I'm Fine (END)

By trynn14

57.4K 2.3K 97

Shakira Azna Mutiara gadis ceroboh, heboh, cerewet, lebay, ceria, ralat, ceria hanya untuk menutupi kesedihan... More

☆prolog☆
bab 1
bab 2
bab 3
Bab 4
Bab 5
bab 6
Bab 7
Bab 8
bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
bab 15
Bab 16
Cast Cewek
Bab 17
Bab 18
Cast Cowok
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30. Epilog
Info!!!
Extra Part|Anaz
Extra Part|Kirana
Sequel
I'm Fine 2 Publish!

Bab 23

1.1K 58 0
By trynn14

Izinkan aku masuk kedalam kehidupanmu,
Biarkan aku mengetahui segalanya tentangmu.
Salahkah aku jika mencampuri hidupmu?

♡Anaz♡

*****

"Maaf cari siapa? Sudah ada janji dengan Nyonya sama Tuan?" tanya tukang kebun.

Azna memakluminya, mungkin wajar saja ia tidak tahu bahwa yang ada di depan ia sekarang adalah putri satu-satunya keluarga ini.

"Akh, saya cari Bunda Kirana, hmm belum sih." Azna meringis.

"Nyonya lagi pergi. Maaf, kalau boleh tahu Non ini siapa ya?" tanya mang kebun, kepo.

"Saya anaknya keluarga ini," jawab Azna sambil menunjuk rumah mewah di depannya.

"Non bencanda ya? Setahu saya Nyonya nggak punya anak," ungkap mang kebun.

Azna membulatkan matanya sempurna. "Ma-maksudnya gimana? Kok nggak punya anak?"

"Jadi gini Non, waktu saya pertama kerja di sini Tuan jelasin rumah ini juga penghuninya, terus pas saya tanya 'udah punya anak atau belum' beliau jawab 'nggak punya anak'."

Penjelasan mang kebun membuat Azna tertegun, bagaimana tidak. Orang tuanya mungkin sekarang sudah mencoreng namanya dari kartu keluarga.

Azna menjatuhkan bunga di tangannya, ia menatap mang kebun dengan perasaan kalut.

Pandangannya merabun, mana kala cairan di mata akan jatuh dalam hitungan detik.

Setetes bening jatuh dari mata Azna, menuju pipi tirus gadis tersebut. Ia kemudian memalingkan wajah, tangannya menghapus air mata yang terus berjatuhan.

Azna menatap mang kebun dengan senyuman yang sudah jelas di paksakan.

"Ya-ya sudah. Kalau begitu saya pamit Mang, oh ya, tolong kasih bunga ini nanti sama Nyonya Kirana," kata. Azna seraya mengambil satu buket bunga yang ia jatuhkan tadi di lantai.

Azna berlari meninggalkan pekarangan rumah, menutup gerbang yang menjulang tinggi. Azna terisak di balik pintu, meratapi nasibnya yang kian bertambah buruk.

Azna berjalan terseok-seok, meninggalkan rumah yang pertama kali ia tinggali dulu.

Kakinya terus melangkah tanpa henti, Azna sendiri tidak tahu kemana ia akan pergi, yang jelas pergi jauh dan tak akan menampakkan diri di rumah gedong ini.

*******

Kaki Azna melangkah, membawa dirinya menyusuri taman yang baru saja ia kunjungi hari ini, detik ini pula.

Mata Azna menatap kedepan, pandangannya tak tertuju pada jalan. Ia menghela nafas untuk kesekian kali. Memikirkan pengakuan dari salah satu pegawai di rumah Bunda tersebut.

Beruntung, ucapan itu ia dengar dari pegawai, bukan langsung dari kedua orang tuanya. Jika dari orang tua, mungkin sekarang Azna sudah memilih bunuh diri.

Lelah berjalan dengan arah tak menentu, akhirnya Azna memilih duduk di kursi panjang di samping taman, menikmati orang berlalu lalang dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Sendirian aja?"

Suara bariton terdengar, kursi kayu yang Azna duduki berbunyi, menandakan ada orang yang duduk di sampingnya.

Azna menoleh, menatap orang yang duduk di sebelahnya, wajahnya masih menampakkan kesedihan. Matanya merah, berair.

"Kenapa?" tanya pria.

Orang yang duduk di samping Azna adalah seorang pria, dia pria yang Azna kenal. Pria yang akhir-akhir ini sering mengisi kehidupannya, dan juga hatinya.

Anaz menaikkan satu alis, menatap Azna dari atas hingga bawah, tatapannya jatuh pada wajah Azna yang menampakkan kesedihan.

Anaz sadar, tidak seharusnya menatap Azna seperti itu. Anaz langsung mengalihkan pandangan.

"Ha-habis nangis ya?" tanya Anaz, entah kenapa ia menjadi gugup setelah menatap Azna.

"Kenapa ... kenapa harus lo yang selalu ada di saat gue sedih?" tanya Azna balik.

Anaz mengedikkan bahu. "Memang gue ditakdirin buat bikin lo selalu tersenyum, mungkin."

Azna memanyunkan bibir, kesal dengan jawaban Anaz yang menurutnya tak masuk akal.

"Cerita dong sama gue," tukas Anaz.

Azna menghela nafas, ia kemudian menghirup oksigen cukup banyak, seraya menutupkan mata Azna menghembuskan nafas lewat mulut.

"Gue ada masalah keluarga. Rumit, gue, gue bingung mau cerita dari mana," ujar Azna parau.

Azna kembali mengeluarkan air mata setelah mengungkapkan satu masalah terbesar dalam kehidupannya.

Sungguh berat menyatakan kalimat tersebut, menyatakan kalimat tersebut itu sama saja mengungkit masa lalu Azna yang kelam.

"Kalo emang nggak mau cerita, nggak perlu lo cerita semua masalah lo ke gue. Gue cukup tahu, lewat tangisan lo ini, gue tahu, lo nggak mau ngungkit masalah ini," kata Anaz lantang.

Azna menghapus air mata, ia tidak ingin terlihat cengeng di depan seorang pria, terlebih Anaz.

"Gue paling nggak tega liat cewek nangis, tapi gue juga nggak akan mungkin kaya cowok-cowok di luaran sana. Yah, yang bakal meluk sambil ngusapin kepala lo, itu bukan gue banget," tukas Anaz.

"Gue cuma bisa ngasih ini." Anaz memberi baju kemeja yang ia pakai pada Azna. Beruntung hari ini Anaz pakai baju kaos dibalut kemeja.

"Buat apa?" tanya Azna parau, hidungnya bahkan sudah mengeluarkan cairan kental.

"Buat ngusapin muka lo yang udah kaya anak kucing baru lahir," sahut Anaz tanpa beban.

"Ish, nggak mau. Jahat banget, masa aku di samain kaya kucing sih," ceplos Azna.

Ia memalingkan muka, menolak mentah-mentah kemeja Anaz.

"Nggak gitu Azna, kucing yang baru lahir itukan imut, nah lo itu imut." Hibur Anaz.

"Gue juga nggak mungkin bawa lo kerumah dengan keadaan yang kaya gini, ntar Ummi kira aku yang ngapa-ngapain kamu. Jadinya berabe."  Sambungnya.

Azna yang merasa tertarik dengan kalimat yang di ucapkan Anaz langsung menoleh. "Ngapain ke rumah lo?"

"Ummi sama Fira kangen sama lo," sahut Anaz.

Azna mengambil kemeja yang masih ada di pangkuan Anaz, ia kemudian mengusap kemeja itu dengan kasar pada wajahnya, tak lupa mengeluarkan cairan kental di kemeja Anaz.

"Maaf, kirain udah nggak di pake," ucap Azna tanpa dosa. Anaz menatap kemejanya dengan wajah kasihan.

Kemeja Anaz yang tadinya kering kini jadi basah di beberapa tempat. Anaz menatap Azna. 'Nih bocah emang nggak punya malu, fiks.'

"Nggak papa," jawab Anaz.

"Ayo buruan pulang ke rumah gue," ucap Anaz, ia kemudian berdiri memimpin jalan menuju mobil yang di parkirkan di bahu jalan.

******

"Make up gue pasti lunturkan?"

Pertanyaan sekaligus pernyataan barusan ada tepat setelah kedua remaja tersebut ada di dalam mobil.

Anaz mengangkat bahu acuh, mana ia tahu soal make up yang luntur atau tidak, sedangkan ia sekarang sedang fokus pada jalan.

Azna mengeluarkan peralatan make up di tas selempang yang ia bawa, membetulkan setiap make up yang luntur akibat tangisannya.

Tanpa rasa malu sedikitpun, gadis itu mendandani wajah di samping pria yang ia sebut sebagai calon suami.

Anaz menatap Azna, tepat saat mobil berhenti karena lampu merah.

"Apa?" tanya Azna yang masih sibuk menghiasi wajah.

Anaz menggeleng, menjawab pertanyaan Azna barusan.

'Dia, memang gadis yang nggak punya malu, tapi kenapa gue malah suka sama dia? Aneh'

Anaz membatin, memikirkan isi hatinya, hingga tepukan tangan di depan wajah membuyarkan lamunannya yang ia tidak ketahui karena apa ia melamun.

"Udah lampu hijau," ujar Azna kala Anaz melirik Azna.

Mobil kembali melaju, membelah jalanan yang lumayan padat.

Azna mengambil satu kamera yang di letakkan di dashboard mobil, ia menatap cukup lama kamera di genggamannya.

"Punya gue," tutur Anaz.

"Suka banget ya, foto? Sampe kayaknya ini kamera nempel mulu sama lo," ucap Azna.

"Ya, gimana. Gue sama kamera udah kaya air sama ikan, nyatu," jawab Anaz gamblang.

Kemudian, hening kembali melanda mobil yang sedang mereka tumpangi, hanya ada suara bising kendaraan dari padatnya jalanan ibu kota.

******

Hay, ini udah diupdate lagi.

sorry banget pasti nunggu lamakan? Iya, aku tahu itu kok.

Semoga aja ngefeel sama part sebelumnya, wkwkwk. Part berikutnya, part Anaz.

Hargai kehaluan author :v

Votmen, XDXD.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 127K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.1K 155 42
"Sekumpulan cueu-cueu Cantik, Holkay,Jomblo,Dingin,&Datar". Kuy!! Langsung!! Cek!! ~~~~ "Uang memang tidak bisa membeli kebahagian?! Tapi uang bisa m...
4.1K 409 53
'Mengenal tanpa dasar berkenalan?' Mungkin itu yang terjadi pada seorang Kayla Katrina dan Bryan Mahendra. Walau pada dasarnya wajah pria bernama Bry...
3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...