Kita pernah ada ✓

By mawbiens

846 228 20

"Selalu ingat kalau aku pernah ada" "Bukan kamu aja,tapi kita iya kita pernah ada" Hidup billa semakin rumit... More

Hello
Nica to know u
Sunday best
New Student
Jealous
Monster
Sick
Thank u gabriel
Back to school
Fall in love
Shock
Lie's
Lie's (2)
Not Bad
Bully
Broke
Renzi
My new dad
Girl's time!
Day with dokter Andi
Inggris assignment
Ujian Kenaikan Kelas
Berubah
Gabriel Again
Crazy Gurl
Kenyataan Pahit
Party
Ajal?
ego
Siuman
New life
Hai Gabriel ?
Berjuang
Sweet smile
apa ini?
Kita pernah ada
Amanat

Iba

14 3 0
By mawbiens

"Pagi Billa."sapa dokter Andi dari mobilnya.

"Pagi dokter!"balasku seraya tersenyum kikuk.

Hari ini kedua kalinya aku melakukan kemoterapi dan aku masih sangat takut.

Aku masuk kedalam mobil dokter Andi yang perlahan menjauhi rumah. Tak ada yang membuka suara,aku terdiam merenung ke jendela sembari membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

"Hei,kok diem aja?kenapa?"tanya dokter Andi yang mulai bosan dengan keheningan.

"Emm....takut."balasku sambil menunduk.

"Kan ada dokter."dokter Andi mengelus pangkal kepalaku sembari tersenyum manis.

Aku yang melihat itu perlahan mulai tenang dan tak terlalu khawatir dan takut.

"Jangan takut dan khawatir dong,nanti makin sakit."aku yang mendengar itu hanya mengangguk saja.

Akhirnya kami tiba di rumah sakit aku di bawa ke dalam ruangan yang sama seperti saat pertama kali aku di kemoterapi.

Selepas kemoterapi tubuhku terasa sangat lemas seperti sebelumnya aku tak bisa duduk lagi jadilah aku harus menunggu beberapa jam kedepan sampai aku sedikit pulih.

Di luar ruangan,dokter Andi mengobrol dengan suster yang membantu menangani Billa.

"Kanker nya semakin buruk ya."ujar dokter Andi sambil memijat pelipis.

"Iya dokter kau benar kankernya sudah masuk stadium dua."dokter Andi merasa sangat cemas.Ingatannya kembali berputar pada gadis yang dulu selalu ia peluk dan kecup setiap pagi,anaknya.

"Jangan kembali memutar masa lalu dokter."ujar suster Raysa,suster yang membantu dokter Andi.

"Iya kau benar Raysa,tapi rasanya aku tak ingin kehilangan gadis itu meski dia bukan anakku."sahut dokter Andi.

"Doakan dia dan beri semangat itu yang di butuhkan oleh pengidap kanker."ucap suster Raysa sambil tersenyum manis.

"Lagi - lagi kau benar,aku permisi dulu."suster Raysa mengangguk.

Perlahan dokter Andi membuka pintu kamar yang di singghai oleh Billa.Disana,gadis itu terbaring lemah tubuhnya putih pucat mengenaskan.

"Hallo Billa."sapaan sokter Andi itu membuat gadis yang di panggil menoleh.

"Eh dokter."katanya sambil menyengir.

"Gimana keadaan kamu?udah baikan?"Billa mengangguk.

"Ya,lumayan dok.Hari ini aku gak bisa pulang sore kayak waktu itu,aku harus belajar buat ujian besok."ujar Billa.

"Tapi kondisi kamu sedang begini."balas dokter Andi.

"Nanti...mama saya marah dok kalau ketahuan tidam belajar."ucap Billa.

"Kenapa kamu gak jujur aja kamu itu punya kanker Billa..."wajah dokter Andi begitu khawatir.

"Gak bisa!"balas Billa.

"Kenapa?ini juga untuk kebaikan kamu..."ucap dokter Andi lagi.

"Orang tuaku keras dok,percuma saya bilang saya sakit mereka gak akan peduli bagi mereka pekerjaan nomor satu."balas Billa.

"Mereka pasti peduli."ucap dokter Andi mencoba meyakinkan.

"Gak!pokoknya gak mau!biarkan mereka cari tahu sendiri."ujar Billa.

Dokter Andi menghela nafas."Yasudah,kamu harus pulang jam berapa?"tanyanya.

"Jam 3 sore paling lambat."dokter Andi mengangguk.

"Sudah tidur dulu supaya tubuh kamu tidak lemas lagi."Billa mengangguk dan matanya terpejam.

•••

Matahari mulai terbenam Billa dan dokter Andi sudah dalam perjalanan pulang kerumah.

"Di rumah kalau ada keluhan bilang saya ya."aku mengangguk.

Setibanya di rumah aku terkejut melihat ibukku sudah menunggu di depan pintu.

"Dari mana kamu?"tanyanya.

"M-main ma."jawabku seraya menunduk.

"Itu mobil siapa?dan apa katamu?main?bukanya kamu tidak punya teman?"tanya ibukku bertubi - tubi.

"Kim udah punya teman ma."jawabku.

Udah dong nanyanya ah capek ni berdiri!.Keluhku dalam hati.

"Yasudah!sana masuk lalu belajar yang benar."aku mengangguk dan melenggang pergi memasuki rumah.

Di kamar aku langsung menjatuhkan tubuhku di atas kasur,jujur tubuhku masih belum stabil.

Saat asik berbaring tiba - tiba saja nontifikasi ponselku menganggangu.Awalnya aku tak ingin membukanya tapi karema penasaran jadi kuputuskan untuk membukanya.

                               girl's
Nada
Oke,aku ada berita yang bikin siapa aja kesel deh.

Melody
Apa si?

Nada
Send a picture

Melody
GILA NGAJAK RIBUT!

Nada
Minta di hujat bener senior gue heran.

Melody
Billa!woy mana lo?

Kim
Hadir.

Nada
Panas kaga mata lo liat foto itu?

Aku hanya membaca pesan Nada.Oh jelas matakku pamas dan hatiku sakit bagaimana tidak?itu foto Gabriel dan Adeline yang saling merangkul namun yang membuat hatiku sakit adalah Gabriel mencium pipi gadis itu.

Saat terlarut dengan foto itu aku teringat dengan perkataan teman - temanku.Berubah,kata itu terngiang di kepalaku.

Apa iya aku berubah ya?

Kubuka roomchat grup ku dan teman - temanku.

Kim
Panas banget malah Da,eh gue kayaknya terima deh tawarin kalian yang ngajak gue berubah.

Nada
SERIUS LO?!

Melody
BUSETTTT!!!!!!!!

Kim
Iya serius masa gue boong?

Nada
Besok lo ke sekolah pakai hoddie!rambut lo di ikat!pakai make-up tipis.

Melody
Bener!

Kim
Besok kan pake jas almamater.

Nada
Oiya forget gue la.

Kim
Hm,gue juga gak ada make-up!

Melody
Gue sama Nada besok pagi kerumah lo!we go to school togather!

Kim
Okey.

Nada
See you tomorrow ladies.

Aku menutup ponselnya dan menuju meja rias yang memang sengaja di belikan oleh ayahnya namun tak di pakai sama sekali oleh Billa.

Aku bercermin."Semoga keputusan gue untuk berubah bener."gumamku.

Selepas bercermin aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah mandi aku menyisir rambutku di depan cermin sambil melihat penampilanku.

Ternyata semakin hari wajahku semakin terlihat seperti orang yang menderita sakit keras.

Usai menyisir rambut aku terkejut saat melihat banyak sekali rambut yang rontok di sisirku.

"Kenapa banyak banget?kemarin - kemarin gak sebanyak ini."gumamku dan aku meringis sendiri.

Tak mau menjadi beban pikiran kuputuskan untuk belajar saja.

Enam jam berlalu,ya aku belajar selama itu.Kusudahi belajarku karena tubuhku yang mulai lelah dan mengantuk.

Aku berjalan mendekati kasur tapi langkahku terhenti saat ponselku berdering nyaring.

Layar ponselku menampilkan nama yang sangat aku rindukan "Gabriel".

"Halo Rey?"

"LEY!PLEASE HELP ME!RENZI DIA MAU BUNUH GUEEE!!"

Aku terkejut bukan main.

"Aku kesana!"

Lalu telepon terputus,perasaanku tak enak sungguh.Aku ingin langsung berlari menuju rumah Gabriel seperti biasa namun sekarang tak bisa.Ibukku ada di rumah dan kemungkinan ia belum tidur meski waktu sudah menunjukan pukul 00.15.

Aku bingung,takut,dan cemas.Semua perasaan itu berkecamuk di dalam tubuhku.

Aku melirik balkon depan dan aku berfikir akan meloncat lalu pergi kerumah Gabriel dari sana saja.

Ku lancarkan aksiku,sebelum pergi aku mengunci pintu kamar yang menandakan aku sudah tidur lalu aku pergi ke balkon.

Aku meneguk ludahku.Dari balkon ke bawah cukup tinggi mana mungkin aku loncat begitu saja?

Tapi karena perasaanku sudah tak enak aku mencoba turun secara perlahan tapi pasti dan itu berhasil.

Ku buka gerbang pelan - pelan dan berharap tak menimbulkan bunyi apapun.Dan lagi - lagi itu berhasil.

Aku segera berlari menuju rumah Gabriel dengan secepat kilat.Akhirnya aku tiba di kamar Gabriel.

Aku terkejut bukan main,Gabriel mencekik dirinya sendiri sampai wajahnya sudah pucat pasi bak mayat hidup.

"GABRIEL!!"pekikku lalu langsung mendekat ke arah Gabriel.

"LO LAGI LO LAGI!PENGHANCUR!"bentak Gabriel ah ralat Renzi.

"Lo yang penghancur bodoh!"balasku dengan garang.

Renzi memegang leherku lalu mengangkat tubuhku dengan mudahnya.

"LO ITU SELALU MENJADI PENGHANCUR!SAMA SEPERTI ORANGTUA GABRIEL!"Renzi melempar tubuhku hingga kepalaku terbentur cukup keras ke dinding.

Kepalaku sakit dan tubuhku lemas aku juga susah untuk bernafas tapi melihat Renzi yang kembali mencekik Gabriel membuatku kesal bukan main.

Ku sampingkan rasa sakitku demi menolong orang yang aku sayangi,Gabriel.

Aku berjalan terseok - seok bak orang pincang mendekati Gabriel yang tubuhnya hampi mebiru.

Air mataku menetes,Gabriel tak boleh mati.Aku berjalan cepat dan langsung memeluk Gabriel dan tubuhnya langsung melemas.

Gabriel mencoba bernafas meski terlalu sulit aku yang melihat itu hanya bisa menatap penuh arti,aku juga sakit disini.

Beberapa menit kemudian Gabriel sudah bisa membuka suara.

"M-ma k-kasih y-ya."katanya.

Aku yang juga terbaring di lantai hanya tersenyum dan mencoba bangkit lalu menolong Gabriel.

Dengan sekuat tenaga ku paksa diriku membantu Gabriel bangun dari posisinya dan memindahkannya ke atas kasur.

Gabriel tak bersuara saat terbaring di atas kasur,aku yang duduk di pinggir kasur merasa kasihan.

Ku pandang lekat wajah tampan itu,wajah yang dulu selalu ku nikmati ke elokannya saat berangkat sekolah maupun pulang sekolah dan kini wajah itu sudah tak sepenuhnya menjadi wajah yang akan selalu ku pandang setiap hari.

Sekelebat bayangan tentang foto yang dikirimkan Nada masuk ke dalam fikiranku dan hatiku merasa sakit tapi aku juga kasihan dengan Gabriel sekarang.

Ku lihat mata Gabriel terpejam dan kuputuskan untuk pulang ke rumah saja.Baru satu langkah aku pergi dari kasur Gabriel mencekal tanganku.

"Mau kemana?"

"Pulang,maaf aku gak bisa temenin kamu di rumah ada mama."

Gabriel mengangguk dan melepaskan cekalan tanganku lalu aku pergi dari hadapannya.

Aku masuk kedalam area rumahku yang mulai gelap,pasti ibukku sudah tidur fikirku.Ku ambil tangga yang ada di samping rumah dan ku pakai tangga itu untuk naik ke atas balkon.Tak mungkin bukan aku manjat?

Aku masuk kedalam kamar dan langsung merebahkan tubuhku di kasur,kepalaku sakit,tubuhku sakit dan hatiku juga sakit.Tak ingin menambah beban fikiran kuputuskan untuk memejamkan mata dan tertidur.

Terkadang,kita rela sakit hanya femi orang yang kita sayangi.

•••

Maaf ya teman - teman ada keterlambatan up aku sedang tidak punya ide dan aku juga sedang malas mengetik tadinya hehe.

Semoga kalian suka ya!

Continue Reading

You'll Also Like

755K 21.3K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
6.6M 496K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
445K 33.9K 42
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
854K 6.3K 11
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...