PAYUNG & HUJAN

Oleh melkiiimel

18.3K 2.7K 1.1K

[ TAHAP REVISI ] [ HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] "Suka hujan itu boleh, tapi kesehatan lebih penting." Kata... Lebih Banyak

PROLOGUE
[01] - Payung Biru Laut
[02] - Teman Baru
[03] - Lelaki Berhoodie Hitam
[04] - Si Gunung Es
[05] - Ribut
[06] - Wafer Dua Ribuan
[07] - Pingsan
[08] - Squidward Galak
[09] - Terjebak Hujan
[10] - Rembulan Yang Malang
[11] - Tragedi Mie Ayam
[12] - Ketoprak Bikin Baper
[13] - Nomor Agam
[15] - Elang Prasetya
[16] - Surat Dan Pesan
[17] - Turnamen Basket
[18] - Wacana Akhir Tahun
[19] - Momen Di Villa
[20] - Kenyataan Pahit

[14] - Patah Hati

465 84 10
Oleh melkiiimel

🙊 Re-Mo-Ra 🙈

Kinara Bawel
Sumpah ya tadi Bu Lilis ngeselin banget, gue ga tau lagi nasib nilai gue huawhhh 😭😭😭
16.21 ✔✔

Monara Galak
Emang tadi ngapain?
16.22 ✔✔

Me
Bu Lilis ngadain ujian harian mendadak Mon, aku juga tadi padahal belum belajar huhu T^T
16.22 ✔✔

Kinara Bawel
Lo masih enak Re, pinter mah ga masalah! Lah gue, nilai gue udah anjlok malah makin anjlok, nasib ... nasib ... udahlah gue pasrah denger khotbah akbar dari Mama 😴😴
16.23 ✔✔

Monara Galak
Haha, siap-siap kasih mikropon juga Ra ke Mama lo, biar lo ga ngantuk.
16.23 ✔✔

Kinara Bawel
Pengajian dadakan di rumah gue 😭
16.24 ✔✔

Me
😂😂😂
16.24 ✔✔

Kinara Bawel
Eh Re, gimana tadi? Lo udah dapet nomornya Kak Agam dari Kak Gavin kan?
16.24 ✔✔

Me
Iyupsss! Aku dapet! Aku sampai beliin Kak Gavin pulsa dua puluh ribu buat barter nomor Kak Agam
16.25 ✔✔

Monara Galak
Gavin maning, Gavin maning .. iyyuh, gedeg gue denger nama dia 🐖💨
16.25 ✔✔

Kinara Bawel
Jangan terlalu benci Mon, lo tau nggak, kepanjangan dari benci? Bener-bener Cinta. AWKOAKWKAKW!
16.25 ✔✔

Monara Galak
Najisun.
16.16 ✔✔

Me
Awas jilat ludah sendiri. Ups, ampun mbak Momon 😹😹😽😽
16.16 ✔✔

Kinara Bawel

Wkwk, terus gimana Re kelanjutannya? Lo udah ngechat Kak Agam?
16.17 ✔✔

Me
Udahh, terus Kak Agam maung-maung 🙈
16.17 ✔✔

Monara Galak
Maung-maung gimana?
16.17 ✔✔

Me
Ya gituu, ngomel-ngomel, terus aku ga boleh ngechat dia lagi, bahkan aku di blokir T-T
16.17 ✔✔

Kinara Bawel
Anjirun tuh es balok kejem bener, padahal lo udah barter pulsa buat dapetin nomor dia 😤😤😤
16.18 ✔✔

Monara Galak
Sabar Re, biarin azab yang bales, azab orang yang suka memblokir kontak cewek jenazahnya di blokir sama malaikat 👍
16.18 ✔✔

Me
Ih Mona kok ngomong gitu, jangan dong aku gamau jadi janda 😭😭😭
16.19 ✔✔

Kinara Bawel
Pfft, udah nikah neng? 😱
16.19 ✔✔

Monara Galak
Di alam halusinasi hahaha 👅
16.19 ✔✔

Me
Doain aja jodohku Kak Agam 🙏
16.19  ✔✔

Me
Ih aminin dong jangan di read doang ... 😌😌😌
16.19 ✔✔

Me
Yaudah yang baca ini aja ikut aminin yuk! Yang keras oke?
16.20 ✔✔

Me
AMINNNNN AMINNNNN!!!!
16.20 ✔✔

♡♡♡

Rere berjalan riang di sepanjang koridor menuju kelas dua belas. Di genggamannya terdapat sebuah jaket berwarna merah, jaket milik Agam yang tempo lalu lelaki itu pinjamkan saat mengantar pulang.

Sebenarnya dari kemarin dirinya ingin mengembalikan-nya kepada sang pemilik, namun rupanya jaket itu masih belum selesai di cuci laundry.

Dan untuk hari ini, Rere akan melakukan itu. Eits, sebenarnya tujuan dirinya bukan hanya mengembalikan jaket, alasan utama gadis itu hanya agar bisa bertemu dengan Agam.

Sudah dua hari Rere tak bertatap muka dengan Agam, terakhir kali saat bertemu di gerobak Kang Jul. Ya, sekarang dirinya akan memanfaatkan kesempatan ini dengan iming-iming mengembalikan jaket.

Uh, dirinya begitu rindu!

"Kak Agam, i'm coming yuhuuu!" Jerit Rere girang hingga mengundang beberapa pasang mata yang berlalu lalang menatapnya terheran-heran.

Langkah gadis itu mendadak terhenti di penghujung belokan, lantas bergerak bersembunyi. Nafas Rere teecekat, netranya menangkap lurus sosok yang tak jauh dari tempatnya, lebih tepatnya sepasang manusia!

Di depan sana, ada Agam. Bukannya senang, sorot mata Rere malah berkaca-kaca.

Kalian salah mengira kalau gadis itu tengah speechless alias terharu. Salah besar! Rere menggertakkan giginya, seakan ada yang patah tapi bukan tulang, lubuk hatinya seakan di iris-iris, di tumis, di tuangi cabai — Oke cukup itu terlalu lebay, ah! Intinya Rere sedang dilanda sakit hati.

Kalian tahu apa yang baru saja Rere lihat? Ya, Agam. Bersama seorang perempuan.

Mari kita ulangi sekali lagi biar makin dapet feel sakit hatinya. Agam lagi bersama seorang perempuan! Lagi sama perempuan, SEORANG PEREMPUAN! C.E.W.E.K!

Oke, itu sebenarnya hal yang wajar. Namun, berbeda dengan konflik Rere, menurutnya ini bukan lagi sesuatu yang remeh. Dari balik tembok, ia mendapati Agam memberikan bunga pada perempuan itu. Ya, sebuah bunga, cantik sekali.

Rere mengucek matanya, lantas mengerjap beberapa kali memastikan semua itu hanyalah halusinasi. Semuannya nyata. Dan perempuan itu, Jihan. Kakak kelas anggota PMR yang beberapa hari lalu menolongnya.

Jangan ditanya lagi, jelas Rere cemburu! Amat nyesek!

Ingin melangkah kesana untuk melabrak keduanya, kedua kaki Rere mendadak lemas, nyali gadis itu telah menciut.

Sebenarnya, ada hubungan apa antara Agam dan Jihan?

"Kak Agam ... Kenapa jahat banget sama aku?" Lirih Rere tak kuasa menahan rasa sesak di dadanya.

Apa selama ini, dirinya memang tak ada artinya dimata Agam?

Tak mau semakin nyesek, Rere berbalik badan berniat untuk kembali ke kelas. Hati yang bak piring antik itu telah jatuh dihancurkan berkeping-keping.

BRUK!

"Awh!"

"Eh, bocil!" Amuk lelaki yang barusan saja tertubruk dengan tubuh Rere. Rere yang memang tubuhnya mungil, mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat orang tersebut.

"Kak Gavin?"

Gavin mendengus, "adik manis kalau jalan yang bener ya, jalan kok kayak ga punya kehidupan. Lemes banget."

Tak mau menggubris, Rere menyodorkan jaket milik Agam pada Gavin. "Kak, tolong kembaliin ini ke kak Agam ya, salamin juga buat dia."

Gavin menyerngit bingung, ada yang aneh nih! "Jaketnya Agam? Kok ada di lo? Kayaknya ada yang habis —"

"Jangan banyak tanya deh Kak, kasih aja ke dia." Ketus Rere, sensi amat neng!

"Heran aja gue, tumben gitu. Biasanya lo girang banget ketemu Agam, kenapa nggak kembaliin sendiri?"

Wajah Rere tampak muram, tak seceriah biasanya. Dan bungkamnya gadis itu, ini aneh sekali menurut Gavin.

"Lo ada masalah sama Agam ya? Habis ditolak doi? Atau diselingkuhin?" Tebak Gavin yang sayangnya benar.

Rere menundukkan kepala hingga helaian rambut menutupi raut wajah, air matanya sudah di ujung pelupuk akan tumpah dalam hitungan detik. Kata-kata Gavin membuat luka di hati Rere semakin lebar.

"Hiks, hiks ... HUAWWWHHH!" Lantas berlari kencang meninggalkan Gavin yang cengo kebingungan.

"Astagfirullahaladzim, kenapa sia bocah malah mewek?" Gavin mengelus dadanya terheran-heran, apa yang ia katakan itu benar? Satu kuncinya, mari tanyakan kepada sang narasumber utama!

♡♡♡

"Agam!"

Yang dipanggil menoleh, Agam mendapati Jihan yang berlari ke arahnya. Keningnya berkerut kala gadis itu membawa sebuket bunga. Lagi kasmaran tuh anak?

"Apa?"

Jihan nyengir saat sudah dihadapan Agam, "gapapa, cuma mau pamer sih hehe. Nih lihat, gue dapet bunga ini dari wali kelas karena gue menang cerdas cermat hari lalu. Lo, ada nggak?" Songong Jihan. Berpose menjengkelkan untuk membuat Agam iri padanya.

"Pfft," Agam menahan tawanya. Bukan hal baru lagi jika dia mendapati sifat menyebalkan rivalnya itu, memamerkan segala kemenangan seolah Jihan-lah satu-satunya murid paling hebat.

"Ch, bunga doang aja bangga." Remeh Agam, "di kebun rumah gue banyak, tinggal petik. Mau berapa lo?"

Jihan mencebik, mendorong lengan Agam dengan kesal. "Beda lagi konsepnya woy! Beda perjuangan, beda feel, beda pokoknya! Gue dapet karena prestasi, lo metik bunga, ih apaan banget. Merusak alam."

"Lah bunga yang lo pegang, produksinya metik dari mana? Ga merusak alam tuh?"

Jihan menggeram frustasi, susah memang berbicara dengan Agam. "Ih lo ya, dari dulu nyebelin banget! Bilang aja lo iri dengki bin sirik karena kemarin ga diikutin cerdas cermat!"

Agam memutar bola matanya, "sorry, udah sering, males."

"Belagu ya lo, besok gue kalahin lo di olimpiade bulan depan, lihat aja." Oke, jangan lupakan fakta mereka yang selalu adu debat prestasi.

"Bulan depan udah mau lulus, mana boleh kita ikut begituan. Pe'a!"

Jihan termenung sejenak, "iya juga ya. Ga nyangka, udah mau lulus."

Agam berdeham, "syukur sih, bentar lagi ga ketemu lo terus, eneg gue."

"Anying? Ngajak gelut sia?!"

"Ngegas mulu lo, Han."

"Bahan bakar gue banyak! Lo nyulut api, minta disembur?" Cerca Jihan tak terima, adu otak plus adu mulut sepertinya sudah menjadi tradisi mereka berdua. Kesal, Jihan memukul tubuh jangkung Agam dengan buket bunga besar di tangannya.

"Aw, aw, Han!"

"Rasain lo!"

Perdebatan terus berlangsung di koridor depan kelas, Agam yang menjadi korban kekerasan sepihak itu menampik buket bunga yang terus-terusan menghantamnya untuk berhenti.

"Tuhkan jatoh! Ambilin!" Titah Jihan.

Agam melotot tak sudi, "enak aja. Gue siapa lo? Lo sendiri yang mulai."

"Tapi lo yang nampol sampai jatoh!"

Agam memijat pelipisnya yang pening menanggapi gadis seperti Jihan. Sabar Gam, sabar. Jihan dari kecil selalu ngeselin, jangan heran lagi.

"Cewek kenapa selalu ribet, sih?" Mengalah, Agam bergerak mengambil buket Jihan yang terjatuh, lantas memberikan kembali pada pemiliknya. "Puas lo?"

Jihan mengambil buketnya dengan sarkas, lalu memeletkan lidah mengejek. "Nggak, tuh!"

"Ck, pergi sana lo."

"Apasih sok —"

"Ada ape nih ribut-ribut kok ga ngajak," nimbrung Gavin yang tiba-tiba datang nongol. Memang seperti jailangkung dia.

"Ngikut ribut lo? Sini, gue ketekin!" Tantang Jihan, mengangkat lengan ketiaknya tinggi-tinggi.

"Bau bangke!" Gavin bergidik sembari mengapit kedua lobang hidungnya. "Idih, apaan tuh bawa bunga segala, lagi ngelayat buk?"

"Ngelayatin mayat lo! Sembarangan aja, ini bunga hadiah dari wali kelas buat gue, bunga mahal nih, ada segelnya!"

"Hilih, palingan metik kembang orang, iye ga?" Gavin cekikikan tak percaya.

"Metik di taman gue itu Vin, segelnya gambar sendiri." Timpal Agam.

"Arghh, bener-bener ya lo berdua! Bye, bisa hipertensi mendadak gue ngurusin kalian melulu!" Jihan yang frustasi pun akhirnya pergi dari hadapan dua spesies makhluk yang membuatnya hampir darah tinggi.

"Absurd bener dah tuh cewek, dia duluan yang ngeselin." Gerutu Gavin.

Agam menghela napasnya, "ngikut ga lo?"

Gavin mengerjap, "hah? Kemana? Ngelayat sama Jihan?"

"Bukan," Agam menarik napasnya untuk lebih sabar, "nanti pulsek gue ke gym. Mau nggak? Kemarin lo bilang pengen punya badan kayak Spongebob."

Mata Gavin berbinar, membayangkan badan kekar impiannya jika pergi ke gym. "serius lo? Mau gue, mau!"

"Oke, deal."

♡♡♡

"Kenapa di tinggal, hahh?!" Tampak Gavin yang ngos-ngosan mengatur nafasnya, lelaki itu baru saja berlari masuk dari pintu depan gedung gym. Gavin mengamuk karena Agam yang meninggalkan dirinya tanpa aba-aba penjelasan.

"Lo modol, lama banget." Kata Agam tak mau tau. Sudah di jemput, malah buang air besar, bisa berabad-abad Agam menunggu, males sekali. Mendingan di tinggal aja, iya gak?

"Ya namanya juga lagi buang hajat, harus dihayati dong!" Gavin menaruh tas selempangnya, lantas mulai merenggangkan ototnya, sepasang netra binar lelaki itu bergerak mengedar mengamati isi ruang gym, cukup banyak orang yang menggeluti alat-alat disini.

"Berasa jadi atlet gue, Gam. Dateng ke tempat beginian." Bangga Gavin, setelah sekian lama akhirnya dia menapakkan kakinya di tempat ini.

"Baru juga pertama kali," celetuk Agam. Lelaki itu berdiri di atas treadmil, lantas mulai mengatur dengan kecepatan sedang. Agam berlari kecil di atas sana, Gavin hanya berdiri melongo mengamati Agam yang lihai menguasai treadmil.

"Lo mau lihatin gue terus sampai selesai? Sana cobain alat yang lain!" Ketus Agam tak habis pikir.

Gavin meneguk ludahnya, mengamati alat-alat berat lainnya. "Kalau yang buat lengannya kayak herkules, pakai yang mana?"

Agam menunjuk dengan dagunya, barbel berukuran jumbo di sisi kirinya.

"Ngangkat doang?" Tanya Gavin lagi dan diangguki Agam. Lantas terkekeh remeh, "cuma segini? Gampang!"

Gavin merenggangkan ototnya dengan songong, lalu mulai mengangkat barbel jumbo di hadapannya. Sepuluh menit berlalu, namun benda itu tetap setia di tempatnya.

"Haha, kok ga gerak?" Heran Agam sembari tertawa renyah. Melihat Gavin yang begitu berusaha mengangkat barbel berukuran jumbo itu dengan wajah seperti orang sedang menahan berak. "Awas cepirit di celana."

Gavin menghempaskan tangannya, mengatur nafasnya yang tersenggal. Ia menyerah! "Sialan, sok ngambek nih barbelnya ga mau diangkat gue."

"Badan lo kayak krupuk mlempem gitu, makanya sering olahraga dong," Agam turun dari treadmil, meraih dua barbel ukuran kecil dan memberikannya pada Gavin. "Pakai ini dulu."

Gavin menyeka keringatnya, "bilang daritadi dong kalau ada versi kecil!"

"Katanya yang jumbo gampang? Ya udah."

Gavin mencebik, baiklah ia mencabut omongannya tadi. Gavin menyahut barbel kecil yang diberikan untuknya, lantas menggerakkannya naik-turun.

"Gue buktiin nih sama dunia, khususnya buat si cewek macan. Camkan, kalau gue bukan lagi cowok lembek. Tunggu aja pembalasan gue!"

Ting!

Ponsel Agam bergetar singkat di balik saku celana trainingnya, tangan kanan lelaki itu bergerak mengambil. Keningnya berkerut membaca sederet pesan terpampang di layar ponsel.

+62 888-XXXX-XXXX
Kak, mkasih atas jaketnya kmarin. Udah blik di tngan Kk blum? Tdi udh ak titipin ke Kk Gavin. Maaf, ak g sempet kmbaliin sndiri.
14.11 ✔✔

Agam termenung sejenak, menebak siapakah sang pemilik nomor tak dikenal itu. Lalu jaket apa yang dimaksud? Sejak kapan ia meminjamkan jaket pada seseorang? Lima detik, Agam mendecak, yakin sekali kalau itu Rere.

Agam ingat, hari lalu pernah meminjamkan jaket pada gadis itu. Memang nomor Rere belum Agam simpan, pantas kalau ia hampir tak mengenalinya.

Agam melirik ke arah Gavin yang masih bergelut dengan alat-alat olahraga, "Vin, lo dititipin jaket?"

"Hah? Jaket apaan? Hosh .. hosh .." Heran Gavin tak fokus, menghentikan kegiatannya sejenak.

"Mm, lo hari ini ada nerima jaket nggak?"

"Jaket?" Gavin mengusap dagunya tampak mengingat, "oh ya! Rere tadi kasih jaket punya lo ke gue, lupa gue!"

"Mana?"

"Di rumah hehe, ntar deh gue ambilin." Cengir Gavin. "Rere ngechat lo?"

Agam berdeham, mengangguk singkat. Sedetik kemudian menaikkan alisnya menatap Gavin curiga, "kok lo tau Rere ngechat gue? Gue belum kasih tau soal dia punya nomor gue, jangan-jangan lo yang —"

"Ng-nggak kok! Gue cuma nebak-nebak, emang bener ya? Sejak kapan dia punya nomor lo?" Gavin meneguk ludahnya, mampus dia kalau ketahuan!

Agam menghela napasnya, "kemarin. Terus, dari siapa dia tau nomor gue ya?"

"Wow, mana gue tau haha .." Gavin tertawa hambar, keringat dingin rasanya. Alamak! Harus alihin topik secepatnya nih, "Gam, tadi waktu ketemu si Rere, mukanya asem banget loh. Heran gue lagi, dia yang ga mau kembaliin tuh jaket sendiri ke lo, secara dia kan girang banget kalau ketemu lo."

Agam mendesis, "terus apa peduli gue?"

"Yah! Ini nih, yang bikin Rere kecewa. Gue mencium bau-bau sesuatu, lo habis selingkuh ya?"

"Selingkuh apaan?"

"Mana gue tau! Pas gue tanya tentang itu, dia makin mewek. Fiks, ini ada hubungannya sama lo. Kasihan Gam, batu sekeras apapun tuh bakal terkikis, apalagi hati cewek yang lembutnya kek pantat bayi." Cerocos Gavin menggebu. Ahlinya cewek nih, tapi sampai sekarang kok masih jomblo?

Agam tak mau menggubris kicauan temannya itu, kembali berlari di atas treadmil dengan kecepatan ekstra.

Selingkuh? Hal gila macam apalagi itu?

- TBC -

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

781K 10.9K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
521K 19.6K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.6M 36.3K 16
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...