For A Love

By salsazulfah

66.8K 2.9K 348

Maaf atas harapan yang terlalu besar kutitipkan hanya kepada seorang manusia. Semuanya telah usai, bahkan kit... More

one
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty one
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Seven
Twenty Eight
Twenty Nine
Thirty
Thirty One
Thirty Two

Thirty Three

333 12 7
By salsazulfah

Aku sendiri sekarang, semesta sudah membawanya pulang.

Ketika Bintang sedang berada di ruangan Bulan, Bundanya datang menyampaikan kabar yang Bintang tunggu tunggu sejak lama, Steffinya sadar.

Bintang berlari keruangan Steffi, setelah dibukanya pintu, ternyata benar, mata cantik itu sudah terbuka, walau mungkin masih sangat lemah untuk bicara.

"Aku datang, maaf nggak ada disaat kamu buka mata untuk pertama kalinya setelah sekian lama."

Steffi diam, ia tahu gadis itu tersenyum, tipis sangat tipis, Bintang berdiri disamping papanya Steffi, sedangkan Bunda di sebelah mamaya Steffi, terlihat jelas raut bahagia Mama Steffi saat melihat anak gadisnya itu bangun.

"Ma.." Ujarnya pelan dan terbata

"Iya kenapa kamu mau apa sayang?" Jawab sang mama sambil mengelus puncak kepala anak bungsu yang sudah jadi anak tunggal sekarang.

"Temenin aku ya."

Sang mama tersenyum lalu mengangguk mantap, "Pasti sayang, kamu harus sembuh."

"Abang dimana?"

Semuanya saling menatap, kenapa Steffi bertanya secepat itu, mereka tak tega harus mengatakannya pada Steffi yang baru saja bangun dari tidur panjangnya.

"Raina sayang, kamu jangan banyak bicara dulu ya, kamu belum kuat, kamu istirahat saja kami akan terus disini." Ujar sang papa, ya papanya memang senang memanggil Steffi dengan sebutan Raina.

"Abang udah pergi ya." Tanya Steffi mengacuhkan perintah dari papanya, sedangkan orang yang berada disana sudah menahan tangisnya, darimana Steffi tahu perihal David.

"Pergi kemana sih sayang?" Ujar papa yang masih mengelak.

"Kembali ke rumahnya Tuhan."

Mamanya sudah tak kuasa menahan tangis saat mendengar Steffi bicara, pelan tapi begitu menyakitkan, ia memeluk tubuh Steffi erat.

"Aku kira, itu cuman mimpi."

"Kamu jangan ya sayang, kamu disini aja sama mama."

"Aku ketemu abang, dia pamit ke aku, waktu aku bilang mau ikut abang, jangan dulu, abang suruh aku buat bilang maaf kesemua orang yang kenal abang, abang juga bilang, katanya kasih tau mama papa jangan sedih ketika dia pergi, dia ingin melihat kita tersenyum, Ma, Pa, tersenyumlah untuk Bang David, seperti aku."

Bukannya senyuman yang Steffi lihat, tentu saja air mata, papanya yang tak pernah Steffi lihat menangis, untuk pertama kalinya terlihat menyeka air matanya, perih sekali rasanya melihat kakak beradik ini.

"Steffi capek, Aku mau istirahat dulu ya." Ujarnya tersenyum yang segera dibalas gelengan oleh sang mama.

"Nggak, kamu jangan tidur ya sayang, mama takut, tolong temani mama." Mamanya berusaha tersenyum padahal airmatanya masih berjatuhan.

"Mama jangan takut, Steffi hanya lelah ingin tidur, Aku ingin bertemu Bang David lagi ketika tidur."

***

Steffi terbangun dari tidurnya, dan tersenyum tipis ketika melihat dengan setianga Bintang tidur disamping sambil terduduk, Steffi tahu pasti itu sangat pegal.

Tangan Steffi yang tanpa infusan erat digenggamnya, dengan tangan yang lain Steffi berusaha mengelus rambut laki laki yang ia rindukan selama ini, dan, ya, Bintang terbangun.

"Hai sayang, kamu ngapain bangun tengah malem gini? Tidur lagi aja ya."

"Nggak, nanti aja."

"Mama dan Papa dimana?"

"Tadi mama kamu sedikit pusing, akhirnya dianter papa buat periksa."

"Bintang."

"Iya Stef."

"Jagain orang tua aku seperti kamu jagain bunda ya."

"Kok kamu ngomong gitu sih? Kamu anaknya yang lebih pantas jagain orang tua kamu, cepet sembuh makanya biar bisa jagain orang tua kamu."

"Kamu bisa panggil Rendy untuk kesini?"

"Buat apa Stef? Ini tengah malem kasian Rendy."

"Aku mohon."

Bintang mengalah, ia menelfon Rendy, dan bilang bahwa Steffi ingin bertemu dengannya.

"Terimakasih Bintang."

"Bintang, kalau nanti suatu saat kamu menemukan apa yang seharusnya kamu dapatkan, jangan lupain aku ya, tolong simpan sedikit aja memori tentang kita."

"Kamu ngomong apasih sayang? Aku sudah menemukannya, itu kamu Steffi."

"Bukan aku Bin, dengan siapapun kamu nantinya aku harap kamu bahagia. Selalu jadi Bintang yang aku kenal, kamu hebat, kamu bagian terbaik dalam hidup aku, jaga diri kamu baik baik jangan lupa makan, kejar impian kamu, maaf kalau nantinya mungkin bukan aku yang menjadi penyemangat di setiap capek dan jatuhnya kamu."

Bintang mencium tangan Steffi lama, tak terasa, air matanya turun membasahi tangan pucat milik gadisnya itu.

"Akan selalu kamu Steff, selalu kamu sampai kapanpun."

"Bintang yang aku kenal adalah yang nguatin aku, nggak nangis seperti ini. Aku hanya menyampaikan apa yang ada di otak aku aja kok."

"Steffi, aku bahagia bisa dikasih kesempatan untuk menyimpan hati aku di kamu hingga detik ini, aku sudah menyimpan seluruhnya di kamu, jadi aku mohon jangan pergi, ketika kamu pergi itu artinya kamu juga bawa sepenuhnya hati aku."

Steffi tersenyum lemah, hendak menjawab tapi Rendy sudah datang, terlihat jelas raut wajah Rendy sangat bahagia melihat Steffi yang sudah sadarkan diri,

"Hai Ren, gue kangen lo." Ujar Steffi ketika melihat kedatangan Rendy.

"Gue juga, cepet sembuh ya nanti gue borong 1 pabrik ice cream deh buat lo."

Steffi tertawa sedikit, "Rendy, lo pokoknya harus selalu akur sama Bintang ya, jangan sakitin Fika juga."

"Serius banget sih lo Stef." Ujar Rendy sedangkan Bintang tak ikut dalam percakapan mereka, ia masih sibuk menggenggam tangan Steffi, entah, perasaannya benar benar tak enak.

"Gue seneng, kita kumpul kaya gini, sampein ke Adara Wulan dan temen temen lain, gue sayang mereka gue minta maaf."

Orangtua Steffi tiba dengan membawa 1 plastik kecil yang berisi obat untuk mamanya, mereka tersenyum melihat Steffi terbangun.

Tiba tiba Steffi memegangi kepalanya yang sangat amat terasa sakit, semua orang panik melihat keadaan Steffi.

"Ma pa sakit."

"Iya Rain, papa panggil dokternya."

"Tunggu." Steffi menahan pergerakan papanya dengan suara.

"Aku mau kalian tetep disini, temani aku. Bintang, kalau aku pulang, tolong bilang dokter aku mau kasih jantung aku buat Bulan ya, jangan lupa. Aku ingin pulang, rumahku itu bersama Bang David, dia nungguin aku. Kalian orang orang yang bikin hidup aku bahagia, terimakasih banyak. Tersenyumlah untuk aku dan Bang David."

Pecah sudah.

Ruangan itu persis seperti situasi di ruangan David kala itu. Steffi Raina Hussain, sudah memilih untuk meninggalkan semuanya di dunia. Tak ada yang bisa menguatkan disana, semuanya menangis, Rendy menangis sambil meminta dokter datang sedangkan yang lain sibuk mengguncang tubuh Steffi agar ia bisa bangun.

Tapi nihil, Steffi sudah benar benar pergi, bahkan Bintang kini tak mampu berkata apa apa lagi, lidahnya kelu, menangispun tak bisa, rasanya air mmatanya sudah mongering,

Bintang sesekali berusaha untuk menganggap ini sebagai sebuah hayalan, tapi tidak sama sekali, lagi lagi dia seperti didorong oleh kenyataan bahwa kekasihnya telah pergi.

Tak ada lagi gadis manja dan cerewet di hidupnya, tak ada lagi rambut panjang yang selalu ia inginkan, tak ada lagi makanan yang Steffi kirimkan untuknya, tak ada lagi senyuman manis yang selalu Bintang butuhkan setiap harinya. Dia kehilangan gadis cantiknya, Steffi Raina Hussain.

Bintang tahu setiap kata datang selalu diikuti kata pergi, bintang tahu bahwa pertemuan memang ditakdirkan sebelum perpisahan, tapi apakah secepat ini? Sudah tak ada lagi kisah anak SMA antara Bintang dan Steffi, bukunya sudah mencapai halaman akhir. Bintang kira, masih banyak halaman yang belum ia baca, tapi nyatanya ia sudah berada di halaman terakhir.

Teruntuk kamu, semestaku.

Kamu pergi meninggalkan begitu banyak kenangan membekas

Aku tak tahu

Bisakah nanti aku bertemu gadis sepertimu, lagi?

Kepergianmu begitu menyisakan luka

Untuk menyesali waktu pun aku tak bisa

Aku sendirian, dan kamu hanya bayangan

Tak bisakah kembali menjadi kenyataan?

Teruntuk Steffi Reina Hussain

Akan ku bawa kamu dan segala kenangannya kemanapun aku pergi

Untuk selalu membuatku yakin, bahwa Tuhan pernah memberiku satu bidadarinya walau sebentar.

Tunggu aku di keabadian, sayang.

Kenangan akan selalu menjadi sebuah kenangan, tak bisa terulang. Biarkan cerita ini menjadi buki tulisan betapa besarnya rasa cinta dua insan yang bahkan tak dipertemukan sebelumnya. 



The End

Vote and Comment gaise

Continue Reading

You'll Also Like

128K 1.7K 46
Can Request EXO Only .. ♥ 감사합니다 ... 엑소 파이팅 !
973K 51.4K 40
Bagaimana jika kalian sudah dijodohkan dengan seorang mafia? Tidak tidak, bukan cowonya yang seorang mafia, tapi cewenya. Tidak selesai sampai di si...
157K 7.1K 56
Locution Tentang Carla, si gadis ceroboh yang menyukai Delfan, manusia setengah es.
49.2K 2.2K 53
"Sebuah kisah cinta yang tak selalu berujung dengan kebahagiaan" Terkadang, cinta memang butuh perjuangan dan pengorbanan di dalamnya. Banyak lika li...