(TAMAT) The Prince and The Ra...

Oleh Block_writer

70.3K 8.9K 1.4K

Demi menyelamatkan nyawa Shijienya, Wei Wuxian nekat mencuri kelinci berbulu perak milik kerajaan Lan yang me... Lebih Banyak

01. Negeri para Tabib
02. Takdir dan kutukan
03. Pemuda dan kelinci
04.Tubuh Kelinci
06. Kedatangan Jiang Wanyin
07. Sebuah lamaran.
08. Tragedi di hari pertunangan.
09. End

05. Malam yang dingin

6.9K 945 65
Oleh Block_writer

The King And The Rabbit
Chapter.05
31.03.20
Reup 05.12.21

🐇🐇🐇





Hujan masih turun saat Wei Wuxian selesai menidurkan ketiga bayi kelincinya.

Seharian Gusu diguyur hujan hingga rasanya temperatur udara turun dengan cepat. Wuxian merapatkan selimut untuk ketiga bayinya dan merapatkan mantel tebal yang beberapa hari lalu Wangji belikan. Mantel Itu berwarna salem dengan pinggiran hitam yang cantik, meski begitu sesungguhnya ia merasa kalau warna itu lebih cocok untuk perempuan.

Teh hangat yang ia buat masih mengepul di meja, Lan Wangji biasanya akan pulang bagaimanapun keadaannya, tapi karena ponsel yang diberikan Wangji hanya berisi game, maka ia tak bis menghubungi lelaki itu.

Wuxian menatap ke depan kamar dari jendela, "Apa dia akan pulang?"

Suara langkah kaki mengagetkannya, Wuxian segera berjalan ke depan Kamar dan melihat Wangji yang berada di depan pintu, basah kuyup.

"Kenapa kau basah kuyup?! Di mana payungmu?!" Wuxian segera mengambil handuk saat Wangji melepas sepatunya.

"Rusak," jawab Wangji menunjuk sebuah payung yang ia taruh di pojok pintu masuk dengan tatapannya.

"Ya ampun!! Kau benar-benar seperti anak kecil, keluargamu kaya, kenapa nggak sedia payung lebih dari satu?!!" Wuxian menaruh handuk ke kepala Wangji dan mengusap kepala lelaki itu.

"Sekarang mandilah dulu, akan aku bantu kau mengeringkan rambutmu nanti."

Wangji mengangguk dan beranjak ke kamar mandi, Wuxian menyiapkan baju untuk Lan Wangji dan menuang teh hangat di meja. Wuxian menuang arak untuk dirinya sendiri sembari bermain game, tak lama Wangji keluar dari kamar mandi, lelaki itu menerima baju dari Wuxian dan pergi ke tirai ganti. Sesekali netra keemasannya menatap Wuxian yang asyik bermain game sembari menegak arak.

"Dari mana kau dapat itu?" Wangji keluar dan menatap Arak di aras meja.

"Oh, aku memintanya dari Kak Xichen, sekarang duduklah, aku akan membantumu mengeringkan rambut." Wuxian mendudukkan Wangji ke kursi dan menyerahkan teh ke depan lelaki itu, "Kak Xichen bilang kau tidak bisa minum arak, jadi minum teh saja, ok?!" Wuxian mengambil hair dryer dan mulai mengeringkan rambut panjang lelaki itu.

"Kau ... akrab dengan Xiong Zhang?" lirih mengesap tehnya perlahan.

"Hm? Tentu saja, kak Xichen itu seperti Shijie bagiku."

"Shijie? Maksudmu wanita yang kau berikan kelinci perak sebagai obat?"

"Ng, Shijie sangat baik padaku dan aku sangat menyayanginya."

"Sekalipun itu membuat nyawamu terancam?" Lan Wangji menggenggam cangkirnya erat.

Wuxian diam sejenak dan meneruskan pekerjaannya, "Ya, sekalipun nyawaku taruhannya. Bagiku, kebahagiaan Shijie adalah yang utama."

Lan Wangji diam. "Jadi Xiong Zhang sama seperti Shijiemu? Kau mencintai Xiong Zhang sampai rela mati untuknya? Itulah kenapa kau selalu merayu kakakku?"

Wuxian diam sejenak, "Apa?! Kamu ngomong apa sih Lan Zhan?!"

Lan Wangji diam, wajahnya tampak kesal, ia mengambil cawan arak milik Wuxian yang masih penuh  dan menegaknya dalam sekali minum.

"Hey!! Apa yang kau lakukan?!! Kau 'kan tidak kuat minum!!"

Wuxian menatap Wangji yang kini menatapnya dalam diam. "Ya, Lan Zhan ... kenapa kau marah?"

"...."

"Kau tidak apa-apa kan, astaga!!" Wuxian kaget saat kepala Wangji menghantam meja hingga cangkir teh lelaki itu tumpah.

"Astaga hey!!" Wuxian segera mengambil lap dan membersihkan tumpahan air teh yang sedikit mengenai kepala Wangji.

"Lan Zhan, bangunlah ...." Wuxian mengguncang bahu lelaki itu, tapi ia kembali terkejut sat Wangji jatuh dari kursinya dan menghantam lantai.

"Astaga!!" Wuxian segera mencabut kabel hair dryer dan menghampiri lelaki itu, "Lan Zhan!! Oe, Lan Zhan!! Ya ampun ...." Wuxian menepuk kepalanya sendiri.

Degan terpaksa ia mengangkat Wangji ke punggungnya dan menaruh lelaki itu ke tempat tidur. "Sialan, kau sangat berat!!" Wuxian terengah saat Lan Wangji berhasil ia lemparkan ke ranjangnya sendiri.

Ia menyelimuti Lan Wangji yang telah kehilangan kesadaran sepenuhnya saat bayi kelincinya merengek, Wuxian segera membuatkan susu botol untuk ketiganya, karena sejak kemarin bayi-bayi kelinci ini telah mau beralih ke susu botol.

Wuxian masih menunggui ketiganya yang kembali terlelap saat ia merasakan sesuatu yang panas di tubuhnya. Dan jika saja Wuxian bukanlah seorang pelupa, maka pasti ia akan ingat penjelasan Lan Xichen sebelumnya, bahwasanya saat ini ia tengah mengalami siklus heat yang selalu dialami kelinci perak saat memasuki musim kawin.

Mengabaikan keadaan tubuhnya, Wuxian turun dari ranjangnya dengan pelan agar bayi-bayinya tidak bangun, karna ia berniat memeriksa suara yang berasal dari ranjang Wangji.

"Lan Zhan? Kau bangun?" Wuxian mendekati Wangji yang menatapnya sayu, "Apa yang salah dengannya? Tatapannya aneh." Batin Wuxian mendekati Wangji.

"Kau mau minum?" Wuxian menatap Wangji yang mengangguk dengan wajah cemberut.

"Astaga, kenapa sikapnya seperti A Yuan?!" Gumam Wuxian mengambil segelas air putih untuk Wangji, ia menjerit kaget saat kemudian Wangji memeluknya dari belakang.

"Lan Zhan, apa yang kau lakukan?!" Wuxian menoleh dan mendapati dagu Wangji menancap di pundaknya. "Mi-num," kata lelaki itu manja.

"Aiya, dia mabuk rupanya," gumam Wuxian berbalik dan menatap wajah lelaki itu yang merah, "Kau ini!! Sudah tahu tidak bisa minum, nekat menenggak arak, dasar nakal!!" bentak Wuxian yang membuat wajah Wangji seolah akan menangis, dan itu membuatnya tergelak.

"Ini sangat lucu, aku akan menikmati menggoda lelaki ini."

"Sekarang minumlah dan tidur lagi!!" Wuxian menyerahkan gelas di tangannya, namun Wangji menggeleng. "Kau dulu ... hic."

Wuxian diam dan meminum air di tangannya, "Sudah, sekarang kau."

"Kenapa kau tak menyuapiku?"

"Astaga, apa yang sebenarnya kau mau?! Aku mengantuk dan ingin tidur."

Lan Wangji menggandeng tangan Wuxian, "Tidur denganku."

"Tidak bisa, aku harus menjaga anak-anak."

Wangji cemberut, Wuxian tersenyum demi melihat wajah menggemaskan lelaki itu. "Baiklah, aku akan tidur denganmu, sekarang minumlah dulu, ok?"

"Janji?"

"Iya aku janji."

Lan Wangji mengambil gelas di tangan Wuxian dan meminumnya. Wuxian mengambil gelas Wangji setelah lelaki itu selesai minum, ia baru saja mengembalikan gelas ke meja saat kemudian Wangji menarik rambutnya hingga Wuxian menengadah dan menciumnya.

Manik Wuxian berkilat, rasa panas di tubuhnya tiba-tiba terasa berlipat lipat, ia tanpa sadar mengikuti gerakan Wangji yang memutar tubuhnya hingga mereka berhadapan. Wangji kembali mengecup ringan bibir Wuxian, berkali-kali.

Wangji menghentikan kecupannya saat Wuxian mendorong dadanya ke belakang hingga pelukannya pada pinggang pemuda itu terlepas, keduanya saling menatap dengan Wuxian yang terengah. Lan Wangji kembali maju ke depan Wuxian yang kini menatapnya lekat, manik keduanya beradu saat Wangji mengusap lembut pipi Wuxian lalu menuju ke bibir pemuda itu.

"Tidak!! Ini gila, aku pasti sudah gila. Siapa yang sebenarnya mabuk diantara kami?!!" gumam Wuxian menunduk kesal.

Lan Wangji kembali mengangkat dagu Wuxian dan perlahan mengusap bibirnya, Wuxian bisa menatap dengan jelas bagaimana bibir Wangji terbuka seolah menginginkan kembali melumat bibirnya. Jarak keduanya semakin dekat namun Wangji masih tak mempertemukan kedua bibir mereka.

"Masa bodoh!!" Jerit Wuxian dalam hati, ia menarik kepala Wangji lalu mengecup bibir lelaki itu, seolah mendapat jawaban persetujuan atas hasrat yang dipendamnya selama ini, Wangji bergerak liar, lidahnya membelit lidah Wuxian hingga pemuda itu mendesah dan lemas.

Dengan ringan Wangji menaruh kedua kaki pemuda itu di pianggangnya dan mengangkat Wuxian ke ranjang.

Aksi pertarungan lidah yang begitu hebat milik Wangji membuat Wuxian menyerah, ia bahkan membantu Wangji melepaskan pakaian mereka.

Pergulatan keduanya berlangsung panas,

Lan Wangji mencium Wuxian, membelit lidah pemuda itu agar penyatuan keduanya tak berisik dan mengagangu tidur bayi-bayi kelinci di ranjang sebelah yang hanya terpisah oleh horden tipis.

Keduanya bergumul hingga kemudian Lan Wangji menyemburkan cairan kepuasan miliknya di dalam Wuxian.

Keduanya terengah. Wangji melepas miliknya dan berbaring di samping Wuxian. Seluruh tubuh pemuda itu masih bergetar hebat karena sensasi kenikmatan yang tak pernah ia bayangkan akan ia dapatkan dari seorang lelaki dan bukannya perempuan. Bagaimanapun Wuxian merasa bahwa dirinya lurus, lalu kenapa ia begitu menikmati ditusuk dati belakang oleh lelaki berwajah datar ini?!!

Ah, Wuxian lelah, ia berniat memejamkan matanya saat Wangji menyelimutinya. Samar ia melihat lelaki itu berjalan ke dapur dengan postur tegak, membuat susu dan pergi ke ranjang di mana bayi-bayi kelincinya tertidur yang hanya disekat dengan tirai dari  ranjang Wangji di mana ia tidur saat ini. Wuxian menutup rapat netranya dan bergumam dalam hati.

"Apa tadi dia benar-benar mabuk?

.
.
.

"Wanyin."

Seorang  pemuda berpita ungu menoleh dan mendapati seorang wanita muda berjalan ke arahnya. Ia segera bangun dan menyambut wanita itu yang ia dudukan di meja panjang taman.

"Bagaimana keadaan kakak hari ini?" ia memberikan selimut ke pangkuan Sang kakak.

"Ini sungguh keajaiban, penyakitku sembuh tanpa meninggalkan sedikit pun rasa sakit, dan bayiku juga tumbuh dengan baik." Wanita muda itu, Jiang Yanli tersenyum cerah sembari mengusap perutnya yang belum seberapa besar.

Pemuda berpita ungu di sampingnya hanya bisa tersenyum, "Syukurlah, aku senang mendengarnya."

"Apa A Xian masih magang? Dia tidak pernah menelefonku, dan aku juga tak bisa menghubungi ponselnya, anak itu membuatku kesal, padahal aku sangat merindukannya." Jiang Yanli cemberut, dan Jiang Wanyin hanya bisa diam.

"Bagaimana kakak bisa menghubungi ponsel Weiying, sementara ponsel itu rusak dan ada bersamaku."

"Apa A Xian tidak merindukanku, ya?"

"Berhentilah bicara begitu, kakak tahu betapa sayangnya bocah itu pada kakak."

Jiang Yanli tersenyum cerah, "Benar!! A Xian jauh lebih menyayangiku daripada adikku sendiri." Jiang Yanli mencubit pipi Jiang Wanyin yang kesal.

"Kakak!! Berhentilah mencubit pipiku, aku ini sudah besar!!" Jiang Cheng mengusap pipinya yang memerah akibat cubitan Sang kakak yang sekarang tertawa bahagia.

"Ah ... aku sangat merindukan A Xian." Jiang Yanli menatap langit. Pagi hari di Kota Yunmeng yang cerah. Setelah kemarin hujan turun dan menyisakan butiran embun bening yang menetes di pucuk-pucuk dedaunan.

"Sayang, ayo masuk, kau masih harus  chek up ke dokter." Seorang lelaki bermarga Jin mendatangi keduanya, senyumnya terkembang saat Jiang Yanli menggapai tangannya.

"Baiklah, A Cheng, kalau kau bisa menghubungi anak nakal itu, katakan padanya aku sangat merindukannya sampai aku hampir mati, mengerti?!!"

"Jaga ucapan kakak!!" Jiang Wanyin kesal.

"Baiklah, bocah galak, tapi jangan lupa pesanku, ya?!"

Jiang Wanyin mengangguk, ia terdiam menatap Sang kakak yang digandeng suaminya kembali ke dalam rumah. Sudah hampir lima bulan Wuxian belum juga kembali. Jiang Wanyin telah membunuh kelinci perak yang ia bawa dari Gusu, dan memberikan kaldu daging kelinci dalam sup Jiang Yanli saat perempuan itu berada di rumah sakit, setelah wanita itu mulai bisa makan dengan benar, sedikit demi sedikit Jiang Wanyin mencampur makanan wanita itu dengan daging kelinci perak sesuai petunjuk Prof. Wen Qing. Hingga akhirnya Yanli sembuh sepenuhnya.

Berbeda dengan Yanli, Wen Ning yang langsung memakan satu bagian tubuh kaki kelinci itu esoknya langsung bisa berjalan, Sang kakak, Prof. Wen Qing begitu berterima kasih, karenanya wanita itu bersedia membantu sebanyak yang ia bisa untuk kepulangan Wuxian.

Jiang Wanyin tertunduk, entah kutukan apa yang menimpa Wuxian dan bagaimana keadaannya saat ini sangat mengganggu pikirannya.

Namun ia tak bisa cerita pada siapa pun di keluarganya, terutama Sang Ayah, karena itu bisa membuat lelaki yang bekerja sebagai seorang diplomat itu kemungkinan akan langsung mendatangi Gusu tanpa perhitungan Yang matang. Sedang di sini, posisinya dan Wuxianlah yang salah, fakta bahwa keduanya jauh-jauh datang ke Gusu untuk mencuri kelinci perak, hewan yang diagungkan sebagai lambang kemakmuran Gusu, bisa menjadi masalah yang membuat negaranya dan Kerajaan Gusu mungkin terlibat konflik bahkan perang.

Jiang Wanyin kembali menghela nafas saat sebuah pesan terdengar dari ponselnya. Dari Prof. Wen Qing.

'Datanglah, aku ingin membahas daging kelinci yang kau titipkan di tempatku.'

Jiang Wanyin menaruh ponsel di sakunya tanpa membalas pesan, pemuda itu mengambil kunci mobil dan pergi.

.
.
.

Jam telah menunjukkan pukul sembilan siang. Wuxian baru terbangun dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya, ia merasa lemah, bahkan untuk sekedar bergerak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang lengket.

"Mamma."

Wuxian menoleh, dan mendapati dua bayi bertelinga kelinci menaiki tubuhnya yang tengkurap, sekuat tenaga Wuxian membalik badannya dan terlentang, merapatkan selimut sampai ke dadanya yang dipenuhi bercak merah dan biru, lalu memeluk kedua bayi yang kini mendusel di perpotongan lehernya. Sedang Si kelinci perak, melompat dan duduk nyaman di atas perut pemuda itu.

"Kalian sudah minum susu?" Wuxian mengusap kepala kedua bayi kelinci di kanan dan kiri lehernya.

"Mereka sudah makan dan minum susu."

Wuxian menoleh dan mendapati Lan Wangji mendekat dengan nampan makanan di tangannya yang ia taruh di nakas meja. Lelaki itu duduk di samping ranjang dan menatap Wuxian lekat. Namun Wuxian segera memalingkan wajah, ia tak bisa menatap Wangji, entah kenapa ia terlalu malu.

"Bagaimana keadaanmu?" Suara lembut Wangji membuatnya merinding, seketika ia ingat bagaimana bibir lelaki itu berbisik dan menciuminya dengan ganas semalam.

Mendapati keheningan dari Wuxian, Wangji menundukkan wajah, bagaimana ia bisa sekejam itu menggagahi Wuxian, padahal pemuda itu menyukai kakaknya.

"Maafkan aku," lirih Wangji membuat Wuxian sontak menatap ke arahnya.

"Kau mabuk semalam, akulah yang salah karena memenuhi ajakanmu."

Saat Wangji menatapnya, manik keduanya bertemu, Wuxian langsung mengalihkan wajahnya yang terasa panas. 'Apa-apaan ini?!! Kenapa hatiku berdebar sekencang ini?!! Aku ini masih lurus!! Masih lurus!!'

Lan Wangji kembali menunduk," Aku pasti akan bertanggung jawab."

Wuxian kaget, situasi macam apa ini?! Ia tahu semalam keperjakaan lubangnya telah direnggut, tapi ini tidak seperti ia seorang wanita yang akan hamil karena menerima sperma dari Wangji, kan?! Hey laki-laki, tidak bisa hamil!!

"Apa yang kau katakan, ini hanya kecelakaan, tanggung jawab apa yang harus kau penuhi? Lagi pula selama ini kau selalu membantuku, kan? Jadi lebih baik kita lupakan saja." Wuxian menatap Wangji.

"Tapi-"

"Kita Sama-sama lelaki, tidak akan ada yang terjadi, yang sudah ya sudah. Kita berjaga saja agar hal memalukan seperti ini tidak akan terulang di lain hari."

Lan Wangji diam, 'Hal memalukan?' lelaki itu kembali menunduk, "Baiklah," lirih Wangji akhirnya.

Wuxian diam, maniknya bergetar, ia memang yang mengatakan untuk melupakan, tapi mendengar Wangji menyetujui hal itu entah kenapa membuatnya tersakiti. Ah, aneh sekali hatinya.

Saat Wangji mengambil bayi-bayi kelinci ke gendongannya, Wuxian bahkan masih bisa mencium aroma cendana yang semalaman menghanyutkannya dalam luapan nafsu.

"Aku sudah mengisi pulsa di ponsel yang kau pegang, kau bisa menelefon keluargamu." Wangji membawa Kelinci perak di pundaknya dan dua bayi dalam dekapannya, "Aku akan membawa mereka bermain di taman." Lelaki itu lalu keluar kamar menuju ke taman kelinci tempat mereka biasa main.

Wuxian diam sejenak, ia mengambil minum dan sedikit menyuap bubur yang dibawakan Wangji saat tangannya mengambil ponsel. Wuxian hampir menyemburkan bubur yang dimakannya saat mengecek nominal pulsa yang dimiliki Wangji.

"Astaga ... aku baru tahu kalau pulsa telefon bisa diisi sebanyak ini." Gumamnya menekan beberapa angka. Tiba-tiba perasaannya tegang saat sambungan di sana mulai dijawab.

"A Cheng?"

"......., Weiying? Apa ini kau?! Weiying?!!"

"Ya ini aku." Wuxian menutup mulutnya agar suaranya tak bergetar.

"Berandal!! Ke mana saja kau?! Apa yang terjadi denganmu?! Katakan apa kau baik-baik saja?!!"

Wuxian tersenyum, khas Jiang Wanyin sekali, "Aku baik-baik saja, bagaimana Shijie?"

Wuxian bersandar saat cerita dan omelan Jiang Wanyin mengalir di ujung sana, ia lega bahwa Shijienya telah sembuh, bahkan Wen Ning telah bis berjalan, senyumnya terkembang saat Jiang Wanyin bercerita bagaimana susahnya meyakinkan ayah mereka bahwa Wuxian sedang menjalani study magang untuk keperluan kampus dan harus menginap, serta omelan ibunya yang mengatakan kenapa tidak membawa perbekalan yang cukup.

"Hah ... kau tahu, kan? Walau wajahnya macam mak lampir, ibu sebenarnya memperhatikanmu. Semenjak kak Yanli sembuh dia selalu menerorku agar aku menghubungimu, dia bilang dia harus mengomelimu karena pergi disaat ia belum bisa menyiapkan bekal."

Wuxian tertawa. Tanpa terasa tiga puluh menit berlalu dengan cerita yang begitu mengalir diantara keduanya, Wuxian menceritakan semua kutukannya dan tentang Wangji dan Lan Xichen yang membantunya, tentang tiga bayi kelinci yang menetas, A Yuan, Yiyi dan A Yin. Juga tentang kapan ia akan terbebas dari kutukan itu.

"Aku berencana mengunjungimu."

"Kau punya uang?"

"Wanita itu meminjamiku, Kakak sahabatmu."

"Prof. Wen Qing?"

"Hmm, kau tunggulah aku, ya."

"A Cheng, Kak Xichen saat ini ada di Yunmeng, kau mungkin bisa minta bantuannya."

Jiang Wanyin diam sejenak sebelum akhirnya  menjawab, "Baiklah, aku akan mencari orang itu dan bertanya. Kau ... sungguh baik-baik saja, kan?"

Wuxian mengangguk, maniknya menatap pantulan dirinya di cermin besar di dekat meja, "Ng, aku ... baik-baik saja. Sampai nanti ya," katanya pelan lalu mematikan sambungan telefon. Wuxian menurunkan selimut di bahunya dan melihat dengan jelas semua bercak pergulatannya dan Wangji semalam, pemuda itu membenamkan diri di ranjang dan menangis.

Bagaimana bisa ia melakukan sesuatu yang tercela pada Lan Wangji?! Lelaki itu begitu polos dan bahkan telah banyak membantunya selama ini. Bagaimanapun Lan Wangji mabuk semalam, wajar jika lelaki itu bertindak di luar batas, tapi kenapa ia yang sadar malah mengikuti  hawa nafsu?! Jika Lan Xichen tahu adiknya telah melakukan hal tercela, Wuxian yakin lelaki itu juga pasti akan membencinya.

Sementara di luar kamar, terdiam dengan sup mangkuk yang masih mengepul, Lan Wangji diam mendengarkan isakan Wuxian, hatinya sedemikian sakit. Lan Wangji mengerti Jika Wuxian pasti jijik setelah melakukan itu dengannya, pemuda itu menyukai kakaknya, Lan Xichen. Tapi Wangji masih dengan sadar menjebaknya untuk melakukan hubungan demi niatnya agar Wuxian tak bisa dimiliki orang lain, lelaki yang baru pertama kali mengalami jatuh cinta itu menangis dalam diam, alangkah egoisnya dia, memaksakan cinta pada pemuda itu, menyakitinya orang yang ia cintai hingga menangis seperti itu.

Tbc.

Jangan lupa vote and komen jika kalian menyukai cerita ini, ya....

See u.
Chilly and Khai.

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

291K 24.6K 30
Di hari dimana xiao zhan akan mengundurkan diri dari tempatnya bekerja, ia malah tertabrak sebuah bus dan berakhir memasuki tubuh seorang karakter no...
1.4M 81.6K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
72.5K 8.7K 18
(END) Yibo bisa mendengarnya. Suara hati Xiao Zhan yang selalu coba disembunyikan.
494K 5.3K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...