PAYUNG & HUJAN

By melkiiimel

18.3K 2.7K 1.1K

[ TAHAP REVISI ] [ HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] "Suka hujan itu boleh, tapi kesehatan lebih penting." Kata... More

PROLOGUE
[01] - Payung Biru Laut
[02] - Teman Baru
[03] - Lelaki Berhoodie Hitam
[04] - Si Gunung Es
[05] - Ribut
[06] - Wafer Dua Ribuan
[07] - Pingsan
[08] - Squidward Galak
[09] - Terjebak Hujan
[11] - Tragedi Mie Ayam
[12] - Ketoprak Bikin Baper
[13] - Nomor Agam
[14] - Patah Hati
[15] - Elang Prasetya
[16] - Surat Dan Pesan
[17] - Turnamen Basket
[18] - Wacana Akhir Tahun
[19] - Momen Di Villa
[20] - Kenyataan Pahit

[10] - Rembulan Yang Malang

533 124 27
By melkiiimel

NOW PLAYING | Mawar Jingga - Juicy Luicy ( Malida Dinda Cover )

0:06 ━━●────────── 3:02
⇆       ◁ㅤㅤ ❚❚ㅤㅤ ▷         ↻

©melkiiimel

Salam muach dari Agam untuk kalian hihi ..

HAPPY READING ! ❤

୨୧ · – — ― — ― — — ― — – · ୨୧


Gluph.

Tamatlah riwayatmu, Re!

Mama Laras melangkah maju, "habis darimana pulang nggak tau waktu gini? Kenapa nggak sekalian ga usah pulang aja?" Tanyanya begitu menelisik.

Rere menunduk dalam-dalam, dirinya takut melakukan apa-apa, apapun yang ia lakukan pasti selalu terlihat salah di mata Laras.

"Saya sebenarnya nggak begitu peduli mau kamu pulang shubuh atau nggak sekalian, itu urusan kamu. Tapi saya malu sama tetangga, apalagi sama papa kamu. Apa kamu nggak mikirin itu? Hah?!" Bentak mama Laras.

"N-nggak gitu tante .. Maafin Rere .." Tubuhnya bergemetar, sungguh Rere tak kuasa jika ia mendengar bentakan dari seseorang, apalagi itu orang yang ia sayangi.

Laras mendecih. "Saya udah beri kamu peringatan beberapa kali, tetapi omongan saya selalu kamu anggap seperti angin lalu, kamu selalu ngelunjak. Ch, saya muak dengan kamu."

"Tante ... Maafin Rere .. Rere mohon ..." Rere memegang kaki ibu tirinya itu, memohon agar memaafkan kesalahannya. Rere menangis, ia tak ingin Laras semakin membencinya.

Rere mengakui kalau ia salah, kondisi tadi sungguh tak memungkinkan untuk dia pulang secepatnya.

"Mau jadi apa kamu pulang malem gini? Mau jadi jalang? Ck, emang benar, buah jatuh tak jauh dari pohonnya." Sarkas Laras, sorot matanya begitu terpancar aura kebencian.

Rere mendongakkan kepalanya, nafasnya memburu begitu mendengar perkataan Laras. "Tante boleh menghina aku sepuasnya, tapi aku nggak mau bunda dihina seperti tadi, bunda nggak kayak yang tante pikirin!"

Rere terisak, menangis di kaki Laras. "Maaf tante aku sedikit keras, tapi sungguh aku nggak berniat pulang malem begini, motor aku lagi di bengkel dan aku nggak dapet angkot untuk pulang, tadi karena hujan lebat aku juga meneduh dulu. Maafin Rere tante ..."

Dugh!

Rere tersungkur di lantai saat Laras menghempaskan dirinya begitu kasar.

"Sebagai hukuman, uang jajan kamu bulan ini akan saya potong, jangan pernah kamu memberi tahu ini pada papamu. Ingat, ini peringatan saya terakhir kalinya, cukup sudah dengan ulah kamu." Tegas Laras.

Rere mengangguk lemah, memangnya mau bagaimana lagi selain menurut?

"Sudah sana masuk ke kamar, saya nggak mau anak saya sampai kebangun dan denger semua ini."

♡♡♡

Blam!

Rere melangkah gontai menghampiri ranjangnya seusai mengunci pintu kamar. Dirinya nampak lesu dan tak bersemangat seperti sebelumnya.

Seharusnya sampai kamar begini, dirinya sudah berencana akan loncat-loncat kegirangan karena telah diantar pulang oleh Agam. Tetapi setelah mendengar perkataan mama Laras, rasa bahagia itu luntur seketika.

Rere tak apa ia dihukum, tak apa uang jajannya bulan ini dipotong berapa pun, ia tak akan masalah dan marah. Tetapi saat mendengar bundanya dihina seperti itu ...

Rere tak terima.

Bagaimana bisa mama Laras berbicara soal begitu tentang bunda-nya? Dan kata jalang itu ... Sungguh demi apapun itu menyayat hati Rere sebagai seorang anak.

Bunda Rere bukan orang yang seperti itu, dia orang yang baik dan penyayang. Mana mungkin dirinya begitu, mama Laras pasti sudah salah mengira.

Rere mengadahkan kepalanya ke luar jendela kamarnya yang terbuka, angin semilir menelisik masuk membuat rambutnya melambai-lambai di udara.

Rembulan kala malam ini bersinar cerah menerangi kegelapan malam, hanya sendirian. Rembulan yang malang, dia kesepihan.

Kemana bintang yang akan menemaninya? Apa mereka tak kasihan pada rembulan yang sendiri?

Rere mengulas senyum sabitnya, "aku disini bulan. Tiap malam aku akan menjadi temanmu." Gumam-nya masih setia menatap rembulan yang tengah bersinar sendiri.

Rere merogoh saku seragam sekolahnya yang masih ia kenakan, mengecek kala ponselnya berbunyi menandakan ada chat yang baru saja masuk.

Itu teman-temannya, Ara dan Mona. Mereka mengirim banyak pesan hingga spam karena dirinya sedari tadi tak menjawab, mereka terlihat khawatir.

Kinara Bawel
REE, WOEKK SERIUSAN LO GAPAPA? UDAH PULANG KAN? KOK GA JAWAB SIH? JANGAN BIKIN GUE PANIK YA! (46)
20.24 P.M.

Monara Galak
Ree, lo gapapa? Udah pulang? Kok offline mulu sih? Kouta lo abis ya? (10)
20.01 P.M.

Rere terkekeh membaca semua pesan teman-temannya. Rere sangat bersyukur, bisa dapat teman yang baik dan perhatian seperti mereka.

Rere segera mengotak-atik layar ponselnya untuk menjawab pesan Ara dan Mona, tak ingin mereka semakin khawatir hanya karena dirinya lama tak menjawab.

Ting!

Rere kembali mengecek ponselnya kala mendengar bunyi dari sana, ia kira itu notifikasi balasan pesan dari Ara dan Mona, ternyata bukan.

Itu notifikasi dari Twitter salah satu akun favorit Rere disana, akun yang akhir-akhir ini ia stalk dan sukai itu telah up kembali dengan untaian kata barunya. Hanya akun twitter yang membuat untaian quotes, tetapi Rere suka itu.

Seakan, quotes buatan akun itu selalu ngena dan mengarah ke kehidupannya, membuat Rere tersenyum hanya dengan membacanya. Rere kagum dengan pemilik akun quotes itu!

〇  Goresan Aksara            ﹀
@squidward.tampan

Jangan seperti pungguk yang merindukan bulan. Namun jadilah bulan yang mampu menyinari malam.
———————————————
20.25 P.M |  💭  ↱↲  ❤  ➥
4.890 Retweets   2.678 Likes.

♡♡♡

Kamis, 06.36 A.M

"Kakak kemarin kemana aja? Maaf aku kemarin nggak sempat balas telepon kakak, kakak nggak papa kan kemarin? Ada masalah ya?"

Rentetan pertanyaan dari adiknya itu membuat sang kakak mengalihkan atensinya dari cermin rias, Rere membalikkan tubuhnya menghadap Caca yang sedang berbicara padanya.

"Kamu sendiri kenapa kok ga bales telepon kakak?" Tanya Rere sembari meletakkan kedua tangannya di pinggang.

Caca memeluk kakaknya cepat, "maaffff banget kak! Seriusan aku nggak tau, ponsel aku ku taruh di tas, aku baru buka waktu sampai rumah. Mau nyusul karena kakak ga pulang-pulang, mama ngelarang aku. Maaf kak ... Kakak marah ya?"

Rere tertawa lepas melihat ekspresi lucu adiknya itu, sungguh ia hanya mengerjai Caca untuk pura-pura marah padanya.

"Mana mungkin kakak marah Ca, itu bukan salahmu kok."

Caca mengerucutkan bibirnya sebal, "terus kemarin ada apa dong kakak sampai lama pulangnya?"

Rere menggaruk tengkuknya yang tak gatal tanda bingung, jawab gimana nih ya?

"Ituuu Ca, kemarin si Pinky masuk bengkel. Jadi kemarin kakak pulangnya naik angkot deh, nelpon kamu niatnya biar hemat ongkos gitu deh, tapi kamu ga jawab ya udah." Jelas Rere gamblang.

"Seriusan?! Ya ampunnn kok bisa sih si Pinky masuk bengkel? Terus kemarin ada kan angkotnya?" Cecar Caca begitu panik. Omong-omong, Pinky itu motor scoopy merah muda milik Rere.

"Ada kok Ca," Bohong, Ca! Jadinya dianter sama gebetan dong. "Si Pinky juga udah bener kok, tadi mamang bengkelnya dateng kesini buat kembaliin motor kakak."

Caca menghela nafas lega, "bagus deh. Aku kira kakak kenapa-napa ... Buset, udah hampir jam tujuh nih kak!" Pekik Caca ketika bola mata-nya tak sengaja menangkap jam dinding yang telah menunjukan pukul 06.43 A.M.

"Alamak! Kakak belum bedakan!"

♡♡♡

Bwwwwurrrrr!

"EH KODOK! SERIUS LO??!"

"WOEY BIASA AJA DONG MAEMUNAH! MUNCRAT NIH KE MUKA GUE, AELAH!"

Semburan naga air alias air mineral yang Ara minum itu muncrat begitu saja dari mulut ke muka Mona. Tentu saja sang korban itu mengamuk besar karena wajahnya telah dibuat basah kuyup.

Sialan, mana bau jigong! Untung temen!

"SINIIN BAJU LO!"

Ara melotot kaget, merengkuh tubuhnya kuat-kuat. "Mon! Lo mau ngapain?! Nyabulin gue? Istigfhar lo! Ya gusti, gue bilangin bu Lilik nih biar lo di rukyah!"

Tak banyak omong, Mona langsung menarik seragam olahraga lengan Ara sebagai pengelap wajah basahnya itu.

"MONYETTTT! SERAGAM GUE BARU DI CUCI NIH! KOK DI BIKIN KAIN LAP SIH???!!!! HUAAAAWWWHHHH!"

Mona mendengus, "salah sendiri! Bau jigong lo ogah banget!"

"Dasar monyet ragunan!"

"Apa lo bilang?! Gue gibeng lo sumpeh!"

"AMPUNN NYAIIII!"

Rere geleng-geleng kepala melihat kedua temannya itu, sudah bagaikan Tom dan Jerry di film kartun yang sering ia tonton dulu, bertengkar mulu!

"Udah udah, suara kalian keras banget tau! Mana cempreng lagi," lerai Rere kualahan.

Ketiganya kini sedang ada di pinggir lapangan, kebetulan kelas mereka bersamaan mendapat jam pelajaran olahraga, alhasil mereka ketiganya bisa ngumpul bersama-sama.

Pak Tono — Bapak guru olahraga mereka belum datang ke lapangan, ketiganya menjadi leluasa untuk mengobrol bersama sejenak.

Rere telah menceritakan semua hal yang terjadi saat Agam mengantarnya kemarin. Dan benar dugaannya, kedua temannya itu terlalu lebay saat terkejut, lihat saja Ara yang tadi sedang minum sampai menyembur begitu.

"Re, lo seriusannn? Suwer kewer-kewer? Demi diskonan mie ayam mbak Inem, lo ga boong kan??" Cecar Ara. Memang ya, tukang kepo tapi suka nggak percaya gini nih.

Sudah berapa kali Rere berkata yang sebenarnya, tetap saja ngeyel. "Serius Ra, suwer kewer-kewer. Demi diskonan mie ayam mbak Inem, aku ga boong."

Mona menelisik bola mata Rere, "okey kita sebagai temen yang baik tetap percaya sama lo. Terus lo kenapa bisa di antar kak Agam? Mana motor pink lo?"

"Kemarin ban-nya bocor, dia di bengkel. Jadi aku pulang naik angkot, eh tapi nggak ada angkot. Kebetulan kak Agam belum pulang, aku paksa dia deh buat anterin. Terus nih ya, kak Agam nolongin aku dari preman, keren banget!" Jelas sang narasumber, Rere.

"Really??!! Suwer nih ya, semua yang lo ceritain tentang kak Agam itu sulit di percaya!" Kata Ara, masih susah percaya. "Lo jampi-jampi ya kak Agam sampai gitu ke lo?"

"Ih, Ara ngadi-ngadi! Tinggal percaya susah banget sih, Ra!"

PRITTTTTTTT!!!

Suara peluit yang begitu keras mengalihkan atensi ketiganya, ternyata itu Pak Tono yang sudah menginjakkan kakinya di lapangan. Buru-buru Rere, Ara, dan Mona mendekat ke arah tengah lapangan.

"Selamat morning anak-anak!" Sapa pak Tono seceriah matahari yang bersinar pagi ini.

"Pagi too, pak!"

"Good-good! Silahkan sesuaikan posisi kalian dahulu, lalu pemanasan. Hari ini kita akan praktik bola voli."

Usai pemanasan yang dipimpin oleh pak Tono, para murid dipersilahkan menunggu giliran praktek di tepi lapangan. Pak Tono berkata bahwa praktek bola voli ini dibagi berkelompok untuk bermain, untungnya Rere kebagian kelompok se-tim dengan Ara, dan Mona bersama teman sekelasnya.

Pritt!

Kini giliran kelompok Rere dan Ara. Rere mempersiapkan posisinya sebagai tosser dekat net, gadis itu telah mengikat rambutnya menjadi satu, ia memang suka risih dengan rambut panjang saat berkeringat.

Bola voli berhasil di lemparkan ke udara saat servis sempurna dari Ara sebagai permulaan permainan, melambung ke posisi lawan, tim Ririn.

Tim Ririn berhasil menerima lawanan tersebut, memantulkan kembali bola voli ke posisi tim Rere hingga terus bergulir.

Rere mendapat giliran saat bola voli melambung menghampirinya, gadis itu melompat tinggi untuk memantulkan serangan bola dari lawan.

Kuncir kuda gadis itu ikut melayang saat melompat, porsi wajah manisnya yang fokus ditambah peluh yang sudah menetes di pelipis, membuat Rere terlihat semakin perfect!

Ckrek!

Lelaki bertubuh tegap itu mengamati hasil jepretan yang baru saja ia tangkap dalam kamera, mengulas senyum aneh memandangi foto candid Rere saat bermain voli.

"Tupai nyebelin."

"Gam!"

Suara panggilan seseorang dari belakang membuat Agam refleks menyembunyikan kamera di balik tubuhnya. Gavin yang datang dari arah belakang terheran-heran dengan sifat gugup Agam, seperti sedang tertangkap basah melakukan sesuatu.

"Gue cariin kemana-mana, ternyata lo disini. Ngapain, hayo?" Gavin memincingkan matanya sembari tersenyum aneh.

"Nggak apa."

"Boong! Apaan tuh yang lo sembunyiin di punggung? Hmmm, gue mencium bau-bau ..."

Agam mendengus, "lo bau badan! Lagian, kepo lo."

Gavin malah semakin senyum-senyum tak jelas yang di mata Agam sangat menyebalkan. "Kamera ya? Motoin siapa tuh?"

Agam menggaruk tengkuknya, "gue cuma potret pemandangan sekolah."

"Pemandangan sekolah yang begimana nih? Lapangan? Apa penghuni yang disono?" Goda Gavin, menunjuk arah lapangan yang sedang ramai oleh adik kelas yang sedang latihan bola voli. "Oh, si Rerel kereta itu ya?"

Agam menghela nafasnya, "Rere, Gav." Ralatnya.

"Cie-cie! Dibenerin ... Bener ya lo motoin dia? Khem-khem, gue tau Gam, lo sulit menyangkal rasa itu. Makanya, belajar lebih terbuka soal cinta, kalau suka itu ya bilang, gengsi kok digedein." Kata Gavin sok bijak.

"Ngaco lo."

Agam berlalu pergi meninggalkan Gavin yang masih mengoceh di tempat, membuat lelaki berambut comma itu menggerutu menatap punggung Agam yang sudah menjauh.

"Awas lo kena karma! Kalau beneran kejadian, gue yang bakal ketawa paling keras!"

Dugh!

"BANGKE!"

Umpat Gavin refleks saat kepalanya mendapat hantaman keras dari benda yang baru saja melayang ke arahnya, lelaki itu meringis kecil sembari mengusap kepalanya yang hampir benjol.

Gavin mengambil bola voli si tersangka yang sudah menimpuk kepalanya, lalu mengangkat tinggi-tinggi benda bulat itu sembari mengedarkan pandangannya ke arah lapangan.

"SIAPA YANG BIKIN KEPALA GUE BENJOL WOY??!!" Teriaknya kesal. Enak saja main timpuk kepala sampai benjol!

Seorang gadis berlari kecil menghampiri Gavin, sepertinya dia orang yang telah melayangkan bola voli ke kepala lelaki itu.

"Sorry, ga sengaja." Kata Mona.

Gavin menaik-turunkan nafasnya, sepertinya amarahnya akan meledak saat ini juga. "Liat nih, kepala gue sampai benjol! Kalau ga bisa main voli, mending diem aja deh lo!"

Mona meletakkan kedua tangannya di samping pinggang, matanya menyalang tak suka menatap Gavin.

"Gue kan udah minta maaf, gue ga sengaja! Lagian benjol gitu aja, cowok kok cemen!" Sarkas Mona galak.

Gavin ikut meletakkan kedua tangannya di pinggang, "lo itu adek kelas gue kan? Gue ini kakak kelas lo, ngomong yang sopan! Manggil pake embel-embel kakak kek, manis dikit kek. Ga kayak lo, cewek tapi galak bener kayak macan!" Cerocos Gavin.

"GAK SUDI! Dasar cowok lembek!"

"Lo macan betina!"

"STOP, STOP!" Lerai Ara yang baru saja menghampiri keduanya, menutup telinganya yang lelah dengan adu mulut Mona dan Gavin. "Udah ya, kak Gavin, maaf ya Mona tadi emang ga sengaja, maaf juga perlakuannya kasar karena dia emang gini — "

"Ra! Dia yang ngeselin, ngapain minta maaf!" Peringat Mona sembari melotot.

"Apaan, jelas-jelas lo yang salah!" Gavin masih tak terima.

Ara yang berada diantara keduanya menghela nafas sabar, ia pun menarik Mona paksa agar pertengkaran tak semakin berlanjut panjang.

"Maaf ya kak, maklumin aja!"

Mona menggeram, ia melirik kembali Gavin dengan galak, "awas lo!"

"Ape lo macan?!"

- TBC -

Continue Reading

You'll Also Like

477K 50.9K 21
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 98.8K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
5.5M 398K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
3.4M 277K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...