PAYUNG & HUJAN

By melkiiimel

18.3K 2.7K 1.1K

[ TAHAP REVISI ] [ HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] "Suka hujan itu boleh, tapi kesehatan lebih penting." Kata... More

PROLOGUE
[01] - Payung Biru Laut
[02] - Teman Baru
[03] - Lelaki Berhoodie Hitam
[04] - Si Gunung Es
[06] - Wafer Dua Ribuan
[07] - Pingsan
[08] - Squidward Galak
[09] - Terjebak Hujan
[10] - Rembulan Yang Malang
[11] - Tragedi Mie Ayam
[12] - Ketoprak Bikin Baper
[13] - Nomor Agam
[14] - Patah Hati
[15] - Elang Prasetya
[16] - Surat Dan Pesan
[17] - Turnamen Basket
[18] - Wacana Akhir Tahun
[19] - Momen Di Villa
[20] - Kenyataan Pahit

[05] - Ribut

688 170 93
By melkiiimel

NOW PLAYING | Tasha Bouslama - Satu Dua Tiga

0:14 ━━●────────── 2:50
⇆ ◁ㅤㅤ ❚❚ㅤㅤ ▷ ↻

©melkiiimel

HAPPY READING ! ❤

୨୧ · - - ― - ― - - ― - - · ୨୧



     Selepas Rere pergi dari kelas Agam, kejadian klasik mengembalikan payung itu langsung tersebar dengan cepat begitu saja ke seluruh angkatan. Tak heran, walaupun sifatnya bak es balok, Agam memang sepopuler itu di SMA Bimasakti.

Grup chat angkatan kini sedang ramai-ramainya membicarakan lelaki itu. Heran saja, cowok dingin seperti Agam itu, tumben sekali mau meminjamkan barang miliknya. Teman sekelasnya yang pinjam pulpen saja, ia pasti tak mengijinkannya, lelaki itu selalu pelit.

Agam bahkan biasanya tak mau peduli dengan apapun itu terutama soal gadis, kini telah berubah saat ada Rere! Apakah dia memang dekat dengan Rere hingga seperti itu?

Mari tanyakan langsung pada sumbernya!

"Uuuhhhh, irinya ..."

Serempak gadis-gadis teman sekelas yang mengerumuni Rere. Mereka semua, berbondong menghampiri Rere agar gadis itu menceritakan semua kejadiannya.

Rere terkekeh, "tau nggak? Waktu aku hujan-hujanan dan kak Agam kasih payung itu ke aku, dia bilang kalau suka hujan itu boleh, tapi kesehatanku lebih penting katanya." Pamer Rere pada para gadis yang sedang mengerumuninya.

"Seriusan kak Agam juga bilang gitu??" Tanya gadis berkacamata yang ikut mendengarkan cerita Rere.

Tak ragu, Rere mengangguk. Semua itu memang benar kok!

Dan ya, semua gadis itu sangat percaya pada Rere. Rere - gadis baik, polos, pintar, dan ramah sekali. Para teman sekelasnya tau semua itu.

Jadi tak mungkin Rere membohongi mereka, Rere teman yang baik untuk mereka semua.

"Uhhh, sweet-nya! Rere sama kak Agam pasangan yang gemes bangett! Aku mau ngeship kalian deh!"

Rere tersenyum malu banyak yang mendukungnya begini,

"HIDUP RERE DAN KAK AGAM!"

"HIDUPPPP!!!"

Ara dan Mona yang merasa terasingkan oleh shipper Rere-Agam itu hanya geleng-geleng kepala melihat para temannya.

Seriusan, Ara dan Mona tak bisa membayangkan betapa malunya mereka tadi saat membawa Rere pergi dari kelas Agam.

Syukur-syukur saja kondisi Rere masih utuh habis pergi dari kelas Agam.

"Parah sih, kita yang gedeg sendiri di depan kelas kak Agam, Rere masih bisa cengar-cengir gini." Mona tak habis pikir oleh kelakuan Rere. Yang sabar buk boss ...

Ara tiba-tiba mangap-mangap sendiri saat melihat ponselnya, membuat Mona yang ada di sebelahnya terheran-heran.

"Ngapain sih?"

"BUSET!! I-INI ..." Ara panik sendiri, ia akhirnya menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan percakapan chat grup angkatan.

Mona yang melihat itu, ikut melebarkan bola matanya.

"Beneran udah nyebar seluas itu ke semua angkatan??" Mona masih menganga tak percaya, bencana apa lagi ini ...

Ara mengangguk pelan, "gue takut kalau kak -"

BRAKK!

Sontak seluruh penghuni kelas terkejut saat menoleh ke arah pintu yang terbuka lebar dengan keras.

"- Kak Lexa .... Ehh????!!!"

Ara melotot, benar-benar seterkejut itu. Orang yang ia bicarakan itu - Kak Lexa sudah ada di pintu kelasnya!

Riweuh sudah ...

Ara bersembunyi di balik punggung Mona. Seperti dugaannya, ia yakin akan ada masalah besar setelah ini. Dan lihat saja, kak Lexa kini berdiri dengan tatapan yang sangat mengerikan. Seram!

Kak Lexa - Gadis yang kini sedang berdiri di pintu itu, Alexa Carolline. Anak kelas 12 IPA A, si kakak kelas mereka.

Jangan di tanyakan lagi, Lexa adalah gadis yang sangat tergila-gila dengan Agam daridulu, kini, hingga besok. Bahkan seluruh angkatan pun tahu soal itu.

Dialah orang pertama yang sampai kini berhasil bertahan untuk menyukai Agam, dan juga orang pertama yang ratusan kali ditolak lelaki itu.

Lexa tipe orang yang tak segan untuk menyingkirkan para musuhnya dengan cara apapun itu, apalagi terkait soal gebetan yang sedari dulu menjadi incarannya.

Mendengar berita tentang rumor Agam dengan seorang gadis lain, apalagi yang katanya Agam telah meminjamkan barangnya ke gadis itu. Woah! Tentu saja Lexa mengamuk, dan tibalah dia disini.

Kobaran api terpancar jelas di matanya, ia menelisik seluruh anak yang ada di dalam kelas itu dengan tajam.

"Mana yang namanya Rere?"

Seluruh anak yang ada di dalam kelas membeku, mereka tak ada yang berani membuka suara sama sekali. Sungguh, situasi ini sangat menegangkan!

Rere, tak mengerti dengan gadis yang baru saja datang itu. Ia juga tak mengenalnya, mau apa dia mencarinya?

Saat Rere mau membuka mulut kalau dialah gadis yang dicari Lexa itu, Ara dengan sigap membungkamnya, kemudian menggeleng pelan agar Rere mengerti.

Lexa menaikkan satu alisnya melihat kerumunan di suatu bangku - Ya, bangku milik Rere yang kini sedang dikerumuni banyak gadis.

Lexa melangkahkan kakinya menuju bangku itu, tetapi sebelum itu Mona maju terlebih dahulu untuk menghalanginya.

"Kak Lexa ada urusan apa?"

Tak suka dengan nada bicara Mona, Lexa menyilangkan tangannya di depan dada. "Lo siapa berani nanya dengan nada gitu ke gue? Lo tau gue kakak kelas lo?"

Mona masih terlihat tenang, gadis itu tak ada takutnya sama sekali. "Ya, gue tau lo itu kakak kelas gue. Gue tanya sekali lagi, ada urusan apa cari Rere sampai datang kesini?"

"Jelas! Gue cari anak baru yang sok keganjenan itu, berani banget deketin gebetan gue. Mana dia?!" Sentak Lexa tak sabaran.

Rere yang melihat itu, menyingkirkan tangan Ara yang menahannya. Ara panik dan mencoba menahan kembali, tetapi Rere tak bisa tinggal diam melihat ini. Ia pun berdiri dari bangkunya dan melangkah maju menuju Lexa.

Kringggg!!

Menggeram, Lexa kesal. Waktu istirahat telah berakhir, bahkan belum juga dirinya menemukan gadis bernama Rere itu.

Sebelum meninggalkan kelas, Lexa kembali melayangkan tatapan tajam ke seluruh anak disana, sorot matanya seolah mengatakan bahwa dia akan datang kembali untuk memberi pelajaran.

Ih, ada masalah hidup apa sih kakak kelasnya satu itu!

Ara yang melihat itu menghela nafas lega, untung saja Rere belum sampai maju menemui Lexa. Fyuhhh ....

♡♡♡

Seorang lelaki berambut comma yang sedikit kusut itu tergopoh-gopoh berlari menghampiri bangku Agam. Dia adalah Gavin, teman sebangku Agam sekaligus sahabat Agam dari masuk SMP.

"Gam! Ada rumor tentang lo! Rumor itu, rumor itu beneran? Tadi ada cewek yang dateng kesini nemuin lo?!" Desak Gavin tak sabaran, ia sangat kepo dengan rumor tentang Agam yang sedang beredar itu.

Gavin tak tahu jelas kejadiannya, ia saja baru balik dari kantin. Rumor itu ia dengar dari ghibahan adik kelasnya, menyangkut tentang sahabatnya tentu Gavin tak akan tinggal diam.

Agam benar-benar tak mengerti arah pembicaraan Gavin, lelaki itu baru datang langsung mencerocos seperti sedang main rapper.

"Lo ngomongin apa sih?"

Gavin mendengus, "rumor tentang lo yang lagi beredar!"

"Rumor?" Agam mengerutkan keningnya bingung.

"Ituuuuu, rumor lo sama si cewek yang baru dateng kesini!" Greget Gavin.

"Cewek apa?"

Gavin mengelus dadanya untuk tetap tabah. Ya tuhan, berikan selalu kesabaran pada hambamu ini ...

"Cewek barusan yang ngehampirin lo, yang katanya ngembaliin payung. Duhh, gue lupa namanya." Gavin mengacak rambutnya, mencoba mengingat-ingat kembali nama gadis itu.

Agam terdiam, kini ia sudah paham apa yang di maksud Gavin. "terus?"

"Gue kan kepo! Siapa cewek itu? Lo beneran pinjemin payung ke dia? Kapan?? Kok tumben? Serius gue kaget lo jadi perhatian ke cewek gitu, pikiran lo udah mulai terbuka ya." Celoteh Gavin, seriusan Agam terkadang lelah mempunyai sahabat yang banyak omong seperti Gavin.

Agam menghela nafasnya sembari memijat pelipisnya, gadis itu ... Agam ingat benar, gadis aneh yang sok bego.

Ugh, merepotkan.

Lagian apa anehnya sih? Dia kan hanya meminjamkan payung saja ke gadis itu, bukan emas berlian. Ch, kurang kerjaan sekali si pembuat rumor tak jelas itu.

"Lo kok ga bereaksi sih? Lo sama cewek itu lagi dibicarain sama seluruh angkatan!" Bahkan Gavin sendiri yang malah panik dan heboh.

"Terus gue harus ngapain? Ch, buang-buang waktu." Agam menghendikkan bahu tak peduli. Memang merepotkan.

"Ya respon dikit kek. Kalau rumor itu nggak bener, ya hempas. Kalau bener itu berarti .. Aha ..." Gavin menaik-turunkan alisnya, seram sekali seperti om pedofil!

"Apa?"

"Kata nenek gue nih ya, kalau orang perhatian itu pasti punya alasan. Tandanya lo sayang, atau ada rasa lain. Lo sama cewek itu -"

Agam mengerti jelas apa yang akan di ucapkan Gavin selanjutnya. Ia melirik tajam sahabatnya itu seperti singa yang akan menerkam mangsanya.

Glekk,

"E-eh hehe, ampun bang jago!"

♡♡♡

"Dia siapa sih?"

Pertanyaan dari Rere menghentikan gerakan jempol Ara yang sedang mengotak-atik ponselnya.

Ara meletakkan ponselnya lalu menghadap ke Rere. "Gue lupa belum ceritain ya? Nah, dia itu kak Lexa, kakak kelas kita. Dari dulu nih ya, kak Lexa suka banget sama kak Agam. Kemana-mana ngintilin, berulang kali kak Agam nolak sampai dia capek sendiri meringatin."

Rere sangat terkejut mendengar fakta itu, "seriusan?"

Ara mengangguk mantap.

"Terus nih ya, kak Lexa itu kayak penghempas!"

Rere mengkerutkan kening bingung, "penghempas?"

"Iya. Setiap ada yang berusaha deketin kak Agam, kak Lexa mesti ngehempasin cewek itu. Pokonya, dia ga mau ada cewek lain yang deketin Agam selain dia. Makanya sekarang ga ada yang berani lagi buat suka kak Agam." Jelas Ara.

Rere memanyunkan bibirnya, "kok gitu? Kak Lexa kan belum jadi pacarnya kak Agam."

"Nah makanya itu, dia datang kesini karena udah denger rumor tentang lo yang udah berani deketin kak Agam. Dan dugaan gue, lo bakalan jadi korban hempasan kak Lexa selanjutnya."

Rere sedikit khawatir, kenapa jahat sekali kak Lexa itu? Padahal, dia bukan pacarnya kak Agam, dia juga nggak punya hak untuk ngelarang orang untuk suka kak Agam.

"Gue bersyukur banget tadi lo ga jadi nemuin kak Lexa. Tapi gue tau, kak Lexa itu ga bakalan langsung nyerah buat nyari lo sampai ketemu." Ara memegang kedua tangan Rere, "jangan nunjukin jati diri lo ya? Gue khawatir, lo bakalan kenapa-napa."

Rere tersenyum simpul, kemudian menggeleng. "Ga usah khawatir Ra, aku ga bakalan takut sama gituan kok, aku bakalan baik-baik aja."

Ara menghela nafasnya pasrah, "huftt, keras kepala. Jangan heran ya kalau gue sama Mona bakalan selalu ada didepan sebagai tameng lo oke? Kita akan selalu usahain kak Lexa ga bakal apa-apain lo."

♡♡♡

"Gue balik dulu ya, bye Re!"

Rere mengangguk sembari melambaikan tangannya pada Ririn yang berpamit pulang, dia adalah teman piket kelas Rere hari ini.

"Bye juga Rin, hati-hati di jalan ya!"

Ririn mengacungkan jempolnya, dia sudah menyelesaikan tugas piketnya oleh karena itu dia pulang.

Tinggalah Rere sendirian, teman piket yang lainnya telah menyelesaikan tugasnya dan pulang. Tetapi Rere ternyata belum juga tuntas mengepel lantai kelasnya.

Rere menyeka keringat di dahinya, "ughh, lantainya kotor banget sih!"

Beberapa menit kemudian Rere pun meletakkan tongkat pel pada tempatnya, lalu menghembuskan nafas lega sembari merenggangkan ototnya. Rere akhirnya selesai menuntaskan piketnya!

"Saatnya pulang!" Rere mengambil tas ranselnya, lalu melangkahkan kakinya untuk pergi pulang.

Tiba-tiba langkah Rere terhenti ketika di depannya ia melihat sekumpulan kakak kelas cewek yang masih menongkrong di koridor. Rere pikir, semuanya sudah pulang, ternyata masih ada murid lainnya.

Tak ambil pusing, Rere melangkahkan kakinya kembali melewati kakak kelas itu.

Dug!

"Aaawwwhh!" Sial, Rere tersungkur jatuh ke lantai tepat di antara para kakak kelas itu. Rere merasakan tadi ada yang telah menaruh kaki agar dia tersandung.

"Ups, jatuh ya? Uhh, kasian banget."

Rere mendongakkan kepalanya menatap kakak kelas yang berbicara itu, Rere menyipitkan matanya saat tak asing dengan wajahnya.

Kakak kelas itu menjongkok agar menyamakan Rere, "kenapa hm? Kok diem aja? Ayo bales dong, gue tadi yang bikin lo jatuh loh, cewek ganjen." Katanya dengan senyuman mengerikan, lalu diselingi dengan suara tawa teman-temannya yang ada di belakang.

Nafas Rere memburu, Rere ingat jelas wajah kakak kelas didepannya ini, dia Kak Lexa - Gadis yang tadi sedang mencarinya.

Lexa kembali berdiri dari jongkoknya, kemudian menyilangkan tangannya di depan dada, angkuh sekali.

"Gue tau nama lo Rere, cewek yang udah nantang seorang Lexa."

Rere mencoba bangkit dari lantai, menahan rasa sakit di lututnya yang memerah.

"Aku sama sekali nggak ada niatan untuk nantang kak Lexa." Kata Rere sembari menahan rintihan.

Lexa menaikkan satu alisnya, lalu tersenyum remeh. "Woah, lihat cewek ganjen ini. Kalian denger apa katanya?" Para temannya kembali menertawakan Rere.

Sungguh, Rere tak menyangka akan berhadapan dengan masalah seperti ini. Ughh, dirinya hanya ingin segera pulang darisini ...

Lexa mendekati Rere, mencengkram dagu gadis itu kemudian menatapnya tajam. "Lo ada niatan deketin Agam kan? Itu sama aja, lo udah nantang gue buat ngelakuin sesuatu ke lo!"

Lexa menghempaskan cengkramannya kasar, membuat Rere kembali merintih kesakitan.

"Lo pasti guna-gunain Agam ya sampai dia mau pinjemin barang ke cewek murahan kayak lo? Gue yang lebih dulu dateng di hidupnya aja ga pernah di pinjemin barang dia satupun."

Curhat neng!

Lexa mendecih ke arah muka Rere, ia mencondongkan tubuhnya mendekati wajah Rere yang memucat.

"Dan lo? Semudah itu dapetin perhatian dia. Dasar cewek ganjen, jangan harap lo bisa lebih deket lagi sama Agam atau lo bakalan dapet masalah besar. Ini peringatan dari Lexa." Ancamnya begitu menusuk.

Rere mengatup tangannya berniat untuk memohon maaf, sungguh dia hanya ingin pulang saat ini dan dia tak ingin mencari masalah dengan Lexa.

"Maaf kak, aku bener-bener nggak mau cari masalah sama kak Lexa. Aku memang suka sama kak Agam. T-tapi, kakak nggak ada hak buat ngelarang orang untuk suka - "

"BERANI LO BANTAH GUE HAH?!"

Saat Lexa ingin meleyangkan tamparan pada Rere, tangannya tiba-tiba berhenti, seperti ada yang mencekal dan menahannya untuk melakukan itu.

Lexa melirik cepat siapa orang yang berani menahan dia seenaknya, "sapa sih - ?"

Mata Lexa seketika membulat, dia membeku di tempat melihat orang di hadapannya itu. "- A-Agam?"

Tatapan mata Agam begitu menyalang, tajam sekali. Membuat semua orang yang disana bergidik ngeri.

Apalagi Lexa, keringat dingin sudah mengalir di dahinya, badannya bahkan bergetar ketakutan. "A-Agam, ini n-nggak seperti yang lo lihat kok." Dia mencoba menjelaskan kepada Agam agar lelaki itu tak salah paham.

Agam sudah semakin muak dengan perbuatan Lexa, jelas-jelas terlihat dia mau menampar adik kelasnya begitu? Cih, kakak kelas yang memalukan.

"Pergi."

"G-gam, lo nggak marah sama gue kan?"

"Gue bilang pergi!" Agam sudah sangat murka. Mau tak mau Lexa dan teman-temannya pun menuruti perintah Agam untuk pergi.

Agam memijat pelipisnya tak habis pikir. Bisa-bisanya gadis itu -

"Awhh ..."

Agam menoleh cepat mendengar rintihan tadi, ia lupa bahwasannya Rere masih ada disana.

Gadis itu terduduk sembari memegangi lututnya yang memerah, meniupi lututnya agar perih yang ia rasakan segera menghilang.

Agam menghela nafasnya jengah, "lo tiupin sampai besok juga ga bakal ngaruh."

Rere mendongakkan kepalanya menatap Agam terkejut. Seketika senyuman lebar kembali terbit dibibirnya, "kak Agam belum pulang?"

"Menurut lo?"

"Y-ya belum sih. Hehe."

Agam melirik jam tangannya, ia sudah menyita banyak waktunya untuk pulang.

"Aku bersyukur banget ada kak Agam tadi, kalau nggak pasti -"

"Pakai." Agam melempar suatu benda ke arah Rere. Kemudian langsung melangkahkan kakinya pergi darisana.

"E-eh? Kak -"

Plester?

Rere memandang benda tipis yang baru saja diberikan Agam untuknya, plester untuk lukanya? Woah!

Rere mengamati punggung Agam yang mulai menjauh. Ia pun berusaha untuk bangkit, lalu berteriak keras sembari membentuk tangannya seperti corong di depan mulut.

"MAKASIH KAK AGAM!"

Duh! Jadi makin naksir kan.

- TBC -

Continue Reading

You'll Also Like

541K 26.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
452K 49.5K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
6.7M 285K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
255K 11.7K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...