MY OVERPROTEKTIF BROTHER [✓]

By Yarniati83

439K 25.2K 3.1K

[Langsung Baca Saja Jika Suka More

Perkenalan Tokoh
Sinopsis
1. Kebersamaan Keluarga Minki
2. Memutuskan
3. Kemarahan Min Jun
4. Jatuh Pingsan
5. Menerima Keputusan
6. Pertengkaran Kecil Antara Jungkook Dan Taehyung
7. Firasat Buruk
8. Ancaman Jungkook Dan Kekesalan Taehyung
9. Keberanian Jungkook Melawan Ki Tae Young
10. Ancaman Jungkook Terhadap Kelima Sepupunya
11. Keusilan Jungkook Terhadap Jimin Dan Taehyung
12. Niat Jahat Han Sung Woon
13. Maling
14. Kekecewaan Dan Kemarahan Eugene
15. Tujuh Tikus Busuk
16. Hampir Kelepasan
17. Berganti Jabatan
18. Cucu Kakek Tampan Sekali
19. Kabar Kecelakaan
20. Kabar Duka Dan Koma
21. Terpaksa Berbohong
22. Keterkejutan Dan Ketakutan Ki Tae Young
24. Kemarahan Hoseok Dan Namjoon
25. Kebersamaan Aaron Dan keempat Adiknya
26. Kedatangan Woobin Dan Penolakan Jungkook
27. Pembagian Perusahaan
28. Ketakutan Ki Tae Young Dan Woobin
29. Terbongkar
30. Pertemuan Eugene Dan Kelima Putranya
31. Mengambil Alih Permainan
32. Kemarahan Minki Dan Keenam Putra Tertuanya
33. Kembali Bernafas
34. Bercerita
35. Keterkejutan Minki Tentang Yugyeom
36. Dunia Alam Bawah Sadar
37. Menyampaikan Sebuah Pesan
38. Kekhawatiran Minki Akan Kondisi Jungkook
39. Persidangan Dan Hukuman
Chapter 40 (END)

23. Keterkejutan Sunggyu Dan Janji Sunggyu

6.8K 496 86
By Yarniati83

[Kamar Yong Hwa]


Yong Hwa saat ini tengah duduk di sofa yang ada di kamarnya. Dirinya sedang berpikir tentang masalah yang menimpa keluarga besarnya. Terlalu banyak masalah yang menimpa keluarganya, sehingga dirinya kehilangan dua anggota keluarganya.

"Paman Minki. Semoga Paman baik-baik saja dimana pun Paman berada. Kakek! Aku merindukanmu. Semoga Kakek bahagia diatas sana," Batin Yong Hwa.

"Lebih baik aku menelepon Papa dan menyuruh Papa pulang." Monolog Yong Hwa. Lalu Yong Hwa pun mengambil ponselnya dan menghubungi sang Ayah.

"Hallo, Yong Hwa. Ada apa?"

"Papa dimana?"

"Papa di rumah sayang. Kenapa?"

"Lebih baik papa kembali ke rumah Kakek. Tidak ada gunanya Papa disana. Jungkook sudah tahu soal meninggalnya Kakek dan hilangnya Paman Minki."

"Apa? Siapa yang memberitahu Jungkook?"

"Siapa lagi? Papa sudah tahu siapa orangnya."

"Brengsek! Ya, sudah! Papa pulang sekarang."

"Oke, Pa! Papa hati-hati dijalan."

"Baiklah sayang."

PIP..

^^^

Jungkook sudah berada di dalam kamarnya dan ditemani oleh ibu dan para kakak-kakaknya.

"Tinggalkan aku sendirian," Lirih Jungkook.

"Tapi sayang," Kata Hyun Jin.

"Aku mau sendiri. Dan aku tidak mau diganggu oleh siapapun," Ucap Jungkook lagi.

"Jangan gitu dong, Kookie. Biarkan kami disini menemani Kookie," Bujuk Nichkhun.

"Aku mohon, tinggalkan aku. Aku ingin sendiri."

"Kookie," Lirih Taehyung.

Taehyung mengangkat tangannya hendak membelai rambut Jungkook, tapi Jungkook menepis kasar tangan Taehyung.

"Pergi!" Teriak Jungkook.

"Baiklah.. Baiklah. Kita akan pergi. Kookie jangan berteriak lagi, oke!" Ucap Min Jun.

Dan akhirnya mereka pun terpaksa pergi meninggalkan kamar Jungkook.

Mereka memang pergi dari kamar Jungkook. Tapi mereka tidak benar-benar pergi. Mereka saat ini berdiri di depan pintu kamar kesayangan mereka dengan pintu yang sengaja tidak mereka tutup rapat. Mereka memperhatikan Jungkook dari luar.

Saat ini mereka melihat Jungkook yang kini tengah turun dari tempat tidurnya, lalu melangkah kemeja belajar. Jungkook mengambil bingkai foto dimana disana ada foto sang Ayah dan Kakeknya. Setelah bingkai foto itu ada ditangannya, Jungkook duduk di lantai kamarnya yang dingin.

"Kenapa Kookie duduk di lantai? Itukan dingin," Kata Taehyung.

Mereka terus memperhatikan Jungkook dari luar.

"Hiks.. hiks.. hiks.. Papa.. Kakek.. hiks. Kenapa kalian pergi meninggalkanku? Apa kalian tidak menyayangiku lagi?"

"Papa.. hiks.. Papa kembalilah. Papa sudah janji padaku akan kembali. Tapi kenapa Papa tidak kembali juga.. hiks," isak tangis Jungkook di hadapan foto ayahnya sembari tangannya mengelus bingkai foto tersebut.

"Pa! Papa tahu tidak? Orang itu.. orang itu telah berhasil membunuh Kakek. Orang itu benar-benar kejam. Papa.. aku takut.. hiks."

Min Jun dan semua adik-adiknya geram dan marah saat mendengar ucapan Jungkook yang mengatakan bahwa Kakek mereka meninggal karena dibunuh.

"Brengsek! Siapa orang itu? Kenapa dia tega sekali membunuh Kakek dan juga menyebabkan Papa menghilang," Ucap Taecyeon.

"Pa! Apa yang harus aku lakukan? Satu-satunya orang yang mengetahui masalah ini hanya aku. Sedangkan Kakek sudah meninggal. Papa yang sudah mengetahui semuanya dari Kakek, sekarang menghilang dan tidak tahu ada dimana. Papa.. kembalilah.. hiks."

"Jadi Papa juga sudah tahu rahasia yang selama ini disembunyikan Kakek," Kata Jun Ho.

Jungkook menangis terisak sembari memeluk erat bingkai foto tersebut dan tanpa disadari olehnya, Jungkook menjatuhkan tubuhnya di lantai kamarnya yang dingin.

Saat mereka semua melihat Jungkook yang berbaring di lantai kamarnya, mereka pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Jungkook.

"Kookie. Kenapa tidur disini?" Kata Jimin yang tangannya mengelus lembut rambut Jungkook.

Min Jun langsung mengangkat tubuh adiknya dan memindahkannya ke tempat tidur. Setelah Jungkook berada di atas tempat tidurnya, Woo Young berlahan mengambil bingkai foto yang dipeluk oleh adiknya dan itu berhasil. Kemudian Min Jun menyelimuti Jungkook.

Hyun Jin duduk di samping tempat tidur putra bungsunya itu. Tangannya mengelus rambut Jungkook dan tak lupa memberikan ciuman sayang di kening dan kedua pipi putranya itu.

"Mama disini, sayang. Mama tidak akan pernah meninggalkan Kookie."

"Hyung juga akan selalu bersama Kookie. Hyung tidak akan pernah meninggalkan Kookie," Ucap Taehyung dan Jimin bersamaan, lalu mereka mencium masing-masing pipi putih Jungkook.

Setelah itu disusul oleh Jin, Yoongi, Hoseok dan Namjoon. "Kami menyayangimu, Kookie. Tetaplah semangat seperti biasanya." lalu mereka mencium secara bergantian kening dan kedua pipi Jungkook

Min Jun, Nichkhun, Taecyeon Woo Young, Jun Ho dan Chang Sun. Mereka tersenyum gemas melihat wajah manis dan imut adik bungsu mereka saat tertidur. Keimutan wajah adik mereka makin bertambah. "Tetaplah kuat dan semangat demi kami semua, Kookie!" Ucap mereka bersamaan. Lalu mereka juga memberikan ciuman di kening dan di kedua pipi adik bungsu mereka itu.

Setelah selesai mereka memberikan kecupan sayang pada sibungsu. Mereka semua pun memutuskan untuk pergi meninggalkan kamar Jungkook dan membiarkan kesayangan mereka untuk istirahat.

***

Keesokkan paginya, seluruh anggota keluarga tengah berkumpul di ruang tengah. Mereka akan bersiap-siap untuk sarapan pagi. Lengkap dengan Jeon Eugene. Jeon Eugene telah kembali dari luar negeri dan telah selesai menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Kakaknya.

Saat Eugene kembali ke Korea, dirinya mendapatkan kabar yang membuatnya hancur. Kabar tentang kematian sang Ayah dan kabar hilangnya sang kakak kesayangannya. Jeon Eugene benar-benar terpukul atas kepergian dua orang yang begitu dekat dengannya dan begitu menyayanginya. Bukan berarti Jeon Rain kakak keduanya tidak menyayanginya, tapi bagi Eugene Jeon Minki adalah kakak yang selalu ada untuknya. Disaat yang lainnya menolak, Jeon Minki selalu mengabulkan keinginannya.

"Eugene. Hyung tahu kau sangat kehilangan Minki hyung dan Papa. Tapi hyung mohon kau harus tetap kuat dan semangat. Jangan sampai rasa sedihmu membuatmu sakit," Hibur Jeon Rain.

"Ini semua gara-gara anak pembawa sial itu," Ucap Ki Tae Young sembari menunjuk kearah Jungkook.

"Jaga ucapanmu, Ki Tae Young!" Bentak Tae Hee.

"Tapi itu benarkan? Kecelakaan itu terjadi saat anak sialan itu pergi bersama Papa dan Minki. Papa meninggal, Minki menghilang. Kenapa anak sialan itu selamat?!" Bentak Ki Tae Young pada Tae Hee.

Mereka yang mendengar ucapan Ki Tae Young merasa marah. Tapi mereka berusaha menahan emosi mereka, dikarenakan mereka melihat Jungkook yang hanya tenang dalam mendengar ocehan dari Ki Tae Young.

Lalu terdengar suara ponsel berbunyi. Ponsel itu milik Jungkook. Dikarenakan Jungkook sedang menatap kearah Ki Tae Young sehingga Jungkook tak mendengar bunyi ponselnya.

"Kookie. Ponselnya Kookie berbunyi," ucap Jimin.

Hal itu sukses membuat Jungkook terkejut, lalu Jungkook mengambil ponselnya dan melihat nama 'DINO' di layar ponselnya.

Jungkook langsung menjawab panggilan tersebut. Jungkook menjawab panggilan tersebut menjauh dari anggota keluarganya.

"Hallo, Dino. Informasi apa yang kau dapatkan?"

"Aku sudah melacak dan menyelidiki titik kelemahan dari pria brengsek itu. Pria yang sudah membunuh tuan besar Jeon Kun-Hee."

"Apa itu?"

"Kelemahan pria itu terletak pada Ibu dan adik perempuannya. Pria itu sangat-sangat menyayangi keduanya. Bahkan pria brengsek itu mengutus beberapa orang untuk selalu menjaga mereka berdua."

"Apa kau yakin?"

"Yakin, Bos!! Apa yang akan kita lakukan untuk membalasnya, Bos?"

"Eeemm! Ternyata kau sudah tidak sabar untuk memulai permainannya ya?"

"Ya. kau benar, Bos. Aku sudah tidak sabaran untuk segera bermain-main dengan kedua kelemahannya pria itu."

"Baiklah. Culik mereka berdua dan bawa keduanya keluar dari negara Korea. Pastikan brengsek itu mau pun orang-orangnya tidak akan bisa menemukan keberadaan kedua wanita tersebut. Jaga mereka dan jangan sampai lepas. Kalau mereka melawan, sakiti saja mereka. Mereka adalah kunci untuk kita melawan pria brengsek itu."

"Siap, Bos. Laksanakan."

PIP..

"Jeon Woobin. Aku sudah memegang dua kelemahanmu," Batin Jungkook.

Setelah selesai berbicara dengan Dino. Jungkook kembali duduk di sofa, di samping ibunya.

"Sayang. Apa kau akan diam saja? Papamu meninggal. Kakak kesayanganmu hilang. Dan anak itu selamat. Apa kau tidak curiga padanya? Bisa sajakan kecelakaan itu memang disengaja oleh anak pembawa sial itu. Jadi seolah-olah dia korban disini," Kata Ki Tae Young yang berusaha mencuci pikiran Eugene.

"Brengsek! Jaga ucapanmu perempuan murahan!" Teriak Jimin.

Jimin berdiri dari duduknya dan menatap nyalang sambil menunjuk kearah Ki Tae Young.

Mereka yang mendengar teriakan Jimin menjadi terkejut. Ini adalah yang pertama kalinya Jimin berteriak dan bersikap seperti ini.

"Jimin sayang. Sabar ya, nak! Sekarang duduklah," Ucap Hyun Jin lembut.

Yoongi dan Hoseok yang kebetulan berada di samping Jimin merangkul Jimin dan membawa Jimin duduk kembali.

"Kau lihatlah, sayang. Bagaimana liarnya putra dari kakakmu dan kakak iparmu. Salah satu dari mereka berani mengatakan aku sebagai wanita murahan. Apa segitu hinakah aku dimata mereka?" Ki Tae Young memasang wajah sedihnya didepan Eugene suaminya.

Jungkook tersenyum sinis dan tatapan matanya menatap tajam kearah Ki Tae Young. "Waaw! Acting yang sangat memukau, Nyonya. Kenapa tidak ikut main sinetron saja? Nyonya bisa mengambil peran antagonis disana," Seru Jungkook.

Mereka semua melihat kearah Jungkook, termasuk Ki Tae Young. Mereka tersenyum saat mendengar ucapan Jungkook yang ditujukan untuk Ki Tae Young. Ucapan Jungkook seakan-akan sindiran halus untuk Ki Tae Young.

"Teruslah berbicara semaumu, Nyonya. Selama kau masih punya waktu. Selama kau masih bisa berbicara. Dan selama aku masih memberikan waktu untukmu berbicara sepuasmu tentangku dan keluargaku. Maka lakukanlah! Tapi disaat waktumu telah habis. Maka saat itulah giliranku yang akan berbicara dan mengakhiri semua permainanmu," Ucap Jungkook sembari menunjukkan senyuman manisnya.

"Maaf Nyonya, Tuan, Tuan muda. Sarapan paginya sudah siap!" Seru seorang pelayan yang datang menghampiri mereka di ruang tengah.

"Baiklah, Bi!" Jawab Hyun Jin dan So Yeon bersamaan.

^^^

Semuanya telah berada di meja makan. Lalu mata mereka menatap dua kursi kosong yang tiada penghuninya. Tapi tidak dengan Ki Tae Young dan putra-putranya. Mereka itu masa bodo dengan suasana di sekitarnya.

Yang paling terpuruk dan terpukul disini adalah Jungkook. Jungkook menatap dua kursi kosong di hadapannya dan di sampingnya. Tanpa diminta air matanya mengalir begitu saja. Hal itu sukses membuat mereka menjadi tidak tega.

Taehyung dan Jimin yang kebetulan duduk di sampingnya berusaha menghiburnya. Jimin mengusap air matanya dan Taehyung mengelus-elus punggungnya.

"Yaelah. Pakai drama lagi. Ini Kapan mau sarapannya," Ketus Sung Yeol.

"Kita disini mau sarapan bukan mau melihat drama murahan kalian itu," Kata Myung Soo.

"Kalau kau tidak mau melihat kami. Pergi saja ke kamarmu dan bawa sekalian sarapanmu," ucap Jin.

"Sayang. Kookie mau sarapan disini atau ke kamar saja, nak?" Tanya Hyun Jin.

Jungkook menatap wajah ibunya. "Aku sarapan disini saja, Ma!"

"Kookie yakin?" Tanya Hyun Jin lagi. Dirinya benar-benar khawatir akan putra bungsunya.

"Mama tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja. Dan kalian hyungdeul. Kalian tidak perlu terpancing atas ucapan para penipu itu. Biarkan saja mereka bicara semaunya. Lagian apa yang mereka katakan, semuanya itu adalah membuka aib mereka sendiri. Nanti setelah waktunya tiba aku yakin mereka semua akan bungkam," Ucap Jungkook.

Mereka yang mendengar penuturan Jungkook benar-benar bingung. Hanya ada satu orang yang paham akan ucapan Jungkook. Dia adalah Jimin

"Hyung setuju padamu, Kookie. Mereka semua itu penipu. Jadi untuk apa kita mendengarkan ucapan dari seorang penipu," ujar Jimin tersenyum menatap wajah tampan adiknya itu.

Jungkook menatap wajah Jimin. Jimin yang melihat tatapan dari adiknya hanya bisa tersenyum. Lalu Jimin mendekatkan wajahnya ketelinga Jungkook.

"Hyung sudah tahu kalau mereka penipu. Tujuh dari putra wanita murahan itu hanya dua yang putra kandung Paman Eugene. Dan soal kecelakaan itu. Hyung juga tahu bahwa wanita itu salah satu dalangnya," Bisik Jimin.

Mendengar penuturan dari Jimin, sontak hal itu membuat Jungkook membelalakkan matanya dan mulutnya terbuka.

"Sudahlah. Jangan perlihatkan tampang jelek seperti ini. Tambah jelek tahuu," Ucap Jimin sembari mengusap wajah tampan adiknya itu.

Sedangkan Jungkook merengut kesal. Hyun Jin dan para hyung-hyungnya tersenyum gemas melihat aksi Jimin dan Jungkook.

"Ya, sudah. Lebih baik kita mulai sarapannya. Dari tadi semua makanan yang diatas meja ini sudah bergoyang-goyang untuk minta disantap oleh kita," Ucap Rain mencairkan suasana.

Akhirnya mereka pun memutuskan untuk memulai sarapan pagi mereka dengan tenang dan hikmat.

^^^

Setelah selesai sarapan pagi seluruh anggota keluarga Jeon memilih bersantai di ruang tengah. Eugene dan Ki Tae Young berada di kamarnya, sedangkan Jungkook memilih masuk ke dalam kamarnya.

Saat ini Sunggyu sedang melangkahkan kakinya menuju dapur yang ada dilantai bawah karena dirinya sedang haus. Tetapi langkahnya terhenti didepan kamar Jungkook. Sunggyu mendengar Jungkook yang sedang menangis. Sunggyu pun memberanikan diri mengintip kamar Jungkook.

^^^

Jungkook duduk di sofa sembari memegang bingkai foto sang Ayah dan sang Kakeknya. Posisi letak sofa membelakangi pintu kamarnya.

"Hiks.. Papa.. Kakek. Aku merindukan kalian. Kenapa kalian pergi meninggalkanku?" isak Jungkook dan tangannya mengelus bingkai foto tersebut.

"Kakek. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus membongkar semua rahasia ini kepada mereka semua, terutama pada Paman Eugene, Sunggyu hyung dan Dong Woo hyung?"

"Apa? Rahasia? Aku? Papa? Dong Woo?" Ucap Sunggyu pelan.

"Kakek. Aku tidak bisa berpura-pura bertengkar atau berpura-pura membenci Sunggyu hyung dan Dong Woo hyung. Bagaimana pun mereka adalah cucu kandungmu dan putra Kandung Paman Eugene? Tapi kalau dengan Myung Soo hyung, Sung Yeol hyung, Sung Jong hyung, Hoya hyung dan Woohyun hyung aku masih bisa melawan mereka semua. Karena mereka bukan cucu kandungmu dan bukan putra Kandung Paman Eugene."

"Apaa? Ja-jadi kelima adik-adikku itu bukan adik-adik kandungku? Hanya Dong Woo adik kandungku." Sunggyu benar-benar terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Jungkook.

"Kakek.. hiks.. Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan untuk membuat wanita sialan itu keluar dari rumah ini serta membawa kelima putra-putranya itu. Mereka sudah terlalu lama berbuat seenaknya di rumah ini. Perempuan itu sudah terlalu lama menyakiti Paman Eugene dengan kebohongannya. Aku kasihan dengan Sunggyu hyung dan Dong Woo hyung karena mereka menjadi korban keserakahan Ibu tiri mereka. Mereka berdua tidak tahu kalau ibu tiri mereka itu hanya memanfaatkan mereka saja untuk mendapatkan perusahaan CJ GRUP. Setelah ibu tiri mereka berhasil mengambil alih CJ GRUP, mereka berdua akan dibuang begitu saja. Kakek.. hiks.. hiks.."

FLASBACK ON

Sunggyu sedang berada di dalam kamar. Lalu dirinya mendengar suara keributan diluar, lalu Sunggyu pun keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang terjadi.

Saat tiba luar, tepatnya Sunggyu berdiri diatas sembari melihat ke bawa, Ibunya dan kelima adik-adiknya sedang berperang mulut dengan Jimin.

"Sekalian saja kau dan keluargamu jangan kembali lagi ke rumah ini. Ditambah lagi Ayahmu sudah tidak ada di rumah ini. Mungkin saja bajingan sialan itu sudah mati diluar sana. Jadi Ibumu sudah tidak pantas berada di rumah ini!" Teriak Ki Tae Young.

Jimin menghentikan langkahnya. Kedua tangannya mengepal kuat, lalu Jimin membalikkan badannya dan menatap tajam kearah Ki Tae Young. "Kau pikir ini rumahmu, hah?! Kau itu tak lebih dari seorang perempuan jalang yang merayu laki-laki kaya raya yaitu Pamanku agar bisa dinikahi. Setelah itu kau dengan gampangnya menghasut Pamanku dan bersikap seolah-olah kau adalah nyonya rumah dikeluarga ini. Kau itu seorang perempuan tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Kau tidak berhak mengusirku dan keluargaku dari rumah ini. Kau bukan siapa-siapa didalam keluarga ini. Kau dan kelima putra-putramu itu hanya benalu dan juga seonggok sampah yang masuk kedalam keluarga Jeon!" Ucap Jimin lantang.

"Jaga ucapanmu! Berani sekali kau bicara seperti itu padaku. Apa begini caranya Ibumu mendidikmu?!" Bentak Ki Tae Young.

"Orang sepertimu itu pantas untuk dimaki dan dihina. Karena bagiku kau tak layak untuk dihormati dan dihargai. Sekali pun kau itu istri Pamanku," Ejek Jimin.

"Kau...." Ki Tae Young mengangkat tangannya ingin menampar Jimin. Tapi Jimin berhasil menangkap tangannya.

"Kau ingin menamparku? Hahaha. Siapa kau? Kau bukan ibuku. Jadi kau tidak berhak menamparku. Putra-putramu yang sering bersikap kasar pada ibuku dan ibuku tidak pernah menampar atau menyakiti putra-putramu itu. Tapi kenapa saat aku bersikap kasar padamu, kau ingin menamparku..?? Waw..!! Hebat sekali.." Ucap Jimin dengan senyuman menyeringainya.

"Sudahlah. Males berdebat dengan sampah seperti kalian. Lebih baik aku pergi ke rumah sakit melihat adikku. Itu lebih baik. Dan satu lagi. Jangan bawa-bawa ibuku atas sikapku padamu hari ini. Sebelum kau menyalahkan ibuku bagaimana dia mendidik kami putra-putranya, bercerminlah? Bagaimana sikapmu, didikanmu terhadap putra-putramu? Sikapmu bahkan dua kali lebih buruk dari pada ibuku," Ucap Jimin.

Jimin pun pergi meninggalkan Ki Tae Young dan putra-putranya dalam keadaan emosi.

FLASBACK OFF

"Sekarang aku mengerti. Kenapa Kakek menyerahkan semua kekayaannya pada Jungkook? Jadi ini alasan Kakek melakukan hal ini. Brengsek! Aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Mulai hari ini secara diam-diam, aku akan membantu adikku untuk menghancurkan perempuan iblis itu dan kelima putranya. Dimulai dari aku akan mencari bukti tentang kecelakaan yang menimpa Paman Minki, Kakek dan Jungkook. Aku yakin perempuan itu ada hubungannya," Ucap Sunggyu mantap.

Lalu Sunggyu melihat kearah Jungkook yang masih menangis dengan bingkai foto ditangannya. "Maafkan hyung, Jungkook. Maafkan hyung. Hyung berjanji akan membantumu menyelesaikan masalah ini. Kau tidak sendirian ada hyung dan yang lainnya. Termasuk Jimin. Hyung kesayanganmu itu juga sudah mengetahui semuanya," Ucap Sunggyu pelan.

Setelah mengatakan hal itu, Sunggyu kembali kekamarnya berusaha bersikap seperti biasanya agar rencananya berjalan lancar.




*****

Berlanjut

Continue Reading

You'll Also Like

241K 36.1K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.4M 81.4K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
99.1K 6.7K 64
"kisah seorang namja tampan yang tidak di anggap oleh keluarga nya karena kesalahpahaman yang menimpanya " . . . ^Penasaran ? Yuk langsung cek aja...
47.2K 6.8K 47
Sepenggal kisah 7 pemuda yang sering murid SMA Nusa Bangsa sebut 'Sirkel B' Mereka berisik, mereka tidak bisa diam, mereka baik. Penilaian setiap or...