Suasana ruangan yang cukup mewah untuk ruangan kepala sekolah. Meskipun mewah tetapi Rintik tidak nyaman di sini. Di tambah lagi tatapan horor dari guru-guru yang ada di sini, Rintik bergidik ngeri melihatnya.
"Rintik, sekarang kamu jelasin semuanya." Ucap Bu Ningsih.
Rintik mengernyitkan keningnya." Jelasin apa Bu?" Tanya balik Rintik.
Bu Ningsih menepuk jidatnya." Ya jelasin semuanya lah Rintik, asal mulanya kamu sama Dhisya berantem. Paham kau?"
"Oh gitu, Bu. Saya berantem sama Dhisya karena dia duluan yang mulai." Jawab Rintik.
Dhisya melototkan matanya." Enak aja, lo duluan yang mulai. Lo yang nampar gue, habis tuh lo pukul gue---" Ucap Dhisya terpotong.
"Habis tuh gue bakal bunuh lo, kalo lo nggak bisa diem! Seneng banget nyaut pembicaraan orang, yang di tanya tuh gue. Jadi lo diem aja!" Ucap Rintik. Dhisya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Sudah-sudah jangan berantem! Jadi yang salah di sini siapa?" Tanya Bu Ningsih.
"DIA!" Rintik menunjuk ke arah Dhisya sedangkan Dhisya menunjuk ke arah Rintik.
Rintik melototkan matanya tidak terima." Enak aja lo nyalahin gue!"
"Ya lo lah yang salah, jelas-jelas lo yang udah tampar gue habis tuh lo pukul gue." Ucap Dhisya.
"Lo juga ngapain mancing emosi gue?"
"Ya terserah gue lah, mau gue mancing ikan kek, mancing emosi kek. Itu kan hak gue ngapain lo ribut?"
"Ya udah berarti kalo gue mukul lo, ya terserah gue lah."
"DIAM!" Bentak Bu Ningsih. Bu Ningsih menatap tajam ke arah Rintik dan Dhisya bergantian. Rintik menelan ludahnya kasar begitupun dengan Dhisya.
"Kalian tuh nggak bisa apa akur satu hariiiii aja, setiap ketemu pasti berantem. Akur gitu loh." Ujar Bu Ningsih.
"Ngapain akur sama pantat panci?" Gumam Rintik yang dapat di dengar oleh semua orang.
"Ngomong apa lo tadi?!" Bentak Dhisya.
"Emangnya gue ngomong apa?" Tanya balik Rintik. Dhisya mendengus kesal mendengar tanggapan Rintik. Sedangkan Rintik tertawa dalam hati.
Bu Ningsih memijit pelipisnya pusing menghadapi muridnya itu." Rintik, kenapa kamu pukul Tania?" Tanya Bu Ningsih.
Rintik melirik malas ke arah Tania." Nggak sengaja, lagian siapa suruh jadi pahlawan kesiangan. Kena tonjok aja langsung pingsan." Jawab Rintik, Tania menundukkan kepalanya mendengar perkataan Rintik.
"Rintik!" Tegur Billa. Rintik memutarkan bola matanya malas." Okay." Ujar Rintik malas.
Rintik melirik sekilas ke arah Tania." Sorry gue nggak bermaksud ngomong kayak gitu." Ucap Rintik dengan sangat berat hati ia mengucapkannya.
Tania tersenyum." Iya nggak papa kok."
"Ya udah sekarang kalian maaf-maafan biar selesai urusannya!" Ujar Bu Ningsih menyuruh Rintik dan Dhisya untuk saling memaafkan.
Rintik dan Dhisya saling melirik tanpa mau berniat untuk berjabat tangan. Billa menghela nafas melihat tingkah laku putrinya. Ia mengambil tangan Rintik." Maafin Rintik ya." Ucap Billa. Rintik membelalakkan matanya tidak terima.
Dhisya diam tidak membalas jabat tangan Rintik. Akhirnya mama Dhisya pun melakukan hal yang sama seperti Billa." Maafin Dhisya juga ya." Ucapnya.
Rintik langsung melepaskan tangannya dan beralih menatap Billa." Bunda..." Rengek Rintik. Billa mengangkat bahunya acuh. Rintik mengerucutkan bibirnya sebal.
Alfa tersenyum kecil melihat tingkah laku putrinya." Ayah kangen kalian." Batinnya.
🌿🌿🌿
"Bunda. Rintik boleh nggak nanya sesuatu sama Bunda?" Tanya Rintik.
Billa menolehkan kepala menatap Rintik." Nanya apa?" Tanya Billa.
"Laki-laki tadi yang nggak sengaja berpapasan sama kita siapa? Bunda kenal?" Tanya Rintik.
Deg
Billa terkejut mendengar pertanyaan Rintik." Kenapa Rintik nanya soal itu?" Tanya Billa.
"Dia ayah kan, Bun?"
Billa membulatkan matanya." Kamu ngaco kalo ngomong." Ucap Billa menyembunyikan rasa gugupnya.
Rintik menggelengkan kepala." Rintik nggak ngaco, Rintik tau kok Bunda. Papahnya Tania itu ayah aku kan, bunda?" Tanya Rintik.
"Nggak! Ayah kamu---"
"Bunda nggak perlu ngelak, aku udah tau kok selama ini ayah ninggalin kita demi mamahnya Tania kan? Bunda bohong, ayah selama ini masih hidup. Kenapa dulu Bunda bilang kalo ayah udah meninggal." Ucap Rintik sedikit terisak.
Air mata Billa pun ikut turun." Bunda nggak bermaksud untuk bohongin kamu." Ucap Billa.
"Bunda nggak perlu minta maaf, ini bukan salah Bunda. Rintik juga benci sama ayah." Ujar Rintik.
Billa menggelengkan kepalanya." Kamu nggak boleh benci sama ayah."
"Kenapa Rintik nggak boleh benci sama ayah? Ayah udah tega ninggalin kita! Ayah nggak pernah nemuin kita. Ayah lebih milih Tania daripada Rintik, Rintik benci ayah. Ayah itu bajingan!"
Plakk!
Billa menampar pipi Rintik." Jaga omongan kamu?!" Bentak Billa. Rintik memegangi pipinya yang sedikit perih, ia menatap nanar Billa." Bunda jahat!" Pekik Rintik dengan berjalan mundur.
"Rintik, maafin bunda. Bunda nggak bermaksud nampar kamu." Ucap Billa menyesal.
"Bunda jahat! Rintik kecewa sama Bunda!" Rintik berlari keluar rumahnya. Billa menutupi wajahnya menyesal karena telah menampar Rintik.
🌿🌿🌿
" Tante, om itu siapa? Tadi om itu udah nolongin Rintik." Rintik menunjuk ke arah Alfa yang sedang bermain bersama dengan Tania.
Salsha mengepalkan tangannya melihat arah pandang Rintik." Dia ayah kamu." Ucap Salsha.
Mata Rintik berbinar-binar mendengarnya." Dia ayah? Rintik mau ketemu sama ayah." Saat Rintik ingin berlari menghampiri Alfa, tangannya di cekal oleh Salsha.
Salsha menggelengkan kepala." Rintik nggak boleh nemuin ayah!" Ujar Salsha.
Senyum Rintik memudar." Kenapa?" Tanya Rintik.
Salsha menghela nafas sejenak." Coba Rintik lihat, ayah udah bahagia sama keluarga barunya. Dan anak kecil seumur kamu itu adalah anaknya ayah kamu dari keluarga barunya." Ucap Salsha.
Rintik menangis terisak-isak." Ayah udah bahagia hiks... Sama keluarga barunya hiks... Ayah ngelupain Rintik sama Bunda hiks... Rintik benci ayah!"
Mengingat itu membuat air mata Rintik jatuh terus menerus. Ia memutuskan untuk pergi ke taman. Ia ingin mencari ketenangan." Ayah hiks... Hiks..."
Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan ke arah Rintik." Hapus air mata lo." Ucapnya.
Rintik membelalakkan matanya mendengar suara itu. Ia mendongakkan kepala." Langit!"
Langit menghela nafas lalu duduk di samping Rintik." Nih!" Langit memberikan sapu tangannya. Rintik melirik sekilas tanpa mau menerimanya." Nggak perlu!"
Langit memutarkan bola matanya malas lalu ia mengusap air mata Rintik. Tubuh Rintik membeku, jantungnya berdetak kencang. Ia mati-matian menahan nafasnya. Meskipun ia pernah berpacaran dengan Langit, tapi untuk jarak sedekat ini dengan Langit, ia tidak pernah.
Langit menjauhkan badannya." Hapus sendiri!"
Rintik menerima sapu tangan Langit lalu menghapus air matanya sendiri. Langit tersenyum kecil melihat Rintik." Rin." Panggil Langit.
"Apa?" Sahut Rintik tanpa menolehkan kepalanya.
"Boleh nggak sih gue egois?" Tanya Langit.
"Hah!"
Bersambung...
Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕