Confusing {HyunLix}

By hjlixie

16.1K 1.7K 538

Punya pacar kaya Hyunjin itu bikin Felix bingung sendiri Hyunlix area BxB/ BoysLove/ BL / AU Bahasa amburadul... More

introduction
dos
Tres
cuatro
cinco
seis
siete
ocho

uno

2.6K 251 45
By hjlixie

Di dalam sebuah ruangan yang penuh dengan rak dan buku yang tersusun rapi, seorang lelaki manis tengah duduk di sudut ruangan sambil menatap buku tebal yang terbuka di hadapannya, tampak sangat fokus.

Jari-jari mungilnya memainkan pulpen dan sesekali ia menggigit ujung pulpen dengan dahi mengerut serta bibir mengerucut maju, menandakan ia sangat fokus saat ini. Jika ia paham, ia akan mengangguk-angguk lucu hingga membuat rambutnya yang berwarna soft-purple ikut bergerak-gerak.

Siapapun yang melihatnya pasti akan menggigit jari melampiaskan rasa gemas.

Felix menegakkan kepalanya saat ponselnya bergetar dua kali. Ia merogoh tas dan mengeluarkan ponsel. Ada pesan dari sang kekasih membuat senyumnya langsung terkembang.

Hyunjin-ie❣️

Lix, hari ini pulang bareng jisung ya
Gua ada acara bareng Kak Chan sama si boncel.

Felix terdiam. Senyumnya perlahan memudar setelah membaca deretan kalimat yang dikirimkan Hyunjin. Padahal Hyunjin sudah berjanji akan pulang bersama hari ini dan membelikannya es krim.

Oke, hati-hati ya^^

Hyunjin-ie❣️

Hm

Setelah membaca balasan dari Hyunjin, Felix memasukkan ponselnya ke dalam tas. Ia mencoba untuk berpositif thinking, mungkin saja ini acara yang di maksud Hyunjin sangat penting dan mendadak hingga ia memilih membatalkan janjinya.

Tapi, kenapa Hyunjin tidak meminta maaf kepadanya? Apakah Hyunjin benar-benar lupa? Tahu begini, Felix lebih baik pulang daripada harus menunggu satu jam seperti ini di perpustakaan.

Felix ingin marah, tapi ia segera menggelengkan kepala. Ada baiknya juga ia menunggu disini, karena ia bisa sekalian meminjam buku untuk membantunya membuat tugas.

Mata Felix kembali tertuju kepada buku, tapi fokusnya sudah hilang. Kini pikirannya dipenuhi oleh Hyunjin, Hyunjin, dan Hyunjin.

Jujur saja, Felix masih belum mengerti dengan kepribadian Hyunjin walaupun mereka sudah berpacaran selama satu tahun setengah. Bagi Felix, Hyunjin itu seperti puzzle yang masih acak, harus disusun agar ia mengerti.

"Hyunjin.. Beneran lupa ya?" gumamnya pelan.

Merasa sudah tidak bisa fokus, Felix memutuskan untuk pulang. Ia mengemasi buku-bukunya dan merapikan penampilan. Setelah itu ia beranjak menuju meja penjaga perpustakaan untuk menyelesaikan urusan peminjaman buku.

Lelaki berwajah manis itu keluar dari perpustakaan. Ia mencoba menghubungi Jisung untuk diajak pulang bersama. Namun ponsel Jisung tidak bisa dihubungi, dan Felix beralih menghubungi Seungmin.

Sahabatnya itu dengan menyesal mengatakan bahwa ia tidak bisa pulang bersama Felix karena ia ada urusan dengan klub jurnal, atau mereka bisa pulang bersama dengan Felix yang harus menunggu satu jam sampai urusan Seungmin selesai.

Felix menghembuskan nafas. Ia hanya ingin segera pulang untuk istirahat, oleh karena itu ia menolak usulan Seungmin.

Hari ini sepertinya ia akan pulang sendiri. Sebenarnya tidak apa-apa jika ia pulang sendirian, tapi Felix tidak suka karena tidak akan ada yang ia ajak berbicara.

Setelah memasang headset di telinganya, Felix melangkahkan kaki meninggalkan kampusnya. Lelaki manis itu memutuskan untuk pulang dengan jalan kaki yang akan memakan waktu sekitar dua puluh menit. Tidak apa-apa, sesekali dia juga ingin menikmati suasana sore hari dengan pulang tanpa bus.

Ia membeli satu cone es krim dan memakannya sepanjang perjalanan. Sesekali mulut mungilnya bersenandung mengikuti irama yang ia dengar.

"Enak gini. Sayangnya Hyunjin gak ada buat nyobain juga" gumam Felix pelan.

"Hoy, manis"

Langkah Felix otomatis berhenti melangkah saat melihat tiga pria bertubuh tinggi kekar, wajah menyeramkan serta mengenakan kaus hitan tanpa lengan sehingga menampilkan lengan bertatto menghadang langkahnya. Mata mereka menatap Felix intens seolah tatapan itu bisa menguliti lelaki manis tersebut.

Kakinya bergerak mundur perlahan tanpa perintah.

"Ke- Kenapa?" cicit Felix. Es krimnya yang tinggal separuh terjatuh ke tanah begitu saja, tapi Felix tidak peduli lagi.

Melihat ekspresi Felix, ketiganya tertawa puas. Mengerti sekali jika lelaki manis tersebut ketakutan saat ini.

"Gak perlu takut, adik manis. Kami gak bakalan macam-macam asal lo gak ngelawan" ujar salah satu dari mereka.

"Jangan ganggu aku. Aku ingin pulang" ucap Felix.

"Boleh. Lo boleh pulang-" salah satu dari mereka maju mendekati Felix yang sudah gemetar karena takut. "-setelah lo nyerahin dompet lo, tentunya" pria menyeramkan itu menyentuh dagu Felix lalu tertawa.

Felix menepis pelan tangan kasar itu, ia tidak suka disentuh. Dirinya memang penakut, namun percayalah ia sudah mendapatkan sabuk hitam dalam taekwondo. Hanya saja ia tidak mau menggunakannya karena takut akan melukai orang lain.

"Minggir"

"Serahin dompet lo dulu"

"Gak bakalan!" tegas Felix walaupun suaranya terdengar bergetar.

"Ayolah, kami gak pengen ngelukain wajah manis lo ini. Serahin dompetnya dan lo bisa pergi" bujuk mereka.

"Gak bakalan! Pergi sebelum kalian terluka!" gertak Felix. Matanya mulai menyorotkan tatapan galak namun mereka tidak merasa ketakutan sama sekali, mereka malah tertawa seolah Felix sedang melucu saat ini.

"Jangan galak gitu dong beb, makin lucu aja" sebuah tangan bergerak hendak meraih dagu Felix.

Tap!

Felix menahan tangan tersebut dan langsung memelintirnya kebelakang, menimbulkan erangan kesakitan dari si pemilik tangan. Kedua temannya tampak kaget melihat gerakan tak terduga dari lelaki manis tersebut.

"Udah gue bilang 'kan, pergi sebelum kalian terluka" desis Felix tajam.

Mood-nya sedang tidak bagus dan mereka malah mencari masalah dengannya.

"Lepas anjing! Aakh- Sakit!"

Felix mendorong kasar lelaki yang ia pelintir dan segera ditahan oleh kedua temannya. Tatapan tajam mereka terarah pada Felix yang sedang menepuk-nepuk pelan kedua tangannya seolah sedang membersihkan debu.

"Berani banget lu nyakitin temen gue? Dikasih lembut malah minta kasar" dengus salah satu dari mereka.

"Sorry? Gue juga ga minta lo bertiga lembut ke gue. Mendingan lo cari target lain, lo salah target"

Felix bermaksud melanjutkan langkahnya namun lenganmya ditarik kasar dan sebuah pukulan mendarat di pipinya.

Sakit. Felix merasakan sudut bibirnya luka dan rasa besi menyapa indera pengecapnya.

"Habisin aja ini bocah" perintah lelaki yang tangannya terpelintir tadi. Tatapannya penuh dendam terarah kepada Felix.

Sementara itu si lelaki manis diam-diam menyiapkan dirinya. Sungguh dia tidak ingin menggunakan kemampuannya tapi sekarang sepertinya ia harus karena ini menyangkut keselamatannya.

Perkelahian tidak terelakkan. Tiga banding satu. Walaupun Felix itu sudah sabuk hitam, tetap saja ia kewalahan karena mereka bertiga memiliki badan yang lebih besar ketimbang Felix. Apalagi mereka bertiga.

Felix sudah mendapatkan luka di wajahnya. Sudut bibirnya robek, pelipisnya terluka. Pinggangnya terasa nyeri akibat tendangan salah satu dari mereka.

"BANGSAT APA-APAAN LO MAIN KEROYOKAN SAMA ADEK GUE?!"

Felix yang hampir menyerah langsung menoleh ke sumber suara. Disana ada Minho yang merangsek maju, memukul dengan membabi buta preman yang akan melayangkan pukulannya pada Felix untuk kesekian kalinya.

"Beraninya keroyokan, cuih! Anjing!" Minho meludah ke preman yang sedang berada dibawah kakinya.

Matanya berkilat penuh amarah. Felix baru saja ingin menenangkan, tapi kakaknya mendadak mengalihkan pandangan pada sang adik membuat Felix tergagap.

Minho memungut tas beserta headset Felix yang tercecer begitu saja di tanah. Lalu tangannya menyeret Felix naik ke dalam mobil, meninggalkan preman yang sudah terkapar begitu saja di tanah.

.

.

.

.

Minho melirik adiknya yang terduduk di ruang keluarga sambil memeluk tasnya. Si sulung Lee meletakkan kotak P3K dan duduk di sebelah adiknya.

"Lix, hadap sini bentar"

Felix ragu-ragu memutar badan ke arah kakaknya. Ia tidak berani menatap Minho, oleh karena itu ia mengalihkan pandangannya ke karpet berbulu yang ia pijaki.

"Sini kakak obati dulu lukanya" ujar Minho lembut. Tas yang di peluk ia jauhkan dan wajah Felix ia arahkan agar bisa berhadapan dengannya.

Minho merasa bersalah melihat luka tersebut. Adik kesayangannya terluka, dan itu membuatnya merasa gagal menjadi seorang kakak.

"Maaf ya Lix, kakak ga bisa jagain kamu" Lino menunduk sebentar.

"Kak... Ini bukan salah kakak, harusnya aku yang minta maaf karna udah lukain orang lain" cicit Felix.

Minho mendengus mendengar ucapan adiknya.

"Kamu cuman melindungi diri, dan itu udah bener. Gak usah dipikirin, kan bukan kamu yang mulai" jawab Minho kemudian mengangkat dagu adiknya.

"Sial, adek gue jadi luka gini" gumamnya.

Minho mulai membersihkan luka sang adik. "Hyunjin kemana? Tumben gak nganterin?"

"Uhm.. Akh- Sakit kak.." Felix meringis.

"Cowok harus tahan sakit, Lix"

"Iya deh" Felix merengut. Minho dengan gampang mengatakan itu karena bukan dia yang berada diposisi itu. Padahal Minho itu terantuk meja saja kadang langsung menangis. Cih.

"Hyunjin lagi ada urusan sama Kak Chan dan Kak Changbin" Felix melanjutkan ucapannya.

"Setidaknya dia ngantar dulu bisa 'kan?" Minho tidak terima dengan alasan itu.

"Gapapa kak. Aku gak mau dia ketinggalan nanti" sahut Felix.

"Trus kenapa gak bareng Seungmin atau Jisung?"

"Aw- Mereka ada urusan masing-masing. Ish- Sakit kak!" Felix melotot saat Minho menekan luka di sudut bibirnya.

Perih bro, rasakan saja sendiri kalau kalian penasaran.

"Lain kali kalau pulang sendiri bilang kakak ya" ujar Minho.

"Aku cowok kak, masih bisa jaga diri" sahut Felix menolak ucapan kakaknya.

"Ya, kamu cowok. Tapi lihat, tetep aja kamu luka-"

"Luka biasa buat cowok kak. Udah ah, aku pengen istirahat" Felix meraih tasnya dan berjalan meninggalkan Minho dengan kotak P3K-nya.

Setelah Felix menghilang dari balik pintu kamar di lantai dua, Minho mengeluarkan ponselnya.

Iya, dia ingin memaki Hyunjin karena sudah membiarkan adiknya pulang sendirian dan terluka. Rasanya ada yang kurang jika tidak menyalahkan Hyunjin, begitu pikir Minho.

"Hallo, apa Ho?"

"Ga ada soplan-soplannya lo sama calon kakak ipar ya"

"Apa sih? Gak penting, gue matiin-"

"Dimana lo sekarang?"

"Ada acara sama Kak Chan. Ada boncel juga disini"

"Bangsat! Gak sopan lu sama gue!" itu protesan si boncel aka Changbin.

"Acara apa?" Minho sudah mati-matian menahan emosi untuk tidak menyembur Hyunjin dengan makiannya.

"Acara genk motor kita. Lo bilang sibuk sih, jadi Kak Chan gak ngajak-"

"Enak lo ya acara-acaraan disana!"

"Kenapa sih Ho? Sensi amat lu, kalo pengen ikut bilang aja-"

"Lo enak-enakan acara disana, adek gue luka bangsat!!"

Yes Minho berhasil menyembur Hyunjin!

Tidak ada respon apa-apa beberapa detik.

"Kenapa lo diem aja anjeng?!"

"Kenapa bisa luka?" tanya Hyunjin setelahnya.

"Dikeroyok preman gang deket kampus"

"Lho? Kok bisa?"

"YA MANA GUE TAU SETAN! Harusnya lo luangin waktu kek buat nganter Felix. Emangnya jarak kampus ke rumah itu sepuluh jam sampe lo gak bisa nganter dia?! Kalo lo ga becus jadi pacar adek gue gak usah sama dia lagi!"

Minho mematikan sambungan telepon sepihak. Nafasnya memburu, tatapannya yang terarah ke depan tampak tajam.

Setelah merapikan peralatan obat, Minho beranjak menuju dapur. Menyimpan kotak tersebut di lemari dekat washtafel kemudian berjalan menuju kamar adiknya.

Cklek

"Lix?"

Mata Minho melihat sebuah gundukan diatas kasur tertutupi selimut tebal. Kakinya melangkah menuju ranjang dan duduk ditepi.

"Lix, makan dulu yuk. Mau makan apa? Kakak delivery aja ya?"

"Aku gak lapar kak. Mau tidur aja" sahut Felix malas.

"Makan dulu, nanti ya tidurnya. Kamu juga belum mandi"

"Biarin. Udah jangan ganggu Felix!"

"Gak mandi ntar bau lho. Kalo bau Hyunjin gak mau meluk kamu, kakak juga gak mau" canda Minho.

"Bodo! Aku minta peluk sama Seungmin dan Jisung aja!"

Minho terkikik.

"Ayo dong, makan dulu. Kakak gak mau makan sendiri" rayu Minho. Dari balik selimut terdengar erangan kesal sang adik, disusul sibakan kasar selimut tersebut. Menampilkan wajah kesal Felix berhias luka dan mata yang sembab.

Wait!

Sembab?!

"Kamu nangis?? Kenapa?" Minho mendadak panik. Kedua tangannya menangkup pipi sang adik.

"Aku gak nangis, sembarangan!" Felix menepis tangan kakaknya. Tapi Minho tetap menangkup wajahnya.

"Nangis kenapa, hm?"

Felix terdiam sebentar. Minho menatap adiknya intens membuat Felix gelagapan. Sial, tatapan Minho yang seperti itu membuatnya menciut.

"Hks.. Kak.. hks.. sakit.."

"Iya. yang mana yang sakit?" tanya Minho lembut.

"Luka aku sakit! Kakak bilang ga boleh nangis karna aku cowok. Tapi cowok kan ga selalu bisa nahan sakit!" seru Felix protes di sela isakannya.

Jari-jari mungilnya menggeplak kepala kakaknya itu, melampiaskan rasa kesalnya. Minho malah tertawa mendengar protesan adiknya.

"Utututu~ Maaf deh, maaf.. Iya kamu boleh nangis kok.." Minho memeluk adiknya, mengusap sayang surai soft-purple adiknya.

"Hks.. pinggang aku juga sakit- hks.."

"Iya.. Ntar diobati ya, trus si Hyunjing itu juga bakalan dapet balasannya"

"H- Hyunjin gak salah kak.."

"Bagi kakak dia tetap salah Lix. Udah, biar kakak yang ngasi dia pelajaran ntar"

Felix hanya mengangguk.

"Naah, sekarang udahan nangisnya ya. Kamu mau deliver apa nih?"

"Pizza, Jjajamgmyeon, chicken, trus-"

"Kamu mau makan atau ngasi sesajen? Banyak amat" potong Minho.

Felix merengut kesal.

"Aku laper kak, dari siang gak makan!"

"Kok gitu?!" Minho kaget mendengar penuturan adiknya. Felix sendiri membungkam mulutnya setelah berucap.

"Lix, kenapa gak makan siang?" tanya Minho.

"Gak sempet, sibuk. Udah buruan pesen kaak" Felix tergagap.

Minho ingin sekali memarahi adik kecilnya, tapi tidak tega. Jadi ia mengalah dan mulai memesan makanan.

Selesai memesan makanan, Minho kembali menatap adiknya yang kini sedang berguling-guling bosan di ranjang. Adiknya tidak makan dari siang, tapi masih sanggup menghajar preman tadi walaupun pada akhirnya hampir kalah.

Wow, adiknya memang pantas mendapatkan sabuk hitam.

"Lama banget sih datangnyaaa~~" Felix mulai merengek. Padahal Minho baru selesai memesan satu menit yang lalu.

"Sabar bocah"

Belum sempat Felix protes, suara bel dari arah bawah terdengar. Keduanya saling pandang.

"Yes! Ini pasti pesenannya!" Felix melompat turun dari ranjang, hampir tersandung oleh selimut yang melikit kakinya.

Minho menggelengkan kepalanya, hampir saja berteriak melihat adiknya.

Felix berlari menuruni tangga, lupa akan sakit di pinggangnya. Bel semakin ditekan dengan brutal membuat Felix semakin semangat berlari menuju pintu utama.

"Pizzanya data- Eh? Hyunjin?"

Felix mengerjap saat sadar bukan kurir pengantar makanan yang ia lihat melainkan wajah tampan pacarnya. Ekspresi Hyunjin tampak dingin saat melihat kemunculan Felix, dan itu membuat Felix perlahan menciut.

"Boleh gua masuk?"

"B- Boleh.."

Hyunjin masuk setelah pintu dibuka semakin lebar. Felix mengikuti langkah Hyunjin menuju ruang tamu.

"Oh, lo datang? Kenapa gak disana aja? Traktirannya Changbin kan belum selesai"

Pasangan kekasih itu menoleh kearah Minho yang sudah bersedekap sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Gue lebih sayang Felix ketimbang traktiran Changbin"

"Gii libih siying Filix. Halah bacot lo!" Minho melangkah maju mendekati Hyunjin, tapi Felix segera menghadang.

"Kak, jangan bikin keributan"

"Minggir Lix, gatal tangan gue pengen nonjok dia" Minho berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari pacar adiknya.

Hyunjin sendiri balas menatap Minho datar, tidak ada tanda-tanda ia akan membalas seandainya Minho memukulnya.

"Kak.. Jangan gitu, Hyunjin gak salah. Ini salah aku" bisik Felix, menatap kakaknya dengan ekspresi memohon.

"Hyunjin, kita bicara dikamar aku ya"

Felix menarik pergelangan tangan Hyunjin, membawanya ke kamarnya.

Setelah menutup pintu kamar, Felix berbalik menghadap Hyunjin yang masih diam. Tatapan datar Hyunjin masih ada. Felix jadi gelagapan lagi.

"H- Hyunjin ngapain kesini? Acaranya udah selesai?" Felix berusaha mencairkan suasana.

"Belum"

Felix mengangguk paham.

"Tatap gue sini" perintah Hyunjin, tidak ada nada lembut dalam suaranya.

Felix sedikit mendongak, menatap Hyunjin polos. Sedangkan pemuda Hwang itu tampak megeraskan rahang melihat keadaan wajah pacarnya itu.

"Lo beneran dipukulin preman?"

"Eh? I-Iya- Tapi Hyunjin gak usah khawatir. Premannya juga bonyok kok gara-gara aku sama Kak Minho"

"Bego"

Felix mengerjap bingung. Hyunjin mengatainya bego? Tapi kenapa?

"Hyunjin?"

"Ngapain lo pulang jalan kaki kalau lo punya temen?" dingin, suara Hyunjin dingin sekali.

"Uh.. Jisung sama Seungmin ada urusan, jadi gak bisa nganter Felix pulang" cicit Felix.

Astaga, Felix berhenti mencicit! Kau juga lelaki! batin Felix, menegur dirinya sendiri.

"Trus apa gunanya bus?"

"Felix juga mau sesekali nikmatin suasana sore, Hyunjin" jawab Felix. Kepalanya tertunduk, karena sungguh tatapan tajam Hyunjin seperti bisa melubangi kepala kecil si manis.

"Lo tau kan kalau di dekat kampus itu ada premannya? Bego banget sih, nyari perkara! Lihat, lo yang luka disini Felix!"

Felix berjengit.

"Felix laki-laki, luka begini gak usah dipikirin-"

"Lo tau Minho bilang apa ke gue? Gue gak becus jagain lo, padahal ini salah lo sendiri!" potong Hyunjin.

"Lain kali mikir dulu sebelum bertindak. Kalo udah gini siapa yang repot? Gue. Yang disalahin? Gue!"

Felix terdiam. Otaknya mencerna kalimat yang dilontarkan Hyunjin padanya.

"Maaf kalo gara-gara Felix Hyunjin jadi disalahin, jadi susah juga" lirih Felix.

Hyunjin menghela nafas. Kalau sudah seperti ini, sebentar lagi bisa di pastikan Felix akan-

"hks.. Nan- Nanti Felix.. pukul deh Kak Minho-nya.. hks.. Maafin Felix.."

-menangis.

Hyunjin memeluk pacarnya itu dengan lembut, mengusap surai soft-purple itu lembut. Satu tangannya lagi mengusap punggung Felix.

"Udah, jangan nangis. Ntar gue di cincang si Minho" bisik Hyunjin. Hell, mana mau dia dicincang. Dia bahkan belum lulus kuliah dan menikahi Felix.

"Maafin Felix ya.. Ja- Jangan marah lagi.."

"Iya-iya.. gue udah ga marah"

"hks.. Tapi suaranya datar gitu.."

Hyunjin menghembuskan nafas. Felix yang menangis akan bertambah manja dan itu membuatnya gemas. Tolong, semoga Hyunjin tidak kelepasan dan malah mencium Felix banyak-banyak.

"Iya bae, aku udah gak marah, oke?" bisik Hyunjin lembut.

Felix mengangguk, baru percaya jika Hyunjin sudah menggunakan panggilan kesayangan serta "aku-kamu" saat menyebut dirinya.

Pelukan mereka terlepas. Hyunjin menghapus air mata di pipi gembil Felix, sedikit merasa bersalah karena membentak pacar manisnya itu.

"Mana yang sakit?" tanya Hyunjin saat melihat luka di wajah Felix.

"Ini, ini trus disini" Felix menunjuk luka yang ia terima, termasuk di pinggangnya.

"Disini juga? Coba lihat"

Tanpa menunggu persetujuan Felix, Hyunjin menyingkap kaos Felix keatas, menampilkan pinggang rampingnya yang mulus. Wajah Felix memerah malu.

"Pinggang kamu memar bae, udah diobatin?"

"Belum.."

"Felix, pesenan kamu- BANGSAT LU APAIN ADEK GUE?!"

Akhirnya Hyunjin benar-benar menerima pukulan dari kakak pacarnya walaupun kali ini dengan alasan yang berbeda.

.

.

.

.

"Felix!"

"Jisuung~ Seungmiin~" Felix sedikit berlari mendekati sahabatnya. Di belakang, Hyunjin menyusul sambil membawakan tas Felix.

"Ya ampun wajah lo sampe babak belur gini!" Jisung berseru histeris hingga mendapatkan pukulan dari Seungmin.

"Gak usah histeris. Diliatin orang, bego"

Jisung mengelus kepala belakangnya yang dipukul Seungmin.

"Maaf ya Lix, coba gue bisa anter kemarin" ujar Seungmim.

"Felix gapapa kok. Hehehehe" Felix menampilkan cengiran lucunya.

"Lo! Lo pacarnya apa bukan sih? Nganter Felix sepuluh menit doang aja ga bisa!" Jisung menuding Hyunjin yang hanya diam sedari tadi.

"Lo sahabatnya apa bukan? Urusan lo juga bisa di pending bentar kan?" balas Hyunjin kesal.

"Kampret! Kalau lo emang pacar Felix pasti lo usahain buat nganter dia dulu!" Jisung tetap menyalahkan Hyunjin.

"Ucapan itu juga berlaku buat lo, tupai sawan"

"HEH! Enak aja lo bilang gue sawan!"

"Gue udah minta maaf sama Felix, oke? Gak liat lo gue juga dipukulin kakaknya?" Hyunjin membela diri. Memperlihatkan luka dibatang hidungnya yang malah membuat penampilannya tampak semakin panas.

"Halah, gitu aja gak cukup! Luka Felix lebih banyak"

"Lain kali kalo Felix terluka lagi mending lo pensiun jadi pacarnya Felix. Gue yang bakalan gantiin lo" ucap Seungmin membuat Hyunjin menatapnya dengan tatapan tak terima.

"Enak aja! Felix cintanya sama gue!"

"Bacot lo Hyunjing" sahut Seungmin tidak peduli.

Sementara itu objek yang membuat mereka bertengkar malah diam menyimak. Kepalanya bergerak kearah orang yang berbicara, membuat rambutnya juga ikut bergoyang lucu.

"Kok kalian berantem sih?"

Ketiganya serentak menoleh ke arah Felix yang sedang menatap mereka bingung.

"Udah ah, yuk Lixie.. Kita ke kantin" ajak Seungmin sambil merangkul Felix. Sementara tas Felix dirampas kasar oleh Jisung dari sandangan Hyunjin.

"Awas ya lo bikin pacar gue nangis"

"Harusnya gue yang bilang gitu. Awas lo bikin sahabat gue nangis, gue bikin lo gak bisa ngehirup udara bumi lagi"

Setelahnya Jisung melengos, menyusul Seungmin dan Felix yang sudah berada beberapa langkah di depannya.

"Terserah deh" sahut Hyunjin lelah kemudian beranjak pergi. Sial, lukanya masih terasa sakit. Minho benar-benar meluapkan semua emosi pada tubuhnya, membuat punggungnya sakit sampai sekarang.


























































hjlixie

21-06-2020

siyal, Felix cantek banget🤧

Continue Reading

You'll Also Like

48.7K 5.1K 18
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG
761K 72.4K 42
π‘«π’Šπ’•π’†π’“π’ƒπ’Šπ’•π’Œπ’‚π’ J. Alexander Jaehyun Aleron, seorang Jenderal muda usia 24 tahun, kelahiran 1914. Jenderal angkatan darat yang jatuh cinta ke...
1M 82.3K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
67.5K 14K 156
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...