PAYUNG & HUJAN

By melkiiimel

18.3K 2.7K 1.1K

[ TAHAP REVISI ] [ HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] "Suka hujan itu boleh, tapi kesehatan lebih penting." Kata... More

PROLOGUE
[02] - Teman Baru
[03] - Lelaki Berhoodie Hitam
[04] - Si Gunung Es
[05] - Ribut
[06] - Wafer Dua Ribuan
[07] - Pingsan
[08] - Squidward Galak
[09] - Terjebak Hujan
[10] - Rembulan Yang Malang
[11] - Tragedi Mie Ayam
[12] - Ketoprak Bikin Baper
[13] - Nomor Agam
[14] - Patah Hati
[15] - Elang Prasetya
[16] - Surat Dan Pesan
[17] - Turnamen Basket
[18] - Wacana Akhir Tahun
[19] - Momen Di Villa
[20] - Kenyataan Pahit

[01] - Payung Biru Laut

1.5K 228 214
By melkiiimel

NOW PLAYING | The Overtunes - Bicara

0:13 ━━●────────── 3:46
⇆ ◁ㅤㅤ ❚❚ㅤㅤ ▷ ↻

©melkiiimel

୨୧ · ‑ - ― - ― - - ― - ‑ · ୨୧

Minggu, 15.25 P.M

Rintikan air yang turun dari langit sore ini ternyata masih setia mengguyur tanah di sepanjang kota, aroma khas dari tanah yang bercampur air hujan itu menguar begitu menyegarkan.

Sepasang netra legam dengan bulu mata lentik itu masih tak ingin terbuka, tubuh gadis mungil itu meringkuk dibawah selimutnya, bahkan sejak dua jam lalu ia hanya terus-terusan bergulung di atas ranjangnya.

Hawa dingin sore ini benar-benar membuatnya malas bergerak dan tak ingin lepas dari ranjang, seperti ada lem perekat yang membuat keduanya menyatu. Tubuhnya sedikit bergemetar, giginya menggretak karena mengiggil.

Tiba-tiba,

Duk! Duk! Duk!

"Kakakk!!!" Suara lengkingan gadis dari balik pintu bak toa masjid itu terdengar sampai dalam, sembari jarinya mengetuk pintu kamar menunggu sang empu membalasnya.

Gadis bernama Claretta Valerie yang biasa dijuluki Rere itu berusaha membuka kedua kelopak matanya, tetapi rasanya susah sekali.

"Masuk aja, Ca!" Jawabnya seadanya.

Terlalu malas, Rere kembali menenggelamkan kepalanya dibalik selimut. Ughh dingin sekali ...

Gadis yang mengetuk pintu, Calista namanya. Adik dari Rere yang biasa dipanggil Caca itu langsung menyelonong masuk setelah mendapat izin dari kakaknya.

"Ya ampun, udah sore masih aja ngebo! Sana mandi Kak, gadis perawan nggak boleh mandi malam-malam." Omelan Caca menggelegar bak emak-emak, melihat kakaknya yang susah sekali disuruh mandi ia tak habis pikir.

"Berisik Ca. Nanti aja deh, lagi malas." Gerutu Rere. Bagaimana lagi, tubuhnya susah sekali di ajak kompromi, bangkit dari tidur saja sulit apalagi mandi.

Caca hanya geleng-geleng kepala, dasar pemalas ...

Ting! Bayangkan saja seperti lampu yang tiba-tiba muncul di otak Caca, ia mempunyai ide!

"Aha ..." Caca tersenyum jahil menyebalkan.

Grep! Srrett!

Caca menarik cepat selimut yang melilit di tubuh Rere, jahil dikit nggak papa lah.

Jelas saja Rere terkejut merasakan hawa sekitar tiba-tiba kembali semakin dingin, ternyata selimut yang sedari tadi menutup tubuhnya telah di curi!

"Ih Caca jahil banget sih, siniin selimut kakak! Dingin banget nih." Rere kesal, ia mencoba merebut kembali selimutnya dari tangan sang adik.

Karena kasihan melihat bibir Rere yang mengerucut seperti corong, Caca pun akhirnya mengembalikan selimut itu kembali pada Rere.

"Kakak kenapa sih? Kakak sakit ya?" Bingung Caca, ia heran saja pada kakaknya itu, dia tidak seperti biasanya. Caca pun kembali duduk di samping ranjang Rere untuk mendengarkan penjelasan kakaknya.

Hiksrotttt ....

"Nih lihat, hidung kakak lagi meler, badan kakak juga mengigil." Jelas Rere, memang benar ia sedang tak enak badan.

Caca bergidik ngeri melihat hidung Rere yang memerah karena pilek, mana keluar ingusnya lagi. Cepat-cepat ia melemparkan kotak tisu yang ada di dekatnya ke Rere.

"Kakak jorok ih!"

Rere menerima tisu yang di berikan Caca dan mengusap hidungnya. "Biarin." Acuhnya, namanya juga lagi sakit.

HIKSROTTTT .....

Lagi-lagi Rere mengeluarkan ingus dengan kencang di depan Caca. Iwhh! Caca memasang raut jijik melihat tisu di tangan Rere, kakaknya itu benar-benar jorok.

Caca menempelkan tangannya di kening Rere, kening gadis itu terasa hangat, memang benar ternyata Rere sedang sakit.

"Uh panas! Kakak sakit dari kapan?"

Rere menggaruk dahinya tanda sedang mengingat, "tadi siang kayaknya."

"Kok ga bilang aku?!" Protes Caca.

Dengan polosnya Rere menjawab, "ini kan lagi bilang."

Ugh kesal!

"Pasti habis hujan-hujanan ya?!" Tuding Caca.

"Iya hehe." Jawab Rere santai dengan cengirannya.

Caca geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rere, sudah berulang kali kakaknya itu di beri tahu jangan sering hujan-hujanan, tetapi tetap saja nakal, kan akhir-akhirnya juga begini.

"Dasar bandel. Udah diam disini, aku ambilin makanan sama obat dulu. Jangan kemana-mana." Peringat Caca dan beranjak pergi dari kamar Rere untuk mengambil makanan dan obat.

"Yeayyy! Makasih Caca ... HACHIMM!!" Teriak Rere diselingi bersin. Ya begitulah, karena hujan-hujanan kemarin, Rere terkena demam dan flu. Untung saja ada adik yang baik hati dan sabar pada kakaknya yang bandel ini.

Tak lama kemudian, Caca kembali dengan membawa semangkuk sup daging dan juga air putih hangat. Tak lupa ia membawa obat pereda demam dan flu.

"Nih kak makan dulu, kalau sudah diminum tuh obatnya." Caca meletakkan makanan dan minuman di nakas samping ranjang Rere.

Rere mengerlingkan matanya pertanda meminta sesuatu, membuat Caca keheranan.

"Hehe, Suapin!"

Rere membuka mulutnya supaya sang adik menyuapinya. Lihatlah kakak satu ini, ternyata masih seperti anak kecil!

Ayo berhitung berapa kali Caca menggelengkan kepalanya jika berhadapan dengan Rere kkk~

"Huftt! Sabar sabar ... Ya sudah ayo sini," Caca pun pasrah dan menyuapkan satu sendok sup daging ke mulut Rere.

Rere tersenyum lebar, adiknya ini benar-benar baik hati. Rere sangat beruntung mempunyai adik sepertinya.

"Hehe makasih, Ca. Omong-omong, Mama Laras kemana?" Tanya Rere sembari memakan suapan Caca.

Caca terdiam sejenak, kemudian ia menghendikkan bahunya. "Nggak tahu kak. Lagi keluar bentar mungkin, bentar lagi juga pulang."

Rere tersenyum kecut. "Setiap papa nggak ada di rumah, Mama Laras nggak pernah betah diam di rumah ini ya, makanya dia sering keluar, iya kan?"

Caca menghela nafasnya, "udah deh Kak biarin aja. Lagian lebih enak kalau Mama keluar, aku bisa main sepuasnya sama Kakak. Kalau ada Mama, aku kan suka nggak dibolehin main sama kakak." Gerutu Caca kesal mengingat mama-nya yang selalu melarangnya ini itu.

"Hust, nggak boleh gitu sama orang tua sendiri." Peringat Rere.

"Biarin. Pokoknya aku kesel sama Mama, Mama suka jahatin kakak, aku nggak suka. Kapan sih Mama berubah dan menerima Kakak, Kakak salah apa sih emangnya?" Cerocos Caca dengan menggebu, dia memang selalu heran dengan sikap mama-nya pada Rere.

Apapun yang Rere lakukan, selalu serba salah di mata mama Laras. Caca terkadang geram, tetapi dia bisa apa sebagai anaknya? Pernah sesekali ia memberi penjelasan pada mama-nya, tetapi ia malah kena sambar balik oleh omelan Mama Laras.

"Kalau aku jadi kakak, udah aku aduin mama ke papa. Biarin." Kata Caca lagi.

Rere tertawa renyah. "Kata bundaku, kalau api di sulut dengan api lagi, api itu pasti akan lebih besar. Sama halnya dengan amarah di tambah dengan amarah. Masalah yang di hadapi dengan amarah dia akan menjadi lebih besar. Kakak beneran nggak papa kok, Kakak yakin suatu saat mama Laras akan sayang sama kakak."

Caca ikut tersenyum, mengangguk setuju. "Iya, suatu saat mama Laras pasti berubah. Dia akan sayang sama kita berdua deh tanpa beda-bedain lagi."

Kakak beradik itu pun kemudian saling berpelukan. Begitu sulitnya hubungan persaudaraan mereka, seperti ada tembok besar yang menghalangi mereka berdua.

Jika kalian ingin tahu, bunda Rere sudah meninggalkan dunia ini saat Rere masih berumur dua belas tahun. Ia meninggal karena mengidap penyakit kanker.

Lalu setelah beberapa tahun sejak kejadian bunda Rere meninggal, papa Rere bertemu dengan Laras. Laras adalah teman se-kantor papa Rere. Karena akrab, mereka pun saling suka dan menikah. Dan ya, jadilah sekarang. Mereka pun mempunyai seorang anak yaitu Caca.

Caca dan Rere ternyata bukanlah adik-kakak kandung, cukup terkejut bukan?

Meskipun begitu, Rere tetaplah Rere si penyayang, ia tetap menerima dan menyayangi keluarga barunya. Ia sudah bersyukur mempunyai adik seperti Caca yang menyayanginya, walaupun ... hubungan Rere dengan ibu adik tirinya kurang baik. Entah apa salah Rere pada mama Laras, ia juga bingung.

Setelah beberapa detik, Caca pun melepas pelukannya. "Oh iya kak, payung dekat pintu itu milik siapa? Setahuku kita kan nggak punya payung warna itu." Tanya Caca yang sedari tadi ada di benaknya, menunjuk payung berwarna biru laut di samping pintu kamar Rere.

Rere menggaruk tengkunya, "ah itu ... Kakak nggak tahu siapa namanya. Dia kasih kakak payung dan langsung nyelonong pergi menghilang entah kemana. Padahal, kakak belum mengucapkan sepatah kata pun buat terima kasih." Jelas Rere sembari mengingat ulang kejadian kemarin.

"Cewek atau cowok kak?"

"Cowok. Ehm, seingatku wajahnya ganteng banget loh Ca, mirip oppa-oppa korea yang sering kita tonton itu loh."

"Hah yang bener kak?! Siapa? Lee Minhoo? Jeon Jungkook? Apa Kang Daniel?" Cerocos Caca antusias. Kalau menyangkut pria tampan seperti oppa-oppa korea kesukannya begini, Caca memang paling semangat.

Rere tertawa, kalau beneran bertemu seperti yang disebutkan Caca tadi, pasti kemarin orang itu akan Rere kejar sampai dapat.

"Ya enggak juga, ganteng aja pokoknya. Tapi dia dingin banget Ca, kelihatan banget dari wajah dan cara bicaranya."

"Woahh, dia bicara apa sama kakak?" Tanya Caca berbinar, ia semakin tertarik dengan cerita Rere.

Rere menopang dagunya mencoba mengingat ucapan lelaki yang kemarin memberinya payung. "Ehm apa ya ... Ah ya, katanya suka hujan itu boleh, tapi kesehatan lebih penting, gitu."

Ctok!

"Aduh! Kok dahi kakak yang di sentil sih?? Kakak salah apa? Bener kok dia ngomongnya gitu ke kakak, kakak udah inget jelas." Omel Rere sembari mengelus dahinya yang baru saja di sentil oleh Caca, dasar lucknut!

"Hu'uh, kakak yang salah dan cowok itu bener. Bagus banget di ingetin sama dia. Makanya jangan bandel, inget tuh kata dia." Caca memeletkan lidahnya sebelum ia lari keluar dari kamar Rere.

"Ighh Cacaaa, kok malah dukung cowok enggak jelas itu sih!"

Hih sebel! Tapi ... kenapa bayangan cowok itu nggak bisa hilang dipikiran Rere ya?

♡♡♡

Senin, 05.45 A.M

Suara alarm dengan musik berjudul Dance Monkey berdering keras memenuhi ruang kamar minimalis yang berdominan warna ungu.

Dengan setengah kesadaran, tangan Rere itu bergerak pelan di atas nakas dekat tempat tidurnya mengambil benda tipis yang menimbulkan bunyi itu. Segera ia mematikan alarm pada ponselnya.

Bukannya bangun, Rere malah tertidur kembali. Ia lupa bahwasannya hari ini adalah hari pertama dimana ia masuk SMA barunya.

Lima menit pun berlalu, Rere tak kunjung bangun lagi dari alam mimpinya. Dasar kebo.

Tok! Tok! Tok!

Lalu akhirnya terdengar suara ketukan pintu dari balik kamarnya, siapa lagi kalau bukan Caca.

"Kakak!!!"

"Yuhuuu ... Ayo bangun! Ayo sekolah!"

Hening, tak ada jawaban dari sang empu dari dalam. Caca menarik nafas dalam-dalam, ia pun kembali berteriak dan semakin keras mengetuk pintu, karena ia yakin sekali kakaknya itu masih tertidur.

Lagian sih kebo sekali Rere itu, padahal hari ini 'kan hari yang ia tunggu-tunggu.

"Ayam tetangga udah bangun dari tadi loh kak, masa kalah sih sama ayam!" Caca tak patah semangat membangunkan Rere si kebo.

Rere yang mulai merasa risih akhirnya terbangun, walaupun kelopak mata-nya tak mau terbuka dan penampilan rambutnya yang acak-acakan bak mak lampir.

Dengan setengah kesadaran, Rere berjalan gontai menuju pintu kamar untuk membukanya.

"Hoammm ... Apaan sih Ca?" Tanya Rere sembari menguap lebar dihadapan Caca.

Ia sedikit kesal karena tadi ia sedang mimpi ada pangeran berkuda yang menjemputnya, belum juga sampai akhir cerita dan tiba-tiba sudah ada yang merusak mimpi indahnya.

Caca mengibaskan tangannya di depan hidung saat kakaknya menguap lebar, ughh! Hampir saja bau jigong Rere masuk ke hidung.

Dilihatnya penampilan Rere dari bawah sampai atas. Caca menggeleng-geleng kepala melihat kakaknya itu benar-benar baru saja bangun tidur dan sama sekali belum bersiap, mandi saja belum.

"Kakak tau sekarang jam berapa?"

Rere menggeleng lemah, ia masih sangat mengantuk rupanya.

Ughh! Caca gemas sekali dengan kakak tirinya satu ini. "Jadi kakak mau bolos waktu hari pertama masuk SMA ya?"

Seketika itu mata Rere terbuka lebar, bahkan melotot hingga bola matanya hampir keluar. Eh, nggak juga dong!

"Astaga lupa! Kok nggak bilang daritadi sih, Ca?!" Pekik Rere tertahan. Ia menepuk dahinya, benar-benar lupa saat ini adalah hari pertamanya masuk SMA.

Caca mendengus. "Dih, Kakak aja yang kayak kebo! Sana cepetan mandi! Nanti aku ikutan telat lagi."

"Iya deh bentar, jangan ditinggal loh." Peringat Rere. Dengan cepat ia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk mengemas diri.

Caca hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rere.

♡♡♡

Pukul 06.05 A.M, Rere sudah bersiap dengan seragam rapinya, segera ia bergerak turun ke lantai bawah untuk menemui Caca.

Ya, rumah Rere mempunyai dua lantai. Dan kamar Rere berada di lantai dua.

Rere mendapati Caca sedang sarapan bersama dengan mama Laras. Caca terlihat sedang mencomot roti di tangannya, kemudian gadis itu menghentikan kunyahannya saat melihat kakaknya sudah bersiap.

"Ayo Kak, sarapan dulu!"

Sedikit ragu saat melihat mama tirinya ikut duduk disana, namun Rere pun memberanikan diri untuk menghampiri meja makan.

Ini bukan pertama kalinya, tetapi saat ini papa Rere tidak ikut serta untuk sarapan, jika ada dia Rere lebih santai saat duduk di meja makan bersama mereka.

Papa Rere tidak ada di rumah, kemarin beliau tidak pulang karena masih ada urusan kerjanya di luar kota, alhasil tinggal-lah mereka yang sarapan bertiga.

Perlahan Rere menarik salah satu kursi dan menjatuhkan pantatnya disana. Dengan senyum lebar untuk mengawali sarapannya, Rere mengambil sehelai roti dan mengolesinya dengan selai stroberi, di temani juga segelas susu putih hangat kesukaannya.

Rere melirik mama Laras. Seperti biasa, mama tirinya itu selalu menatapnya tidak suka.

"Uang saku kamu bulan ini masih ada kan?" Tanya Mama Laras tiba-tiba dengan suara mengintrogasi.

Rere sedikit terkejut tiba-tiba mama Laras bertanya padanya. "M-masih kok ma," jawab Rere mencoba untuk lebih rileks.

"Jangan panggil saya mama jika papa kamu tidak ada." Sarkas Laras tak suka.

Rere memandang mama Laras dengan tatapan tak percaya, jujur ia terkejut dan sangat sedih saat mendengar kata-kata itu keluar dari bibir mama tirinya.

"K-kenapa ma?"

"Jangan ya jangan." Ucap Laras dengan nada sedikit ditekan, ia pun mengemasi sarapannya dan pergi dari meja makan.

Rere mengamati punggung Laras yang mulai menjauh dengan tatapan yang meredup. Apa lagi kesalahan yang ia perbuat sehingga ia tidak boleh memanggilnya mama?

Memang Laras bukanlah ibu kandung Rere, tetapi apakah salah jika ia memanggil seseorang yang telah mengasuhnya beberapa tahun ini dengan sebutan mama?

Caca yang hanya bisa diam melihat kejadian itu pun turut sedih, ia tahu kalau kakaknya itu pasti sangat kecewa mendengar ucapan mamanya tadi. Mama keterlaluan.

"Udahlah kak nggak usah dipikirin, yuk kita berangkat!" Ajak Caca, mencoba menghilangkan kesedihan pada Rere. Ia tidak ingin hari pertama sekolah kakaknya itu menjadi buruk.

Rere yang sedang melamun pun tersentak. Kemudian tersenyum teduh menanggapi Caca, "okey yuk!"

Ya betul, tidak baik bersedih apalagi untuk hari ini. Untuk saat ini Rere harus terlihat baik-baik saja didepan publik.

- TBC -

Continue Reading

You'll Also Like

696K 1.7K 35
menceritakan tentang perjalanan aira si gadis polos , yg menjadi lonte karna dititipkan dirumah om nya, yuk baca 20#sadis 28#bxg 9#binal 120#kejam 1...
396K 30.9K 41
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
637K 47.6K 57
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
2.4M 108K 23
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...