I'm Fine (END)

By trynn14

57.4K 2.3K 97

Shakira Azna Mutiara gadis ceroboh, heboh, cerewet, lebay, ceria, ralat, ceria hanya untuk menutupi kesedihan... More

☆prolog☆
bab 1
bab 2
bab 3
Bab 4
Bab 5
bab 6
Bab 7
Bab 8
bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
bab 15
Bab 16
Cast Cewek
Bab 17
Bab 18
Cast Cowok
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30. Epilog
Info!!!
Extra Part|Anaz
Extra Part|Kirana
Sequel
I'm Fine 2 Publish!

Bab 22

1.1K 51 1
By trynn14

Setelah memiliki kebahagiaan, kenapa engkau tiba-tiba datang membawa kesedihan.

******

Kemarin adalah hari yang menyenangkan bagi Azna. Ia senang, merasakan kasih sayang seorang Ibu, walau dari orang lain, bukan dari Ibu kandungnya sendiri.

Azna duduk di sofa ruang televisi, ia sesekali tertawa menyaksikan film kartun di hadapannya, di atas pangkuan sudah ada satu camilan siap disantap.

Bel pintu berbunyi, pertanda ada tamu. Dengan malas Azna meninggalkan acara kartun untuk membuka pintu.

"Ya ... cari si-" ucap Azna terjeda.

Ia tercekat, melihat orang yang berdiri di balik pintu rumah.

Bunda, beliau datang menemui Azna.

Azna tersenyum, canggung.

"Bun, cari siapa?" tanya Azna. Ia tahu sopan santun, semarah, sekecewa apapun dirinya kepada Ibunya, tetap harus sopan.

"Cari kamu dong sayang, kamu kan anak Bunda," jawab Bunda cepat.

Anak ya? Anak yang tidak pernah diurus, di sayang.

"Bunda kangen kamu, udah lama kamu nggak pulang. Tahunya udah beli rumah," kata Bunda, basa-basi.

Andaikan ia bukan Ibu kandung dari Azna, mungkin sudah ia usir sedari tadi. Tak peduli nantinya tatapan tetangga kepada Azna.

"Aku ... aku belajar mandiri," jawab Azna gugup.

"Iya, Bunda nggak larang kok. Asal sering-sering weekend main ke rumah Bunda sama Ayah," sahut Bunda Azna.

"Hmm, iya kalo nggak sibuk, nanti Azna usahain buat mampir," ungkap Azna.

"Gimana nilai ulangan kemarin? Kemarin kamu ulangan tengah semester bukan?" tanya Bunda, selalu saja nilai yang paling penting.

"Hmm, seperti biasa Bun, masih sama kaya tahun-tahun sebelumnya," jawab Azna.

"Bagus dong. Oh ya, Bunda bawa buku materi kelas 12, bisa kamu pelajari, biar nanti kalo udah naik kelas kamu sudah paham," kata Bunda, matanya tersirat kebanggaan.

"Ah, makasih Bun," kata Azna kemudian menerima buku dari Bunda.

Hadiahnya, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebuah buku.

"Kalo gitu Bunda pulang dulu, jangan lupa belajar biar dapat nilai bagus," kata Kirana, ia melangkah pergi menuju mobil setelah mengelus anaknya.

Kalau boleh jujur, memang selama ini Bunda Azna sangat terobsesi dengan nilai tinggi Azna. Di saat Azna mendapat nilai tinggi, ia akan memperoleh uang jajan lebih banyak, 2 kali lipat, bahkan 3 kali lipat, atau berupa hadiah kecil, seperti yang Azna dapatkan sekarang.

Saat Azna mendapat nilai terbaik, pasti ia akan berkata. "Anak Bunda emang paling pintar, belajar terus yang rajin biar nilainya makin bagus. Jangan lupa pokoknya belajar."

Hey Bunda, anakmu ini butuh kasih sayang. Bukan hanya pujian dikala mendapatkan prestasi. Walaupun Azna merasa senang karena Bundanya mengapresiasi nilai di setiap mata pelajaran. Namun, tidakkan ia mengapresiasi Azna dalam bentuk pelukan sayang, atau kecupan manis di dahi. Lalu Bunda membisikinya dengan kata 'anak Bunda pintar, Bunda sayang, bangga sama kamu'.

Memang inilah hidupnya Azna, mau berusaha untuk mengubahnya, kalaupun orang yang terlibat tidak mau sama saja tidak akan bisa. (Kecuali author, satu-satunya orang yang bisa bikin hidup Azna kek gimanapun, mau dia suka sama Anaz, mau dia nantinya bahagia.)

Belum pernah Azna merasakan pelukan dari seorang Ibu kandung, ralat memang sudah pernah. Namun, terakhir merasakan saat usianya menginjak 7 tahun.

Semenjak Ibu kandung Azna memutuskan untuk bekerja, Azna jadi kekurangan kasih sayang. Saat bangun tidur, disambut oleh sang pembantu, bukan Bunda. Saat pulang sekolah di sambut oleh pembantu, bukan keluarga. Saat makan, dimeja besar dengan 7 kursi di samping meja, tapi hanya Azna seorang yang duduk disana. Tak ada yang lain.

Saat Azna tidur, tak ada yang mengecup manis pelipisnya. Hanya ada kecupan Azna untuk foto yang terpajang dimeja samping tempat ia tidur, foto keluarga.

Azna masuk kedalam kamar, dengan lamunan di setiap langkah, ia sudah meninggalkan snack juga segelas susu di atas meja ruang televisi, keadaan televisi juga masih menayangkan film kartun.

Azna menenggelamkan wajahnya pada bantal, menangis tersedu-sedu. Membanjiri bantal dengan air mata, melampiaskan rasa pada hatinya kepada bantal.

Azna iri pada Syakila yang selalu di manja, Azna iri pada Anaz yang di perhatikan, Azna iri pada Azura yang selalu diantar jemput saat sekolah, Azna iri pada Zaki, anak satu-satunya yang di sayang.

Azna juga bersyukur, masih memiliki orang tua, walau mereka itu adalah orang tua angkat.

*******

Senin, telah tiba. Azna sedang bergelut dengan pikirannya sendiri, dibawah selimut ia berguling kesana kemari, rambutnya sudah awut-awutan akibat tidurnya yang sama sekali tidak layak di katakan tidur cantik.

Azna menatap jengah lampu kamar yang menggangtung di atas, sudah mati. Jam sudah menunjukkan pukul 8, tapi Azna tidak pernah beranjak dari kasur empuk nan nyaman miliknya.

Ayolah, ini masih dalam hari libur panjang sekolah setelah melangsungkan ulangan.

Bosan, liburan seperti ini pasti masing-masing teman Azna sedang asyik berkumpul dengan keluarga, bercanda gurau, berlibur.

Berbeda dengan Azna yang hanya bolak-balik diatas kasur.

"Huh, mending pergi cari udara segar," gumam Azna.

Ia bangkit mengambil handuk, kemudian berjalan menuju kamar mandi, menyiram tubuhnya dengan air dingin, supaya segar.

Cukup 20 menit saja Azna mandi juga memakai pakaian. Kini ia duduk di depan cermin, memasang kain yang akan melilit kepalanya yang botak.

Ya, seperti yang Azna katakan pada Syakila waktu itu, ia kemungkinan akan memotong rambut hingga botak. Sekarang, terbukti.

Azna melilit kain dikepala sedemikian rupa, kain itu tampak cantik dan indah dikepalanya. Cocok sekali dengan wajahnya yang berbentuk oval.

"Mungkin, sekalian kali gue mampir ke rumah Bunda," ujar Azna pada diri sendiri.

Ia melangkah ke arah lemari, tempat berbagai tas yang biasa ia pakai. Mulai dari tas sekolah hingga tas bepergian.

Azna menatap kembali dirinya dipantulan cermin.

"Perfect," gumam Azna.

Ia melangkah pergi keluar kamar, lalu segera tancap gas menuju rumah mewah milik orang tuanya.

********

Sesampainya Azna di depan rumah sang Bunda, ia mendapati seorang pria paruh baya sedang menyirami tanaman, mungkin ia si pengurus kebun.

"Assalamualaikum." Azna membuka pintu depan, memperlihatkan isi rumah yang begitu megah.

Azna tidak lupa membawa bunga tulip kesukaan sang Bunda, wanginya harum, dan menenangkan. Begitulah pendapat Bunda mengenai bunga yang sekarang Azna bawa ditangan kirinya.

Aksinya di hentikan oleh pria paruh baya.

"Maaf cari siapa? Sudah ada janji dengan Nyonya sama Tuan?" tanya tukang kebun.

Azna memakluminya, mungkin wajar saja ia tidak tahu bahwa yang ada di depan ia sekarang adalah putri satu-satunya keluarga ini.

"Akh, saya cari Bunda Kirana, hmm belum sih." Azna meringis.

******

hello hello hay! BTW maaf ya baru next, soalnya emang lagi nggak mood aja next cerita, bukan cuma itu aja sih, next cerita juga butuh kuota, ya nggak sih. Wkwkwk.

Aku tetep semangat kalo banyak yang suka. Well, aku juga ucapin makasih banyak buat kalian yang pantengin cerita ini terus.

Pokoknya makasih pake banget sama muchi, wkwkwk. Muchi itu panggilan sayang auto buat kalian.

Muchi, nggak tahu apa artinya, suka aja gitu nyebutnya.

Pastinya aku tahu, kalian para muchi itu kebanyakan cewek, atau malah emang cewek  semua.

Salam sayang muchi-ku, wkwkwk.

Hargai kehaluan author👌💙

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
882K 65.9K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 323K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...