Seminggu setelah ujian semester, sekarang waktunya libur semester. Waktu yang sangat ditunggu-tunggu banyak murid, terutama bagi murid yang tidak suka belajar seperti Agil.
"Ribet juga masuk sekolah unggul," ucap Agil sambil menatap urutan ranking kelas melalui handphone-nya. Sangat menyebalkan baginya berada di posisi kedua di kelas dengan perbedaan nilai hanya 0,5. Padahal sebelum masuk sekolah ini, dia selalu yang terbaik di kelasnya.
"Mana Si Babon yang di atas gue. Kalau Vanessa 'kan gapapa," ucap Agil lalu tertawa sendiri setelah menyebut nama Vanessa.
Dia berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil handphone-nya. Karena seharian ini dia membantu Vadi, dia belum menghubungi Vanessa kecuali untuk menanyakan sesuatu, itupun permintaan Vadi.
"Eh? Bang Vadi tadi pakai hp gue?" gumam Agil.
Setelah di cek, ternyata memang Vadi memakai handphone-nya untuk menghubungi Vanessa tadi siang. Setelah tidak sengaja membaca sedikit dari chats Vadi dan Vanessa, dia memutuskan untuk mengambil topik dari chats tersebut.
Vanessa
Nanti aja komennya bang, ini aku udah mau ke halte
Oke deh
Kane deh kayanya dipanggil abang
Sent
Begitu selesai mengirimkan pesan tersebut, Agil berniat menaruh handphone-nya dan mengerjakan hal lain—karena tidak mungkin Vanessa fast response. Namun dia tidak sengaja melihat file video yang dikirimkan Vanessa.
Menurut Agil, tidak sopan membaca pesan orang lain meskipun itu menggunakan handphone miliknya. Namun dia terlalu penasaran untuk melakukan prinsipnya kali ini.
"Tambah keren aja Vanessa," gumam Agil ketika menonton video itu.
Agil tiba-tiba tersenyum melihat Vanessa yang berusaha terlihat imut dalam video itu.
"Biasanya dipuji imut aja ga mau, sekarang?" ucapnya sambil tertawa kecil.
Agil menonton video itu sekitar tiga kali, kemudian berhenti untuk mengerjakan sesuatu.
Beberapa pesan masuk diabaikan Agil. Kemudian beberapa belas menit kemudian ada sebuah pesan masuk dengan nada notifikasi yang unik, karena Agil memang memasang nada notifikasi khusus untuk Vanessa.
Ngok!
Masalahnya kenapa harus suara babi?
Vanessa
Kane deh kayanya dipanggil abang
Dih
Setelah membalas pesan dengan lama, balasannya pun singkat dan menyebalkan.
Agil mah sabar.
Coba deh, panggil gue abang
Buat?
Heh
Emang seharusnya lo itu manggil gue abang
Kurang akhlak sih
Ga ngaca
Ayo panggil gue abang
Biar gue semangat kerja
Kerja apa emang?
Bang
Adalah pokonya kerja
Kurang seru kalo diketik
Voice note coba
Dih banyak mau
Cepetan
Send a voice note
Noh
Jangan disebar ya
Gue cabut dulu, mau latihan
EH SKASJDLKASAK
Kenapa?
Gapapa
Read
Agil terdiam beberapa saat sebelum memutar voice note itu.
"Bang Agil sana kerja. Jangan lupa istirahat."
Reaksi Agil :
WARNING!! INI CUMA FAKESUB YAA!!
***
"Agil!"
"Agil!"
"Agil! Budek ya lo?"
"Ck, apa sih?"
"Ga usah sok cuek gitu. Sedih 'kan lo, kalah dari gue?"
Agil hanya menatap gadis itu cuek kemudian berlalu meninggalkannya.
"There is nobody that can't love me*. Dan lo bakalan jadi salah satu dari itu," gumamnya setelah Agil pergi, kemudian pergi ka arah yang berbeda untuk menuju tempat tujuannya.
*Ga ada orang yang ga bisa suka gue.
Meskipun gadis itu mendapatkan ranking pertama di kelasnya, tapi sepertinya dia cukup bodoh untuk tidak menyadari bahwa Agil masih bisa mendengarnya.
Agil menghelas nafasnya setelah mendengar gumaman gadis itu. "Susah jadi orang ganteng," gumamnya. "Reyna, Reyna," lanjutnya sambil geleng-geleng.
Sebenarnya mereka tidak perlu lagi pergi ke sekolah karena sedang libur semester. Hanya saja Agil punya beberapa hal untuk diurus, dan dia tidak tau kenapa Reyna juga ke sekolah.
Setelah menyelesaikan urusan-urusannya, Agil berusaha untuk segera pulang. Namun usahanya gagal karena dia bertemu teman sekelasnya, yang kemudian mengajaknya untuk nongkrong.
"Lo ikut camping 'kan Gil?" tanya salah satu temannya. Agil hanya membalas dengan anggukan. "Asik, kita se-tim ya?" ajaknya.
"Lah emang bisa?" heran Agil. Karena menurut sepengetahuannya, kelompok belajar untuk camping ditentukan oleh guru. "Bisa aja. Tinggal ngemis ke Pak Wahyu hahaha," ucapnya. "Boleh juga, Han. Buat jaga-jaga kalau aja gue ntar se-tim sama Reyna," ucap Agil.
"Kalo diliat-liat lo kesel banget dah sama Reyna. Padahal dia cakep, kaya, pinter lagi. Kayanya dia juga suka sama lo," ucap Farhan. "Ya emang sih. Tapi poin terakhir yang lo bilang bikin gue risih," jawab Agil.
"Lo risih dia suka sama lo?" tanyanya yang diangguki Agil, "lo, gay?"
Mereka berdua bertatapan selama beberapa detik.
"Jangan bilang bener. Please jangan suka sama gue," ucap Farhan. "Engga lah. Emangnya kalau iya kenapa lo larang gue?" tanya Agil balik.
"Lo 'kan ganteng. Kalau gue khilaf, gimana?"
"Gile ya lu!"
"Hahahaha. Ya elo sih! Emangnya lo kenapa ga suka Reyna?"
Agil diam sambil tersenyum menatap Farhan. "Jangan-jangan lo beneran suka gue?" Agil tertawa kecil karena itu kemudian menggeleng.
"Ada cewe lain yang gue suka," gumamnya namun dapat di dengar Farhan dengan jelas.
"Siapa? Anak sini? Kalau iya bisa nih gue bantu comblangin!"
"Ada deh, kepo aja lu."
Sayangnya gumaman Agil tidak hanya bisa di dengar Farhan, tapi juga Reyna yang tidak sengaja ada disana.
Sepertinya Agil juga cukup bodoh untuk menyadari keadaan sekitarnya.
Vote kalau kamu suka.
Comment kalau ini menarik.
Share biar cerita ini berkembang.
Thanxx!
—vanfarewell.