My Personal Assistant | LIZKO...

By brilliantmanoban

78K 8.5K 1K

Cerita tentang Lalisa Park, gadis cantik yang 'terpaksa' menjadi Personal Assistant dari seorang member idol... More

Cast
History
1️⃣
2️⃣
4️⃣
5️⃣
6️⃣
7️⃣
8️⃣
9️⃣
🔟
1️⃣1️⃣
1️⃣2️⃣
1️⃣3️⃣
1️⃣4️⃣
1️⃣5️⃣
✨PROMOSI✨
ANNOUNCEMENT

3️⃣

3.7K 495 76
By brilliantmanoban

"A-apa maksud Anda, Jungkook-nim?" cicit Lisa pelan.

"Kupikir kau tidak tuli, Lisa. Kau jelas mendengar pertanyaanku, bukan?" Jungkook menaikkan salah satu alisnya dengan mata yang memicing menatap Lisa.

Lisa sedikit menunduk dan menarik nafas berat mendengar nada suara Jungkook yang sedikit sinis itu. Tidak sadar kah Jungkook bahwa ia membuat hati Lisa sedikit mencelos?

"Kenapa Anda menanyakan hal seperti ini, Jungkook-nim?" Lisa balik bertanya pada Jungkook.

"Bisakah kau jawab pertanyaanku?"

Lisa menghela nafasnya dengan malas.

"Saya tidak menyukai Namjoon-ssi.."

Orang yang kusukai adalah kau Tuan Jeon Jungkook, lanjut Lisa dengan sedih di dalam hatinya.

"Benarkah?" tanya Jungkook lagi.

"Apa saya terlihat seperti orang yang menyukainya?" jawab Lisa datar, ia mulai sebal pada bosnya ini.

Jungkook diam dan memutar badannya untuk kembali duduk di kursi kerjanya, namun ia masih membelakangi Lisa.

"Baguslah. Jangan pernah coba-coba menyukainya," kata Jungkook kemudian. Lisa menatap punggung pemuda itu dengan secercah harapan.

"Kenapa?"

"Tentu saja, karena kau harus ingat siapa dirimu,"

Lisa seolah merasakan sebuah palu dihantamkan dengan keras ke jantungnya. Ia membelalakkan matanya.

"Saya mengerti. Saya permisi, Jungkook-nim," nada suara Lisa lebih terdengar seperti bisikan. Bibirnya bergetar saat mengucapkannya.

Tanpa menunggu Jungkook mengucapkan kalimat lain, Lisa segera beranjak keluar dari kamar Tuan Mudanya itu. Lisa berusaha bersikap senormal mungkin dan menutup pintu kamar Jungkook dengan perlahan.

Lisa berjalan dengan cepat menuruni tangga untuk pergi ke kamarnya. Lisa bahkan sesekali melompati dua anak tangga sekaligus supaya ia bisa segera sampai. Tangan kirinya menutupi mulutnya, dan tangan kanannya meremat kuat dada kirinya untuk menetralisir rasa sakitnya.

Tepat setelah Lisa menutup pintu kamarnya, tubuhnya merosot begitu saja di balik pintu. Lisa menekuk kedua kakinya dan membenamkan wajahnya ke lututnya, ia tidak bisa menahan tangisnya yang meledak begitu saja.

"Setidaknya bisa kah dia tidak mengucapkan kata-kata yang selalu menyakiti hatiku?" bisik Lisa pada dirinya sendiri. Bibirnya melengkungkan senyum getir.

Lisa berusaha berdiri dengan berpegangan pada pintu dan berjalan tertatih menuju ke tempat tidurnya. Lisa mendudukkan dirinya di tepi ranjang dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar ini. Kamar Lisa cukup luas, keluarga Jeon benar-benar sangat murah hati karena memberikan kamar dengan fasilitas yang setara dengan kamar tamu rumah mereka. Kamar Lisa bahkan memiliki kamar mandi di bagian dalam, dan bathup berukuran sedang. Bagi Lalisa, kamar ini terlalu mewah untuk dirinya yang hanya seorang Personal Assistant.

Sedikit banyak Lisa sangat bersyukur memiliki pekerjaan dan fasilitas kelas atas seperti ini. Seberapapun menyakitkannya sikap dan ucapan Jungkook padanya, Lisa bertekad untuk tetap bertahan dengan pekerjaannya ini. Ia harus membayar seluruh hutang budi dan materinya pada keluarga Jeon. Setelah Lisa menyelesaikan semuanya, mungkin saat itu lah Lisa akan berpikir untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain. Biar bagaimana pun juga, Lisa tidak ingin seumur hidup menyiksa perasaannya dengan cinta bertepuk sebelah tangan kepada seseorang yang tidak akan pernah membalas perasannya itu sampai kapan pun.

Lisa memutuskan untuk segera membersihkan dirinya dan membantu para maid menyiapkan makan malam. Sebentar lagi Tuan Jeon akan kembali dari pekerjaannya di luar negeri, dan Lisa juga harus memastikan bahwa Jungkook tidak berulah atau pergi keluar tanpa sepengetahuannya dan menimbulkan kemarahan Tuan Jeon karena anak bungsunya yang tidak menyambutnya yang baru saja pulang.


💜💜💜💜💜


Sementara itu, Jungkook masih berada dalam posisi duduknya di meja kerjanya sesaat setelah Lisa keluar dari kamarnya. Ia menatap nanar ke pintu kamarnya yang tertutup dan menghela nafas perlahan.

Jungkook berjalan malas menuju tempat tidurnya, lalu membaringkan dirinya disana. Jungkook menggunakan kedua lengannya sebagai bantalan dan mulai menatap langit-langit kamarnya, merenung.

Jungkook sadar betul bahwa kalimatnya pada Lisa sungguh keterlaluan. Lisa pasti sangat marah padanya. Jungkook mengucapkannya tanpa sadar, hanya karena ia terdorong emosi sesaat. Jungkook sendiri tak mengerti kenapa ia bisa mengucapkan kalimat seperti itu pada Lisa. Jungkook mendesah kesal dan menutup wajahnya dengan bantal.

Bahkan saat ini Jungkook pun tidak memahami kenapa ia selalu memperlakukan Lisa dengan seenaknya dan mengatakan kalimat-kalimat yang menyebalkan — bahkan menyakitkan — kepada gadis berwajah boneka itu.

Jungkook mengingat-ingat pertemuan pertamanya dengan Lisa. Seingatnya, pada saat itu usianya 16 tahun. Jungkook menghadiri upacara pemakaman chef pribadi keluarga Jeon yang sudah bekerja pada keluarganya selama 6 tahun terakhir. Uncle Marco, begitu lah Jungkook memanggil pria paruh baya berkebangsaan Swiss itu. Jungkook sendiri sangat akrab dengan Marco, masakannya sangat enak, dan Marco selalu membuatkan makanan apapun yang diminta Jungkook.


~Flashback Start~


Jungkook baru saja selesai melakukan penghormatan terakhir untuk Marco. Ia berdiri setelah membakar dupa, dan penghormatan pada keluarga, lantas menepi ke sudut ruangan untuk menunggu kedua orang tua dan kakaknya yang baru akan melakukan penghormatan pada almarhum Marco.

Jungkook mengusap matanya yang sedikit berembun dengan ujung lengan kemejanya. Bagaimanapun juga, Jungkook sudah menganggap Marco seperti keluarganya sendiri, Jungkook sangat menyayanginya. Kehilangan Marco membuatnya cukup terpukul, dan

Pada saat itu lah, Jungkook melihat Lisa untuk pertama kalinya. Seorang gadis blasteran, wajahnya bulat dan cantik seperti boneka barbie, rambutnya panjang dan kecoklatan, dan manik bulatnya berwarna coklat madu. Gadis itu benar-benar terlihat cantik meski wajahnya sembab karena air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari kedua mata indahnya yang sayu dan diselimuti kabut kesedihan. Tubuh kurusnya terbalut hanbok berwarna hitam. Gadis itu tampak sibuk menenangkan seorang wanita paruh baya yang beberapa kali terlihat akan pingsan di pelukannya. Jungkook menduga wanita itu adalah istri Marco, dan gadis berwajah boneka itu adalah anaknya, anak semata wayang Marco yang sering diceritakannya pada Jungkook.

Jungkook terpaku pada tempatnya berdiri. Manik obsidiannya mengikuti setiap pergerakan Lisa. Ia menatap lekat-lekat pada gadis itu ketika ia dan ibunya membungkuk pada ayah dan ibunya yang baru saja melakukan penghormatan terakhir dan menghampiri kedua ibu dan anak itu.

"Kami turut berduka cita, Nyonya Park. Kami sangat menyayangkan kepergian Marco, kami sudah menganggap Marco seperti keluarga kami sendiri," itu Ibu Jungkook. Nyonya Jeon Yuni.

Lisa dan ibunya membungkuk berterima kasih, sedangkan Nyonya Jeon langsung memeluk mereka berdua bergantian.

"Apa kau Lalisa Park?" tanya Jeon Junsik sambil menatap Lisa.

"Ne, saya Lalisa, Jeon-Ssajangnim," cicit Lisa pelan.

"Ayahmu sering menceritakan tentangmu pada kami," kata Tuan Jeon.

"B-benarkah itu, Ssajangnim?"

"Ah, jangan memanggil kami Ssajangnim, Lisa. Panggil saja kami Ahjussi dan Ahjumma," sahut Yuni sambil menggenggam kedua tangan Lisa.

"A-apakah boleh?" Lisa bertanya dengan ragu.

"Tentu saja,"

Jungkook dapat mendengar suara percakapan mereka meski jaraknya dan Lisa tidak terlalu dekat. Jungkook seolah terbius mendengar suara manis Lalisa. Suaranya ringan dan lembut, meski saat menjawab pertanyaan ayahnya tadi, Jungkook bisa mendengar getaran dalam nada suaranya.

Jungkook tidak terlalu mempedulikan apa lagi yang dibicarakan kedua orang tuanya dengan Lisa dan ibunya, karena netra Jungkook hanya terfokus pada Lisa seorang. Jungkook memperhatikan dengan seksama setiap kali manik bambi itu berkedip, memperhatikan bulu matanya yang panjang dan lentik, memperhatikan bibir plumnya yang kemerah-merahan, memperhatikan pipi bulatnya yang dibasahi oleh air mata yang sesekali diusapnya dengan lengan hanboknya.

"Lalisa.." gumam Jungkook.

Jungkook merasakan getaran yang menggelitik perutnya ketika ia mengucapkan nama gadis itu. Sudut bibirnya sedikit terangkat, dan Jungkook pun segera menyadari, bahwa sejak detik itu, ia sudah menjatuhkan hatinya ke dalam pesona seorang Lalisa Park.


~Flashback End~



Jungkook tersenyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Lisa. Anggaplah Jungkook keterlaluan karena ia jatuh cinta pada Lisa dalam situasi yang tidak tepat, hari kematian ayah kandung gadis itu. Namun senyum Jungkook mulai menghilang ketika tiba-tiba sebuah ingatan melintas di benaknya. Ingatan yang membuatnya terpaksa menghapus perasaannya pada Lalisa. Ingatan yang memicunya untuk bersikap dingin, seenaknya, dan mengucapkan kata-kata yang ketus pada Lisa. Jungkook mengacak rambutnya frustasi, dan menggulingkan tubuhnya beberapa kali di atas ranjang.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Jungkook mengabaikannya dan tetap dalam posisi berbaringnya sambil memejamkan mata dengan erat, berusaha untuk tidur. Namun ponsel sialan itu tidak juga berhenti berdering sampai kira-kira tiga atau empat kali, sehingga Jungkook pun terpaksa meraih ponselnya dengan malas-malasan dan memeriksa siapa yang terus menerus menelponnya.

Melihat sebaris nama di layar ponselnya, membuat Jungkook mendengus sebal. Ia meletakkan ponselnya sembarangan dan menyalakan mode silent dengan tombol yang ada di sisi kiri ponsel itu, lalu Jungkook kembali memejamkan matanya, kali ini sampai ia benar-benar terlelap tidur.

Sementara itu, layar ponsel Jungkook masih berkedip-kedip meski pemiliknya sudah jatuh ke alam mimpi sejak beberapa saat yang lalu. Eunhoney 💕, sebaris nama yang tertulis di sana.



💜💜💜💜💜



Sudah dua jam berlalu sejak Lalisa membantu para maid menyiapkan makan malam keluarga Jeon. Biasanya mereka akan mengajak Lisa makan malam bersama, namun Lisa sering menolak dengan halus dan bilang akan makan malam bersama dengan para maid. Selain Lisa merasa sungkan dengan keluarga Jeon, makan malam bersama para maid terasa lebih menyenangkan karena Lisa bisa makan dengan bebas dan tidak takut-takut, karena sejujurnya Lisa adalah orang yang makan sangat banyak dan berantakan. Maka dari itu, Lisa lebih sering makan bersama dengan seluruh maid di ruang makan yang ada di bangunan khusus tempat tinggal para maid keluarga Jeon itu, setelah keluarga Jeon selesai makan malam tentunya.

"Nona Lisa, Anda tidak memeriksa Tuan Muda Jungkook di kamarnya? Uhm, saya rasa Tuan Besar akan segera tiba, tapi saya tidak melihat Tuan Muda berkeliaran sejak tadi. Sepertinya Tuan Muda masih tidur, karena tadi ketika saya mengantar cemilan sorenya, kamar Tuan Muda dikunci dan tidak ada suara aktivitasnya," Soora bertanya pada Lisa yang sedang mengelap piring-piring besar yang akan digunakan untuk menghidangkan makan malam.

"Ah, itu.." Lisa tergagap. Gerakan mengelap piringnya terhenti.

"Eonnie, sebenarnya aku ingin minta tolong padamu.." ujar Lisa sambil tersenyum semanis mungkin pada Soora.

"Minta tolong apa, Nona Lisa?"

"Bisakah eonnie saja yang memeriksa Jungkook-nim di kamarnya?" pinta Lisa. Ia menggunakan suara semanis mungkin dan mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Eh? Kenapa begitu Nona Lisa?"

"Ngg.." Lisa menunduk sebentar memandang lantai, seolah mencari jawaban pada lantai marmer di bawahnya itu. "..aku sedang tidak ingin bertemu dengan Jungkook-nim," lanjut Lisa.

Soora menatap Lisa sedikit heran, kemudian gadis muda itu menyadari sesuatu.

"Ah, apa Nona Lisa sedang bertengkar dengan Tuan Muda?" Soora mengangkat satu alisnya dan tersenyum menggoda Lisa.

"H-hah?" Lisa sedikit terkejut.

"Apa itu benar?" tanya Soora lagi, nada suaranya masih terdengar menggoda Lisa.

"A-aniya, eonnie, bukan seperti itu," Lisa mengibaskan tangannya di depan wajahnya dengan gugup.

"Kurasa itu memang benar," Soora semakin menjadi-jadi menggoda Lisa, membuat gadis itu semakin panik.

"Yya, eonnie! Kau mau membantuku atau tidak?!" Lisa cemberut, bibirnya mengerucut seperti bebek. Soora terkekeh melihat wajah Lalisa.

"Maafkan aku, aku tidak bisa membantumu, Nona Lisa.. Nyonya Kim memberikan tugas untuk mengurus ayam panggangnya, dan Nona tahu sendiri kalau Nyonya Kim akan membunuhku jika aku lalai,"

Lisa cemberut dan sorot matanya berubah menjadi sedih. Tentu Lisa tahu seperti apa seorang Nyonya Kim. Chef yang bekerja pada keluarga Jeon setelah ayah Lisa meninggal itu sangat tegas, teliti, dan super galak. Ia tak segan-segan memarahi secara terang-terangan para maid yang membantunya dalam urusan dapur jika mereka lalai atau membuat kesalahan sedikit saja.

Lisa sendiri pernah hampir diamuk oleh Nyonya Kim gara-gara ia tak sengaja memecahkan gelas saat tengah malam. Nyonya Kim menyadari bahwa salah satu gelasnya hilang keesokan paginya dan dia bisa langsung tahu bahwa Lisa adalah pelakunya. Lisa kadang berpikir apakah Nyonya Kim ini seorang cenayang? Bagaimana bisa menyadari bahwa salah satu gelasnya hilang jika ada ratusan gelas lain di kompartemen dapur yang luasnya hampir seluas seluruh rumah Lisa itu? Ckck, Lisa sungguh tak habis pikir.

Lisa tak tega jika Soora nanti harus dimarahi oleh Nyonya Kim gara-gara dirinya, sehingga dengan berat hati, Lisa pun melangkahkan kakinya menuju ke kamar Jungkook untuk memeriksa keadaan pemuda itu.

Lisa berdiri dengan penuh keraguan di depan pintu kamar Jungkook. Lisa sungguh tidak ingin bertemu dengan Jungkook sekarang dan jika bisa sampai beberapa waktu ke depan, namun Lisa tahu bahwa itu adalah hal yang mustahil karena ia adalah asisten Jungkook, dan Lisa tak bisa seenaknya meninggalkan pekerjaannya hanya karena masalah pribadi. Itu sangat tidak profesional, dan Lisa tidak mau jika dirinya menjadi orang yang tidak profesional.

Setelah berkutat cukup lama dalam pikirannya sendiri, Lisa memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Jungkook. Baru saja ia akan mengangkat tangannya, tiba-tiba pintu kamar Jungkook terbuka.

"Whoa!" "Yya!"

Lisa dan Jungkook sama-sama terkejut. Lisa bahkan sampai mundur beberapa langkah ke belakang, sedangkan Jungkook memegang dada dengan telapak tangannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jungkook beberapa saat setelah ia dapat menetralisir keterkejutan dalam hatinya.

"Saya hanya ingin memeriksa keadaan Anda, Jungkook-nim. Sebentar lagi Tuan Besar akan segera tiba," jawab Lisa dengan lancar meski jantungnya masih berdebar dengan sangat kencang.

Satu, karena ia terkejut ketika Jungkook membuka pintu secara tiba-tiba tadi.

Dua, pemuda di hadapannya ini tengah shirtless, alias bertelanjang dada!

Meski Lisa sudah sering melihat pemuda Jeon ini mengumbar tubuh bagian atasnya yang memiliki enam pack sempurna ini, tapi tetap saja, Lisa masih belum terbiasa. Oh Tuhan, pipi Lalisa memerah dan hawa di sekitar wajahnya jadi sedikit memanas sekarang. Sebelum Jungkook menyadarinya, Lisa buru-buru menunduk dan menyembunyikan wajahnya dengan malu.

"Aku akan mandi sekarang, katakan pada appa kalau ia sudah tiba,"

"Ne, saya akan menyampaikannya pada Tuan Besar,"

Lisa langsung berbalik dan menuruni tangga secepat mungkin. Jungkook mengernyitkan dahinya keheranan melihat Lisa yang tiba-tiba menjadi sedikit aneh. Ia mengedikkan bahunya dan menutup kembali pintu kamarnya.


💜💜💜💜💜


Lisa tengah berbaris teratur di sisi kanan ruang makan bersama dengan enam orang maid lainnya. Lisa berdiri paling ujung, dekat dengan Tuan Jeon yang sudah duduk dengan penuh wibawa di kursinya.

Tuan Jeon tiba 10 menit setelah Lisa kembali dari kamar Jungkook sore tadi, dan Tuan Besarnya itu langsung masuk ke kamarnya setelah Lisa dan para maid menyambutnya di ruang tamu.

Meski melayani keluarga Jeon pada saat makan malam bukanlah tugasnya, namun Lisa berusaha sebisa mungkin untuk memberdayakan tenaganya di rumah besar ini sebagai bentuk tahu dirinya.

Biasanya para maid itu akan berjajar dengan rapi di sisi kanan dan kiri ruang makan ketika keluarga Jeon sedang makan, entah sarapan, makan siang, ataupun makan malam. Mereka akan mengambilkan segala sesuatu yang dibutuhkan keluarga Jeon saat mereka sedang makan, seperti mengisi ulang gelas-gelas, atau mengambilkan tambahan makanan

"Kalian pergilah," ujar Tuan Jeon tiba-tiba dengan suara yang tegas dan datar pada maid-maid yang siap siaga menunggu perintahnya itu. Mereka termasuk Lisa langsung membungkuk dan membalikkan badan untuk meninggalkan ruang makan.

"Kau tetap di sini, Lisa,"

Lisa menghentikan langkahnya dan berbalik, lalu ia membungkuk sekali lagi. Tuan Jeon tak mengatakan apapun lagi, jadi Lisa hanya diam sambil memperhatikan satu per satu maid yang hilang dari pandangannya.

"Bagaimana kabar ibumu?" tanya Tuan Jeon tiba-tiba.

Lisa tersentak kaget, namun ia buru-buru menjaga ekspresi wajahnya.

"Dokter bilang, ibu menunjukkan perkembangan yang baik meskipun progressnya cukup lambat, Ssajangnim," jawab Lisa.

"Syukurlah kalau begitu, semoga ibumu segera pulih,"

"Terima kasih banyak, Ssajangnim," Lisa membungkuk dalam-dalam sebagai ucapan terima kasih dan rasa hormatnya pada Tuan Besar Jeon.

"Lalu, bagaimana dengan Jungkook? Apa dia berulah selama aku pergi?"

"Tidak, Ssajangnim. Tuan Muda sedang disibukkan dengan beberapa photoshoot dan latihan koreografi untuk album terbaru BTS yang akan comeback tahun depan, jadi Tuan Muda lebih banyak beristirahat saat waktu senggangnya,"

Tuan Jeon hanya memanggut-manggut mendengar jawaban Lisa. Tak sampai 5 detik kemudian, Jungkook masuk ke dalam ruang makan. Pemuda itu memakai baju yang cukup santai — sebuah sweatshirt Fear of God dan jogger pants berwarna khaki. Jungkook menyapa ayahnya sekilas sebelum mendudukkan bokongnya di salah satu kursi dan mengatur serbet di atas pangkuannya dengan rapi.

Lisa sangat lega ketika Jungkook datang, akhirnya ia bisa segera undur diri dari hadapan Tuan Jeon. Meski Tuan Besarnya hanya menanyakan pertanyaan yang sepele dan cenderung basa-basi, Lisa tetap saja tegang jika ia berada di sekitar Tuan Jeon.

"Kalau begitu, saya permi-,"

"Lisa, kau ikut makan malam denganku dan Jungkook," potong Tuan Jeon sebelum Lisa sempat membungkukkan badannya untuk berpamitan.

"S-saya, Tuan?"

"Ya, duduklah. Kita makan malam bersama," nada suara Tuan Jeon tegas dan tidak terbantahkan.

Mau tak mau, akhirnya Lisa mengangguk dengan sangat berat dan menunduk berjalan ke salah satu kursi. Jungkook tak melepaskan tatapannya dari Lisa sejak ia memasuki ruang makan itu, dan Jungkook bisa menilai jika saat ini Lisa gugup setengah mati. Diam-diam pemuda itu tersenyum miring.

"Dan kau Jungkook.."

Jungkook segera mengalihkan pandangannya kepada ayahnya ketika ia mendengar namanya disebut.

"..kalau lain kali kau masih tetap tidak bisa menjadi seorang yang disiplin waktu, appa akan menyuruh CEO Bang untuk memutus kontrakmu,"

"Ne, appa. Maafkan aku.."

Lisa tersenyum kecil sambil menunduk, Jungkook yang kekanakan, seenaknya sendiri, dan selalu mendapatkan apa yang ia mau, langsung patuh dan tunduk begitu saja pada ayahnya. Wajar saja, Jungkook melalui pertentangan sengit dengan ayahnya ketika ia memutuskan menjadi seorang idol dulu, setelah sekian lama ayahnya akhirnya menyetujui keputusannya meski dengan berat hati, sehingga Jungkook membalas kebaikan hati Tuan Jeon dengan bersikap menjadi seorang anak yang patuh dan penurut saat berada di rumah.


💜💜💜💜💜


Makan malam berlangsung dengan sangat hening. Atmosfernya begitu dingin dan menegangkan, membuat Lisa melakukan setiap gerakan dengan sangat pelan dan hati-hati, ia bahkan sampai menahan nafasnya ketika garpu dan pisau makannya bergerak di atas piring.

Lisa sesekali melirik ke arah Jungkook yang duduk di seberangnya. Pemuda itu menunduk dan makan dengan khitmad, gerakan memotong dagingnya bahkan begitu tenang dan elegan, table manner-nya sangat mencerminkan bahwa pemuda itu berasal dari kalangan ningrat yang sangat jauh di atas Lisa. Seperti lapisan langit ketujuh dan lapisan bumi terdalam. Lisa meminum air putih di gelasnya dengan perlahan karen pikiran tidak jelasnya itu.

"Apa kau masih berkencan dengan gadis Jung itu, Jungkook?" suara Tuan Jeon yang tiba-tiba terdengar mengejutkan Jungkook dan Lisa. Lisa melirik Jungkook sekilas sebelum kembali berpura-pura sibuk dengan piringnya.

"Ne, appa. Aku masih berkencan dengan Eunha," jawab Jungkook.

"Hm.." Tuan Jeon hanya menggumam untuk merespon jawaban Jungkook.

"Apa kau mengetahui seperti apa latar belakangnya?"

Jungkook mengalihkan pandangan pada ayahnya dan sedikit tersenyum miring. "Appa, sejak kapan appa peduli tentang gadis yang kukencani?"

Lisa menelan makanan yang dikunyahnya dengan sedikit kesulitan sambil melirik Jungkook dan Tuan Jeon bergantian, ia cemas kalau-kalau Tuan Jeon mengamuk mendengar jawaban Jungkook yang kurang sopan itu.

Namun ternyata, respon Tuan Jeon tidak sesuai dugaan Lisa. Pria paruh baya yang masih terlihat tampan di usianya yang sudah hampir kepala enam itu hanya tersenyum tipis, lalu menyesap air minumnya dengan tenang.

"Jeon Jungkook.." Tuan Jeon berucap dengan sangat tenang. Tapi entah kenapa Lisa malah bergidik ngeri mendengar nada suaranya.

"..sebagai pewaris Jeon Corporation suatu saat nanti, kau harus tahu tentang satu hal dasar dalam bisnis ini.." Jungkook mendorong lidahnya pada bagian dalam pipinya sambil memainkan sendoknya dengan malas, namun Lisa tahu sebenarnya Jungkook serius mendengarkan ucapan ayahnya.

Meskipun Jungkook terlihat tidak menyetujui tentang 'menjadi pewaris Jeon Corporation suatu saat nanti', Jungkook tidak sepenuhnya mengabaikan gagasan tentang itu. Diam-diam ia mempelajari tentang Jeon Corporation, dan sedikit banyak membaca buku-buku tentang bisnis di saat waktu luangnya. Jungkook tahu bahwa tak selamanya ia akan berdiri di panggung dan memiliki penggemar seloyal ARMY, dan ketika saat itu tiba, Jungkook akan menuruti ayahnya — meneruskan takhta bisnis yang sudah susah payah dibangun dan diwariskan secara turun temurun di keluarga Jeon.

"Kau harus bisa membaca situasi, dan mengetahui dengan baik seperti apa orang-orang yang ada di sekitarmu. Bukan hanya latar belakang mereka, namun juga motivasi apa yang mereka miliki sehingga mereka berada di sekelilingmu.."

Lisa minum dengan gugup. Pembicaraan Tuan Jeon kepada Jungkook mulai memasuki ranah pribadi — tentang masa depan pemuda itu dan Jeon Corporation — dan Lisa merasa dirinya sangat lancang jika ia terus berada di sini.

Tuan Jeon menyadari kegugupan Lisa, dan ia pun mempersilahkan Lisa meninggalkan ruang makan, lagipula gadis itu sudah selesai makan sejak tadi.

"Kau bisa keluar lebih dahulu jika sudah selesai, Nona Park,"

"Baik, Ssajangnim,"

Lisa membungkuk dan berterima kasih atas makan malamnya, dan segera keluar dari ruang makan itu sambil bernafas lega.

Jungkook mengamati kepergian Lisa hingga gadis bertubuh kurus itu tak terlihat lagi dalam pandangan matanya.

Tuan Jeon mengamati tingkah Jungkook. Meskipun terkesan dingin, Tuan Jeon adalah orang yang sangat cermat dan peduli tentang hal-hal kecil di sekelilingnya, terutama pada keluarganya. Melihat tatapan Jungkook pada Lisa, membuat sebuah senyum kecil terbentuk di wajahnya yang sedikit berkerut — namun tidak mengurangi kadar ketampanan pria yang namanya menjadi nomor satu dalam Daftar 20 Pebisnis Kaya dan Tampan di South Korea versi majalah TIME itu.

"Hmm.. menarik," gumam Tuan Jeon.


💜💜💜💜💜

Hai, apa kabar semuanya?

Semoga kalian selalu sehat dan bahagia, meski kondisi saat ini benar-benar lagi kacau. Semoga COVID-19 segera enyah dari setiap inchi muka bumi kita ini, Amiin~

Author mohon maaf yang sebesar-besarnya karena lama update, kantor Author sedang sibuk banget, dan Author bekerja di Instansi yang tidak akan pernah libur atau work from home kecuali kiamat tiba :") Author juga minta maaf kalau updatenya nggak panjang atau kurang memuaskan, karena Author mengetik semuanya dari handphone :( Laptop ada di kantor, dan Author terlalu males buat bawa pulang setiap hari karena berat.

Cerita masa lalu Lisa dan Jungkook akan dibuka perlahan-lahan ke depannya, jadi Author harap kalian sabar menunggu. Tinggalkan vite dan komentarnya ya! Author suka banget baca-baca komentar kalian, dan kadang balesin satu-satu, ehee. Terima kasih banyak yeorobun!

- Brilliant Manoban

Continue Reading

You'll Also Like

510K 5.5K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
1.4M 81.7K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
109K 7.1K 17
Proses Revisi Kim Jennie terpaksa berpisah dengan sahabatnya yaitu Kim Taehyung dan pergi ke luar negeri atas pekerjaan ayahnya. "Hati manusia selalu...
35.5K 4.1K 35
[JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT OKE!]] "Aku pikir hubungan ini akan bertahan lama. Tapi ternyata tidak"-Kim Taehyung "Satu-satunya orang yang menghancu...