Ex Brother in Law (Tamat)

By NeaYoz

567K 22K 1K

#Brotherinlawseries2 Follow sebelum membaca!! --------------------------- Mature Content 21+ Ini bukan cerita... More

Prolog
1. Pertemuan
2. Rasa itu masih sama
3. Dunia sempit
4. Dia telah berubah
5. Adara dan Bagas
6. Anak yang terluka
8. Kesalahan yang fatal
9. Kepergian Adara
10. Kemarahan Adara
11. Maka berakhir
12. Kebenaran yang terungkap
13. Annastasya Prameswari
14. Hentikan sandiwaramu!
15. Fakta yang terkuak
16. Pak Petra
17. Sebilah Es
18. Apa yang terjadi?
19. Kabar?
20.
Info

7. Kemarahan Adrian

19.8K 1K 59
By NeaYoz


Melihat betapa mesra tingkah Adara dan Bagas, tanpa alasan yang jelas, hati Adrian terasa panas, amarah seketika membakar dirinya. Karena itulah, begitu Bagas sudah melajukan mobilnya dan Adara akan memasuki apartemennya, Adrian langsung mengejar wanita itu. Ia mengikutinya masuk kedalam lift. Hingga membuat wanita terkejut oleh kemunculannya yang tiba-tiba.

Sementara itu Adara berjalan dengan perasaan gamang, pembicaraannya dengan sang mama yang selalu saja menjadi titik sensitif di dirinya juga ciumannya dengan Bagas tengah memenuhi pikiran.

Adara tak mengerti kenapa saat bersama Bagas dadanya tidak berdebar seperti saat dia di dekat Adrian. Bahkan ketika Bagas menciumnya pun rasanya terlalu hambar, Adara tidak bisa menikmati ciuman itu.

Ide itu muncul bersamaan dengan dirinya memasuki lift yang akan membawanya menuju unit apartemennya. Namun sebelum pintu lift tertutup, seseorang ikut masuk ke dalam lift itu dan menekan tombol angka pada dinding lift. Tanpa menoleh, Adara berniat melakukan hal yang sama karena menyadari tujuannya berbeda dengan orang tersebut. Dan tepat ketika tangannya terulur, orang itu menahannya. Adara terkejut, terlebih ia menyadari siapa orang yang menahan lengannya itu.

Adrian.

Sial, kenapa baru sekarang Adara menyadarinya? Mereka kini hanya berdua didalam lift, perasaan tak enak langsung merayapi dirinya.

Dan parahnya, Adara sudah tidak bisa melarikan diri dari pria itu. Karena sekarang saja lift sedang berjalan ke lantai yang dituju. Oh ya ampun, Adara seperti sedang terjebak.

Dengan kasar Adara menghentakkan lengannya dari genggaman Adrian, dan segera dirinya menggeser tubuhnya untuk menciptakan jarak diantara mereka.

"Apa yang kau inginkan?" Adara bertanya dengan panik.

Adrian tidak menanggapi, pria itu bahkan nampak mengabaikannya. Matanya selalu terpusat pada pintu lift di depannya seakan berharap dengan melakukan itu pintu lift akan segera terbuka. Dan begitu dentingan lift terdengar, Adrian langsung menyambar lengan Adara. Membawanya keluar dengan paksa. Entah akan dibawa kemana Adara olehnya.

Usaha yang dilakukan Adara untuk melepaskan diripun nampaknya sia-sia, cengkeraman Adrian begitu kuat seakan pria itu bermaksud ingin meremukkan tangannya. Bahkan Adara sempat meminta tolong pada security yang berpapasan dengan mereka untuk membantunya terlepas dari pria itu, namun bukannya menolong security itu malah menunduk hormat pada Adrian.

Sialan, pria itu benar-benar menggunakan kekuasaannya untuk mengintimidasi orang. Dan tanpa sadar Adrian sudah membawanya ke apartemen pribadinya. Barulah ketika itu Adrian mau melepaskan tangannya, segera Adara berlari kearah pintu yang sialnya tidak bisa dibuka olehnya. Dan Adara baru ingat seluruh apartemen di gedung ini pengamanannya memakai sidik jari, jadi hanya Adrianlah yang bisa membuka pintu itu.

Lalu Adara membalikkan tubuhnya menghadap Adrian yang kini sedang menatapnya dengan tak kalah tajamnya. Sejenak Adara tertegun melihat otot-otot diwajah Adrian yang nampak menegang, oh apakah pria itu sedang marah?

Bukankah seharusnya Adara yang lebih berhak marah disini setelah apa yang pria itu lakukan padanya?

"Apa yang kau inginkan?" Adara kembali bertanya, suaranya terdengar bergetar. Terlebih tatapan mata pria itu yang menghujam tajam kearahnya membuat jantungnya kian berdebar.

Tanpa menjawab, Adrian melangkah menujunya dengan perlahan. Dan gerakannya itu membuat Adara harus memundurkan langkahnya dengan waspada. Sungguh Adara tidak mengerti apa yang membuat Adrian nampak menyeramkan seperti ini. Jantung Adara terus berpacu seiring jarak mereka yang mulai terkikis. Apalagi Adara hampir tidak bisa melepas pandangannya sama sekali dari iris hitam Adrian yang kini menatapnya tanpa henti.

Sayangnya hal itu membuat Adara lengah, membuatnya tidak menyadari posisinya kini sudah terhimpit antara Adrian dan dinding dibelakangnya.

"Dari mana saja kau? Kenapa pulang selarut ini?" Adrian bertanya, kedua tangannya mengurung pergerakan Adara.

'Apa yang telah kau lakukan dengan pria itu? Tidak tahukah kau aku menunggumu sejak tadi?'

Adara mengerjap sekali hanya untuk meraih kesadarannya. "Itu bukan urusanmu!"

Adara mendorong dada kekar Adrian dengan kuat tapi tidak berhasil. Sialnya, tindakannya itu malah membuat Adrian semakin menekan tubuhnya kedinding.

"Sekarang menjadi urusanku karena bisa saja sekarang kau sedang mengandung anakku, Adara!" gumam Adrian keras.

Degg.

Adara membelalakkan matanya. Nyatanya memang tidak pernah terpikirkan oleh Adara sebelumnya bahwa kegiatan mereka saat di resort bisa saja membuatnya mengandung anak Adrian.

Oh astaga, ingin rasanya Adara memaki Adrian saat ini. Pria itu pasti dengan sengaja melakukannya. Yah, seperti yang sudah-sudah Adrian pasti telah merencanakan hal ini untuk menghancurkannya lagi.

"Lalu memangnya kenapa, sekalipun aku mengandung apa masalahnya denganmu?" ujar Adara dengan marah.

Bahkan kini Adrian terpaku ketika menyadari mata Adara terasa dingin menghujam.

"Maka aku akan bertanggung jawab dengan menikahimu!"

Sesaat lamanya Adara tampak termenung karena ucapan Adrian. Namun detik berikutnya Adara malah menertawakannya, bersamaan dengan Adrian yang kini sudah melepaskan kungkungannya.

Dilain pihak, Adrian memperhatikannya dengan nanar. Kedua tangannya sudah terselip diantara saku celana. Dengan getir, dia membiarkan wanita itu mentertawakan dirinya.

"Memangnya jika aku hamil, kau yakin anak ini adalah anakmu?" tanya Adara sesaat setelah ia menghentikan tawanya.

"Jangan memberi pertanyaan yang menunjukkan sisi ketololanmu, Dara! Kita berdua sama-sama tahu malam itu, diriku adalah pria pertama bagimu!"

Seketika sisa-sisa senyuman itu langsung lenyap dari wajah Adara. Ucapan Adrian menyadarkannya. Kini Adara sudah tidak bisa menyangkalnya lagi. Kenyataannya ucapan Adrian memang benar adanya.

Bodoh bodoh bodoh!

Adara ingin sekali menangis, tapi tidak didepan pria itu. Ini terlalu memalukan baginya. Adrian pasti merasa senang membuatnya nampak selemah ini.

Disaat yang sama tatapan Adrian mulai melembut dan dalam. Melihat Adara yang belum bisa menemukan kata-katanya, entah kenapa membuat Adrian merasa geli sendiri. Apalagi ketika matanya menangkap rona merah dikedua pipi Adara, mau tak mau membawa ingatannya kembali disaat mereka masih sedekat dulu.

"Putuskan kekasihmu, Adara! Dan menikahlah denganku!" gumam Adrian sungguh-sungguh.

Lihat, Adrian tidak pernah berubah, dia akan selalu to the point untuk memaksakan kehendaknya.

Adara mendengus. Matanya mendelik Adrian dengan kesal. "Kau pikir aku sudi menikah dengan bekas suami dari kakak tiriku? Kau terlalu percaya diri, Kak!" Lalu ia tersenyum meremehkan.

Rahang kokoh Adrian nampak menegang. "Suka atau tidak suka, aku tetap akan mempertanggungjawabkan perbuatanku kepadamu!" Adrian menekankan ucapannya.

"Kau tidak perlu berpikir sejauh itu Kak, lagi pula aku juga belum tentu hamil. Setahun pernikahan kalian saja, kau belum bisa membuat Ciara mengandung anakmu. Apalagi denganku yang hanya melakukannya semalam denganmu!" Adara membuang wajahnya.

Adrian melangkah sekali, lalu meraih dagu Adara dan mendongakkannya. "Banyak yang sudah kau lewatkan, Adara! Dan sekarang aku memiliki banyak waktu untuk menjelaskannya padamu. Tapi sebelum aku melakukannya, ijinkan aku untuk menghapus jejak pria itu dulu dibibirmu!"

Tanpa aba-aba Adrian sudah mencium bibirnya. Adara berusaha memberontak namun gagal. Ciuman Adrian semakin dalam dirasakan olehnya, hingga Adara terbuai dan menikmati setiap pagutannya. Dan disaat yang sama itulah air mata Adara terjatuh. Betapa dia membenci dirinya sendiri yang selalu saja lemah ketika berhadapan dengan pria itu.

Tbc

Babank Dian is back!!

Semoga kalian suka sama part nya😊

Jgn lupa voment nya ya biar aku makin semangat nulis✌✌


Btw menurut kalian mereka sebaiknya berlanjut gag ke ehem2🤭

Please komen n like nya ya dears😊

Sekian notes dr aku yg galau ini,
Dan makasih untuk 100 likenya 😘

Loph u oll

NeaYoz

Continue Reading

You'll Also Like

46.6K 5.2K 34
Memiliki anak tanpa suami adalah aib yang menimpa Pelita Nuri. Tak terhitung cibiran, hinaan, serta makian diterima sepanjang hidupnya. Namun, itu ta...
34.4K 5.2K 27
Berawal dari sebuah kebetulan dan sedikit kecelakaan yang membuat mereka menjadi dekat . Segitu dulu ya deskripsinya Sebelumnya aku minta maaf bange...
83.1K 5.1K 10
Rank: #5 in Exhusband Gemilang Indiana Aditya atau yang sering dipanggil Gemi seringkali agak menyesali keputusannya melamar kerja di perusahaan te...
382K 13.9K 30
[Telah Selesai] Aku kembali berdeham. "Bell, inget kamu sekarang istri aku, harus nurut. Selagi aku nggak ngerugiin diri kamu, kamu harus ikutin mauk...