang," Lisa berusaha menarik Jungkook yang sedikit membungkukkan badannya dan menggumamkan sesuatu yang tidak terlalu jelas.

".. kau.. hik.. selalu berpura-pura jika hatimu baik-baik saja.. terlalu sering.. apa kau pikir aku tidak tahu?!" samar-sama Lisa bisa mendengar apa yang Jungkook ucapkan di tengah-tengah cegukannya, namun Lisa berusaha mengabaikannya karena ia tidak sedang berkonsentrasi membawa — setengah menyeret — tubuh besar Jungkook untuk masuk ke dalam rumah.

"Pabo-ya.. hik.. kalau membenciku katakan saja.. jangan.. hik.. jangan bersikap seakan kau tidak apa-apa dan membuatku semakin merasa bersalah.."

"Sudahlah, ssajangnim," desah Lisa frustasi. Meski sejujurnya Lisa sangat terkejut dengan ucapan Jungkook baru saja. Lisa tidak menyangka bahwa selama ini Jungkook menyadari jika perlakuannya telah menyakiti Lisa, dan Lisa juga tidak menyangka bagaimana bisa Jungkook mengetahui bahwa Lisa selalu bersikap biasa, berpura-pura semuanya baik-baik saja.

Namun keterkejutan Lisa teredam karena saat ini ia cukup kesulitan untuk berjalan sambil menopang Jungkook yang terkulai pasrah dalam rangkulannya, Lisa berusaha sekuat tenaga melangkah dengan lebih cepat supaya bisa segera tiba di kamar pemuda itu. saja Ingin rasanya Lisa berteriak supaya maid atau siapapun membantunya membawa Jungkook ke kamarnya karena demi Tuhan, pemuda itu berat sekali! Tubuh kurus Lisa mulai terseok-seok menjaga keseimbangan Jungkook, sampai kemudian..

BRUKK!!

Lisa tersandung kakinya sendiri dan mengakibatkan ia kehilangan keseimbangannya. Lisa terjatuh ke samping, diikuti Jungkook yang tiba-tiba jatuh dan menimpa tubuh Lisa.

"Astaga!"

Lisa bisa merasakan berat tubuh Jungkook yang menimpanya. Gadis itu menepuk-nepuk lengan kekar Jungkook yang terlihat masih setengah sadar dan wajah super kebingungan.

"Ssajangnim, tolong menyingkirlah, Anda cukup berat dan saya mulai kehabisan nafas di sini," gerutu Lisa ketika ia melihat Jungkook yang masih saja memasang wajah cengo.

Sebenarnya Lisa kasihan juga pada Jungkook, wajahnya memerah dan kebingungan, matanya setengah terpejam dan bibirnya bergerak-gerak lucu.

Lisa berusaha mendorong paksa tubuh Jungkook, namun perbedaan tenaga dan berat badan yang sangat signifikan membuat Lisa cukup kesulitan menggeser tubuh raksasa Jungkook yang menindihnya.

"Jungkook-nim!"

"Lalisa!"

"W-wae?!" Lisa sedikit terkejut ketika tiba-tiba Jungkook menyebut namanya dengan suara keras.

Jungkook tiba-tiba meraba wajah Lisa dengan kedua telapak tangannya. Lisa tanpa sadar menahan nafasnya.

"J-jungkook-nim?" cicit Lisa gugup.

Jungkook membingkai wajah Lisa dengan tangannya. Tatapan matanya menjadi sayu dan saat ini Lisa bisa merasakan jantungnya hampir meledak karena berpacu terlalu cepat.

"S-ssajangnim.."

"Lalisa.." suara Jungkook terdengar rendah dan hal itu membuat bulu roma Lisa tiba-tiba meremang.

"N-ne?"

Atmosfer di sekitar mereka tiba-tiba berubah menjadi tenang dan sangat hening. Lisa seolah tak bisa mendengar suara lain di sekitarnya kecuali suara deru nafasnya dan Jungkook.

Jungkook mendekatkan wajahnya pada Lisa. Lisa mematung. Mata sayu Jungkook membuat kesadaran Lalisa menguap. Ketika Jungkook semakin mempersempit jarak di antara mereka, Lisa tanpa sadar mulai memejamkan matanya. Nafas hangat Jungkook terasa semakin dekat berhembus di wajahnya dan Lisa berdebar menanti apa yang selanjutnya akan terjadi.

Beberapa detik berlalu, dan Lisa tidak merasakan apapun terjadi padanya. Dengan jantung yang masih berpacu dengan cepat, Lisa perlahan membuka kedua matanya.


Terlihat wajah damai Jungkook yang tertidur pulas. Bibirnya sedikit terbuka dan terdengar suara dengkuran halus darinya. Lisa menarik nafas dalam-dalam, berusaha secepat mungkin mengisi rongga paru-parunya untuk meredakan debaran jantungnya.

"Astaga.." gumam Lisa tertahan.

Dalam keremangan cahaya pada ruangan itu, semburat merah pada wajah Lalisa masih jelas terlihat.

💜💜💜




Lisa membiarkan shower yang mengucurkan air dingin membasahi kepala dan tubuhnya pada waktu sepagi ini. Lisa melamun memikirkan potongan-potongan memori tentang hal-hal yang terjadi semalam diantara ia dan Jungkook.

Meski tidak benar-benar terjadi, semalam Lisa sungguh mengira bahwa Jungkook akan menciumnya. Ia bahkan tanpa berpikir panjang memejamkan mata. Mengingatnya membuat Lisa merinding dan tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri saking malunya atas rasa percaya dirinya yang terlalu tinggi.

Perasaan Lisa saat ini bercampur aduk, antara bingung, senang, berdebar, juga kecewa dalam waktu bersamaan.

Lisa sangat bingung dan penasaran tentang bagaimana Jungkook menyadari bahwa selama ini perlakuan pemuda itu pada Lisa telah menyakiti Lisa, dan ternyata ia menyadari bahwa Lisa selalu bersikap dirinya baik-baik saja di hadapan Jungkook, padahal semua itu hanyalah sebuah kepura-puraan.

Lalu perasaan senang dan berdebar karena Jungkook hampir menciumnya semalam, dan kecewa karena Lisa tahu Jungkook melakukannya tanpa kesadaran sedikit pun dalam pengaruh alkohol.

Mungkin saja Jungkook terlalu memikirkan Eunha, dan pada saat ia mabuk semalam, Jungkook mengira bahwa Lisa adalah Eunha.

Mengingat Eunha tiba-tiba membuat Lisa penasaran, apa rencana Jungkook ke depannya untuk hubungannya dengan Eunha.

Lisa menatap pantulan dirinya dalam cermin. Ia menggerak-gerakkan pundaknya dan memukul-mukul punggungnya dengan kepalan tangannya. Punggungnya terasa sakit karena semalam Jungkook menindihnya hampir selama 30 menit lamanya sampai kemudian Lisa 'diselamatkan' oleh kepala pelayan. Lisa menghela nafas panjang dan bergegas mengenakan make up sederhana pada wajahnya. Ia akan mengantar Jungkook ke kantor agensi siang ini karena BTS memiliki agenda pertemuan dengan Bang-ssajangnim terkait dengan jadwal comeback mereka yang semakin dekat. Dan mulai hari ini juga Jungkook akan terus tinggal di Dorm BTS sampai jadwal comeback tiba dan selama masa promosi mereka berjalan. Jadi pekerjaan Lisa akan sedikit ringan setelah ini, karena seluruh jadwal dan kegiatan Jungkook akan dihandle managernya dan tidak terlalu banyak membutuhkan kehadiran Lisa.

Hari ini Jungkook bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apapun. Lisa yakin bahwa Jungkook sama sekali tidak ingat tentang kejadian semalam, bahkan pemuda itu bertanya pada Lisa seberapa banyak soju yang ia minum karena kepalanya terasa sangat pusing dan ingatannya berhenti sampai pada keributan yang terjadi di restoran daging karena ia memergoki Eunwoo dan Eunha makan bersama.


Lisa melirik dengan ragu pada Jungkook yang hari ini entah kenapa memilih untuk duduk di kursi penumpang depan, di samping Lisa yang tengah menyetir. Jungkook terlihat sibuk mengetikkan sesuatu di layar ponselnya dan Lisa pun mengurungkan niatnya untuk bertanya soal Eunha.

"Lagipula untuk apa kau menanyakannya, Lisa-pabo, kau pikir siapa kau ikut campur urusan bosmu?" batin Lisa. Tanpa sadar ia menggelengkan kepalanya sendiri, membuat Jungkook menoleh padanya dengan heran.

"Kau kenapa?" pertanyaan Jungkook mengagetkan Lisa.

Lisa mengulum bibirnya dengan gugup dan tersenyum kikuk.

"Tidak apa-apa, Jungkook-nim," jawab Lisa pelan.

Jungkook bergumam tidak peduli dan kembali sibuk pada ponselnya.

"Aku akan menemui Eunha setelah meeting nanti," ujar Jungkook tiba-tiba.

"Oh..mm.. apa Anda ingin saya mengantar Anda, Jungkook-nim?"

"Tidak. Dia yang akan datang ke dorm nanti, jadi setelah kau mengantarku ke dorm BTS sesudah meeting, kau bisa langsung pulang,"

"Baik, Jungkook-nim,"




💜💜💜





Selama menunggu Jungkook dan BTS meeting, Lisa menunggu di kafetaria BigHit. Ia membeli beberapa snack dan memakannya sambil memainkan game pada ponselnya. Sesekali Lisa mengamati suasana kafetaria yang tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa staff dan trainee yang sedang makan siang sambil mengobrol di beberapa meja lain.

Lisa mengaduk sedotan pada gelas minumannya dengan malas. Pikirannya sedikit kacau karena memikirkan permasalahan Jungkook dan Eunha. Lisa galau, ia penasaran Jungkook berniat menemui Eunha nantinya untuk meluruskan masalah diantara mereka, kemudian berbaikan kembali, atau Jungkook menemui Eunha untuk memutuskan hubungan mereka. Kalau boleh jujur, Lisa sih inginnya Jungkook dan Eunha putus saja, namun semua keputusan ada di tangan Jungkook, dan Lisa sama sekali tidak bisa ikut campur atau memberikan pendapat. Lisa merasa dirinya sedikit jahat karena mengharapkan hubungan Jungkook dan Eunha berakhir, namun karena sikap Jungkook semalam saat pemuda itu tengah mabuk, menyalakan secercah api harapan di dalam hati Lisa. Harapan agar Jungkook bersikap lebih baik padanya dan mungkin.. mulai membuka hatinya untuk Lisa.

Pandangan Lisa tertuju pada sebuah meja yang berisi 5 orang laki-laki remaja yang sedikit riuh di salah satu sudut kafetaria. Lisa mengenali kelima laki-laki yang usianya lebih muda beberapa tahun darinya itu sebagai TXT, idol group rookie dibawah naungan BigHit yang baru debut setahun lalu. Lisa mengalihkan fokusnya kembali pada game di hadapannya, sampai tak lama kemudian ia bisa mendengarkan suara langkah seseorang mendekati mejanya.

"Selamat siang,"

Lisa mendongak. Sesosok laki-laki berwajah tampan dengan senyum cerah menjulang tinggi di hadapannya. Lisa langsung mengenali laki-laki ini karena wajahnya yang blasteran Korea - Amerika membuatnya menjadi member yang paling mudah dikenali dalam TXT. Kai Kamal Huening, atau yang lebih dikenal dengan name stage Hueningkai.

"Boleh aku minta waktumu sebentar? Ah, ngomong-ngomong, apakah kau sedang sibuk?" tanya Hueningkai bersemangat. Nada bicaranya terdengar seperti seorang sales marketing yang hendak menawarkan produk pada calon konsumennya, dan Lisa tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum mendengarnya.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya Lisa ramah.

"Mmm.. begini.." Lelaki itu mengusap tengkuknya sambil menoleh pada teman-temannya yang terkikik sambil berbisik-bisik di meja mereka. Lisa ikut menoleh, dan tersenyum mengerti. Sepertinya ia bisa menebak apa yang sedang dilakukan oleh remaja-remaja tampan ini.

"Apa kau memilih dare?"

"Uh, apa?" Hueningkai menatap Lisa sedikit terkejut dan kebingungan.

"Namamu.. Hueningkai-ssi, benar?"

"Y-ya, itu benar,"

"Kutebak kau dan teman-temanmu sedang bermain game truth or dare, lalu kau memilih dare, sehingga teman-temanmu memberikan tantangan yang membuatmu mendatangi mejaku, dan jika dugaanku tidak salah, dare itu adalah sesuatu yang konyol seperti menyatakan cinta padaku, meminta nomorku, atau berkenalan denganku, bukan begitu?" ucapan panjang lebar Lisa membuat Hueningkai melongo dengan ekspresi wajah yang lucu.

"A-apa kau seorang detektif?!" tanya Hueningkai. Matanya berbinar kagum menatap Lisa.

"Atau seorang agen rahasia?! Bagaimana bisa kau tahu bahwa kami sedang bermain truth or dare?!" tambahnya heboh.

Lisa tertawa kecil. Lelaki di hadapannya ini begitu polos dan lucu, mungkin karena usianya yang masih sangat muda. Mendengar pertanyaannya yang spontan dan penuh keluguan ini menjadi hiburan kecil bagi Lisa yang tengah galau memikirkan keruwetan hubungan Jungkook dengan Eunha, juga perasaannya pada bosnya itu.

"Jadi, apa darenya?" tanya Lisa kemudian setelah tawanya mereda.

Hueningkai menggaruk pelipisnya dan nyengir. "Mereka menyuruhku meminta nomormu,"

Lisa mengangguk-angguk seolah ingin memamerkan pada Hueningkai bahwa tebakannya benar.

"Maaf, tapi aku tidak bisa memberikannya," jawab Lisa sambil tersenyum semanis mungkin.

"Wae?" tanya Hueningkai kecewa. Lisa menggigit bibirnya untuk menahan tawanya melihat wajah Hueningkai yang terlihat memelas seperti anak kucing yang ekornya baru saja dilindas truck.

"Supaya kau kalah dengan darenya," jawab Lisa jahil.

"Aisshh~!" Hueningkai merengut dan Lisa tanpa sadar kembali tertawa ketika melihat Hueningkai menghentak-hentakkan kakinya seperti anak kecil yang sedang 'ngambek'.

"By the way, kita belum berkenalan. Sebenarnya aku sering melihatmu berada di kafetaria ini dan beberapa kali kita juga pernah berpapasan di lorong. Apa kautrainee baru?"

"Mmm.. bukan. Aku bukan trainee. Lalu, apa kita memang berpapasan sesering itu? Aku tidak terlalu ingat, maafkan aku,"

"Well, tidak masalah. Setidaknya kau mengenalku, bukan begitu?"

"Yah, siapa yang tidak kenal dengan member TXT?"

"Hahaha, kau benar. Tapi kau curang, tahu!"

"Curang?"

"Ya, karena kau mengenalku, tapi aku tidak mengenalmu. Jadi boleh aku tahu siapa namamu?" tanya Hueningkai.

"Kau bisa memanggilku 'noona' saja," jawab Lisa sambil tersenyum jahil.

"Noona? Kenapa aku harus memanggilmu 'noona'?"

"Karena aku lebih tua darimu, Hueningkai-ssi. Usiaku 22 tahun,"

"A-apa?!" seru Hueningkai kaget.

"Kenapa?" tanya Lisa bingung.

"Wajahmu tidak terlihat seperti berusia 22 tahun. Aku pikir usiamu 17 atau 18 tahun,"

Lisa kembali tertawa mendengar jawaban polos Hueningkai. Sejujurnya ia merasa sedikit tersanjung, karena itu berarti Hueningkai mengatakan secara tersirat bahwa wajah Lisa terlihat awet muda alias baby face.

"Ehm, noona.. sepertinya noona orang yang seru.. noona mau bergabung di meja kami?" tanya Hueningkai tiba-tiba. Ia menunjuk meja yang diduduki member TXT dan menatap Lisa penuh harap.

"Oh, maafkan aku, tapi aku sedang menunggu seseorang sekarang," tolak Lisa sopan.

"Siapa?" tanya Hueningkai penasaran.

"Bosku," jawab Lisa singkat. Lisa memeriksa ponselnya untuk melihat apakah Jungkook mengirimkan pesan atau menelponnya, karena Jungkook bilang meeting mereka akan selesai dalam 2 jam dan saat ini bahkan sudah hampir 3 jam berlalu sejak Jungkook memasuki ruang meeting bersama member BTS.

"Noona, noona, siapa namamu?"

"Yya, Lalisa!"

Lisa dan Hueningkai menoleh bersamaan ke arah suara yang tiba-tiba memanggil Lisa dengan cukup keras.

"Jungkook-sunbaenim?"

Lisa buru-buru berdiri dan membereskan barang-barangnya. "Anda tidak mengabari saya kalau meetingnya sudah selesai, ssajangnim?"

"Ponselku mati," jawab Jungkook. "..untung aku sudah membaca pesanmu yang mengatakan jika kau menunggu di kafetaria.." lanjutnya. Lisa mengangguk dengan cepat dan menenteng clutchnya, bersiap untuk pergi.

Hueningkai menatap Jungkook dan Lisa bergantian. Wajahnya kembali terlihat kebingungan. Bibirnya terbuka membentuk huruf 'o' kecil yang lucu.

"Apa yang sedang kau lakukan disini, Kai?" tanya Jungkook sambil menoleh menatap Hueningkai, lalu tersenyum ramah pada dongsaengnya itu.

"Ah, a-aku sedang meminta nomor noona ini, sunbae," tanpa sadar Hueningkai menjawab dengan terang-terangan, wajahnya terlihat lugu penuh kejujuran.

Jungkook mengernyitkan keningnya. "Untuk apa kau meminta nomor asistenku?"

"A-asisten?" ulang Hueningkai ragu.

"Ne, perkenalkan, nama saya Lalisa Park, saya personal assistantnya Jeon Jungkook-nim," Lisa membungkuk dengan sopan pada Hueningkai, dan membuat pemuda itu semakin melongo dan terheran-heran.

Jungkook melirik Lisa dan Hueningkai bergantian dengan wajah penuh tanda tanya.

"Jadi.. kenapa kau meminta nomornya, Kai?" Jungkook kembali bertanya. Matanya menyipit penasaran sekaligus curiga.

"Ah, itu.."

Hueningkai kemudian menjelaskan pada Jungkook tentang game truth or dare yang dimainkannya bersama member TXT dan menunjuk meja yang mereka duduki. Keempat member TXT lainnya — Soobin, Taehyun, Beomgyu, dan Yeonjun terlihat berjalan dengan cepat menghampiri Hueningkai, Jungkook, dan Lisa. Mereka tersenyum gugup sambil membungkuk dalam-dalam menyapa Jungkook.

Akhirnya, Jungkook terlibat obrolan dengan para member TXT sementara Lisa berdiri di belakangnya sambil memeriksa ponselnya untuk memeriksa jadwal-jadwal Jungkook yang dikirimkan managernya pada Lisa. Karena nantinya, meskipun Jungkook tidak terlalu sering membutuhkan kehadirannya, Lisa harus tetap mengetahui kegiatan Jungkook, juga sebagai antisipasi jika Tuan Jeon menanyakannya.

Hueningkai tidak terlalu fokus dengan obrolan mereka. Ia melirik ke arah Lisa beberapa kali sambil memikirkan sesuatu. Hueningkai merasa bahwa nama asisten Jungkook ini tidak asing di pengendengarannya. Terlebih lagi, wajah dan usia Lalisa kurang lebih hampir sama dengan sosok yang sangat dikenal Hueningkai, dulu. Jika dugaannya tidak salah, maka Hueningkai yakin jika Lalisa Park adalah orang itu.

"Kalau begitu, aku harus pergi sekarang," ucap Jungkook tiba-tiba. Mendengar itu, Lisa menyimpan ponselnya ke dalam clutchnya.

"..dan Kai, aku tidak mengizinkan asistenku untuk memberikan nomornya padamu, karena dia harus tetap profesional dalam pekerjaannya," Jungkook melirik Lisa sekilas. Hueningkai mengangguk patuh dan tertawa kikuk.

Jungkook berlalu dan Lisa menyempatkan diri membungkuk sekilas untuk berpamitan pada member TXT.

Sepeninggalnya Jungkook dan Lisa, kelima remaja itu kembali ke meja mereka. Hueningkai sesekali menoleh untuk melihat sosok Lisa yang baru saja meninggalkan kafetaria. Sebuah senyuman tipis tiba-tiba mengembang di wajahnya ketika sebuah ingatan muncul di kepalanya.

"Lalisa Park, kau kah fairy-noonaku?" gumamnya.


💜💜💜

Lisa membawakan koper milik Jungkook sementara pemuda itu berjalan di depannya sambil menelpon seseorang. Mereka tengah menyusuri lorong menuju ke pintu apartemen yang menjadi dorm BTS.

Langkah Jungkook tiba-tiba terhenti, membuat Lisa tanpa sengaja menabrak punggung kekar pemuda itu. Lisa berusaha tidak menggerutu pada bosnya itu dan mengusap keningnya pelan.

"Ada apa, ssajangnim?"

Kesal karena Jungkook tak kunjung menjawab, Lisa menggeser langkahnya dan melihat apa yang membuat Jungkook menghentikan langkahnya dan terdiam seperti itu.

"Eh?"

Lisa melihat Eunha dan Eunwoo berdiri di luar pintu dorm BTS, berjarak sekitar 2 meter dari tempat Lisa dan Jungkook berdiri. Eunwoo sedang bersandar pada dinding di samping pintu sementara Eunha berdiri di depan Eunwoo.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jungkook dingin.

"Bukankah kita harus bicara?" tanya Eunwoo.

"Seingatku aku akan bicara dengan Eunha, bukan denganmu," ketus Jungkook.

"Kupikir kita harus menyelesaikan ini bertiga, Jungkook.."

"Kau yang membawanya ke sini?!" Jungkook mengalihkan tatapannya pada Eunha. Gadis itu terlihat gugup dan takut-takut.

"Bukan, tapi aku yang—,"

"Aku tidak bicara padamu, aku bicara padanya!" potong Jungkook semakin ketus sambil menunjuk wajah Eunha dengan jari telunjuknya.

"Oppa, tidak begitu. Aku.."

"Kook, jangan kasar pada Eunha!"

"Bisakah kau diam?!"

Lisa mulai merasa tidak nyaman dengan situasi ini karena dia berdiri di sini bukan sebagai siapa-siapa dan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah mereka bertiga.

"Umm.. ssajangnim.. saya.."

Klik!

Belum selesai Lisa bicara, pintu apartemen dorm BTS terbuka. Namjoon muncul dengan wajah terkejut melihat Eunha, Eunwoo, Jungkook dan Lisa.

"Pantas saja aku mendengar suara berisik sejak tadi. Apa yang sebenarnya kalian lakukan?!" Namjoon menatap tajam satu per satu orang-orang di hadapannya.

Semuanya terdiam dan tak ada yang berani menjawab. Bahkan Lisa pun bisa melihat Jungkook sedikit menunduk. Lisa tahu betul bagaimana Jungkook sangat menghormati Namjoon karena sifatnya yang bijaksana sebagai seorang leader, bahkan Eunwoo dan Eunha pun tidak berani menatap wajah kesal Namjoon saat ini.

Namjoon membuka pintu lebar-lebar, kemudian menepi dan berdiri di samping pintu.

"Jangan buat keributan di luar. Kalian berdua, masuk!" Namjoon menunjuk Eunwoo dan Eunha. Kedua orang itu mengangguk dengan patuh dan berjalan dengan gugup di depan Namjoon masuk ke dalam dorm BTS.

Jungkook sepertinya hendak melayangkan protes pada Namjoon, tapi tidak jadi karena Namjoon langsung membungkam mulutnya.

"Kalau kau protes, aku akan memanggil Yoongi-hyung,"

Jungkook merengut dan merebut kopernya dari tangan Lisa, lalu melangkah masuk ke dalam dormnya dengan muka bersungut-sungut kesal, namun tak berani protes ketika melewati Namjoon.

Namjoon menghela nafas frustasi. Melihat Lisa masih berdiri di sana, Namjoon tersenyum. Ia menutup pintu dormnya dan berjalan menghampiri gadis itu.

"Hai," sapa Namjoon.

"Selamat siang, Namjoon-ssi," Lisa tersenyum dan membungkuk dengan sopan.

"Yya, apa kau lupa soal jangan bersikap formal pada temanmu ini, hm?"

"Maafkan aku,"

"Sebenarnya aku ingin menawarimu mampir dan mengobrol sebentar di dorm kami.." Namjoon menoleh pada pintu dormnya yang tertutup.

".. tapi aku harus membereskan kekacauan ini dulu," lanjutnya dengan wajah yang sedikit menyesal.

"Ah, tidak masalah Namjoon-ssi, lagipula saya harus segera kembali ke kediaman Jeon sekarang,"

Namjoon tersenyum penuh pengertian. "Baiklah kalau begitu. Terima kasih sudah mengantar Jungkook ke sini,"

"Itu memang sudah tugas saya, Namjoon-ssi. Saya pamit," Lisa membungkuk lagi dan mengucapkan sampai jumpa pada Namjoon.

"Eh, tunggu sebentar, Lisa.."

"Ada apa, Namjoon-ssi?"

"Ah.. itu..hati-hati dalam perjalanan,"

Lisa tersenyum. "Terima kasih banyak, Namjoon-ssi,"

Lisa berbalik dan berjalan menuju ke lift tanpa menoleh lagi. Namjoon tersenyum, menatap kepergian Lisa sampai sosok gadis itu tak terlihat setelah masuk ke dalam lift.

💜💜💜

Hai teman-teman. Apa kabar?

Brilliant Manoban -

Continue Reading

You'll Also Like

36.2K 2.7K 34
📌 DESKRIPSI DIHAPUS‼️‼️ JIKA PENASARAN LANGSUNG SAJA BACA CERITANYA DAN JANGAN LUPA VOTE AND KOMENNYA KARENA ITU DIPERLUKAN UNTUK MENENTUKAN APAKAH...
'Hostage' By Fy_V

Fanfiction

6.1K 759 8
"Kejadian malam itu membuatku menjadi tahanan nya" -Lalisa Morrel- Start : 02 July 2022 End. : -
35.5K 4.1K 35
[JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT OKE!]] "Aku pikir hubungan ini akan bertahan lama. Tapi ternyata tidak"-Kim Taehyung "Satu-satunya orang yang menghancu...
8.6K 741 17
Menceritakan Seorang Kim Taehyung CEO muda yg sukses masuk dalam jajaran pengusaha terkaya di Korea.. siapa sangka bahwa seorang Kim Taehyung Pria Be...