My Hand In Yours

Door Winnyraca

1.4M 148K 4.9K

Masa lalu ada di belakang, tertinggal bersama dengan segala pahit dan manisnya. Tapi kamu adalah masa depanku... Meer

Prolog
Sesal Yang Terlambat
Tekad Untuk Memulai
Pertemuan
Sesuatu Yang Hilang
Pengumuman
Awal Baru - Anthony
Di Bawah Satu Atap
Informasi Yang Menyesatkan
Tak Seperti Yang Terlihat
Nama Dari Masa Lalu
Proposal Samudra
Batang Versus Lubang
Perempuan Trouble Maker
Sikap Aneh Bos-Kekecewaan Anita
Rencana Wanita Ular
Urusan Yang Tertunda
Laras dan Sang Paman
Tugas Yang Berat - Seleksi Sekretaris
Yemima yang penasaran dan Anthony yang usil
Perbincangan dengan para bos
Bicara tentang Yemima
Pertengkaran
Sekretaris Anthony
Penyusup
Mengingat Janji
Kejadian Gawat
Menjenguk Samudra
Curhat Dewi
Lebih Mengenal Laras
Sebuah Fakta Terungkap
Fakta yang dibuka Aiden
Keinginan Untuk Bicara
Surel
Salah Paham
Berita Mengagetkan
Rindu
Papah pasti pulang
Rekonsiliasi
Lamaran Yang Tidak Romantis
Anthony dan Adrian yang absurd
Keterbukaan dan Keberuntungan
Yemima dan Adrian - Wedding Day
Penghiburan
EPILOG

Saat Kebenaran Terungkap

21.6K 2.5K 76
Door Winnyraca

Bunyi bel yang berulang-ulang membuat Anthony terpaksa membuka matanya. Sakit di kepalanya makin menjadi, pandangannya berkunang-kunang, dan kerongkongannya terasa kering. Susah payah dia bangkit dan dengan brutal memaki siapa pun itu yang dengan tidak sopannya memainkan bel. Namun, saat membuka pintu dan bersiap memaki, Anthony tertegun.

Di depan pintu, berdiri Aiden dengan Yemima dalam gendongannya. Gadis mungil duplikat Anthony itu dengan bersemangat menekan bel berulang-ulang.

***********************************
"Seharusnya kamu tidak janji untuk mengantarnya kemarin. Karena kamu ingkar, kami semua kesulitan membawanya ke sekolah. Terpaksa saya minta izin pada pihak sekolah agar Yemima bisa membolos kali ini," kata Aiden membuat Anthony merasa seperti seorang murid TK yang sedang ditegur oleh gurunya.

"Maaf," katanya sambil meletakkan minuman kaleng di atas meja untuk Aiden.

"Dimaafkan, mengingat kamu belum terbiasa menjadi ayah." Aiden mengambil minuman kaleng dan membukanya. "Tapi kamu harus minta maaf ke Yemima."

Anthony melihat ke arah Yemima dengan tatapan melembut. Hatinya langsung merasa hangat. Perlahan dia berdiri lalu mendekati Yemima yang sejak tadi berkeliling dalam apartemennya. Putrinya itu menoleh dan menatap Anthony dengan cara yang lucu ketika dia berjongkok di depannya dan tersenyum.

"Mima ... tadi Mima nunggu Papa, ya?"

Yemima mengangguk. Kucirnya yang tipis bergoyang-goyang. "Iyah," jawabnya. Lalu mulutnya mengerucut lucu. "Papah ga dateng."

Rasa bersalah menyesakkan dada Anthony. "Maaf, ya. Tadi Papa sakit kepala, jadi enggak bisa bangun," katanya.

Yemima menyentuh kepala Anthony dengan tangan mungilnya. "Sakit? Pucing yah?"

Anthony mengangguk sambil tersenyum. "Maaf, ya," ucapnya lagi.

Yemima mengangguk lagi. "Pi jan boong lagi, yah?"

Anthony mengangguk sambil tersenyum lebar. "Oke. Papa janji."

Yemima memeluk Anthony, tetapi langsung melepaskannya sambil mengernyit. "Papah bau asyem, ih! Belum mandi, yah?"

Anthony tertawa. "Belum, kan Papa lagi sakit kepala."

"Sebaiknya mandi dulu," saran Aiden. "Kalau tidak dia akan terus mengomel."

Anthony mengerjap. "Ya sudah, Papa mandi dulu, ya." Dia bangkit, tapi saat itu pandangannya seperti berputar, membuatnya jatuh berlutut kembali.

"Papah napa?" tanya Yemima. Saat itu Anthony mendengar langkah Aiden yang menghampirinya. Adik Anita itu memegang bahunya.

"Lo kenapa?" tanyanya dengan cara bicara yang sudah tidak seformal sebelumnya.

Anthony memejamkan matanya. "Kepala gua pusing, Broh," jawabnya, mengikuti gaya Aiden.

Aiden menarik tubuhnya berdiri, kemudian memapahnya ke sofa. Yemima membantu dengan memegangi jemari ayahnya. Membuat hati Anthony langsung dipenuhi kehangatan karena tindakan kasih putrinya.

"Kayaknya lo harus ke dokter deh, Bro," kata Aiden. "Yemima bakalan ngambek lagi besok kalo lo enggak nganter dia."

Anthony mengernyit menahan sakit di kepalanya. "Enggak bisa hari ini, Bro. Gua harus nemenin abang gua ke pertemuan sama nyokap. Dia mau nikah dan enggak mungkin gua enggak dateng."

Aiden mengangguk-angguk. "Oh ... ya sudah. Nanti gua coba kasih pengertian ke Mima."

Anthony menatapnya penuh terima kasih. "Thanks, Bro."

"Enggak masalah, kali. Seumur hidup Yemima gua udah ngebujukin dia untuk semua hal, bujukkin sekali lagi bukan perkara besar. Apalagi dia lihat sendiri kalo emang lo enggak enak badan."

Anthony mengulas senyum lebar. "Thanks, anyway," ucapnya tulus. Dia memberikan tanda pada Yemima untuk mendekat. "Mima ... sini. Papa mau ngomong."

Yemima mendekatinya, lalu duduk di pinggir sofa. Dengan lembut Anthony menarik tubuh mungilnya, tapi gadis kecil itu meronta.

"Ih ... Papah sih bau asyem. Mandi dulu," omelnya jengkel.

Anthony tertawa, sementara Aiden tersenyum simpul. "Maaf, Sayang. Papa mandi sebentar lagi. Tapi Papa minta ijin dulu, ya. Hari ini Papa enggak bisa nemenin, soalnya Papa harus ketemu nenek Mima."

Yemima menatap ayahnya. "Napa Papah dak pulang? Napa Papah dak bobo sama Mima sama Mamah?"

Anthony tertegun, dan dengan panik memberikan tatapan minta tolong pada Aiden.

Dengan lembut Aiden meraih Mima ke pelukannya. "Papah masih banyak kerjaan. Kalo Papah kerja di rumah, nanti Mamah marah, makanya Papah kerja di sini dulu. Kalau kerjaannya sudah selesai, Papah pasti pulang," bujuknya.

Yemima mengedipkan mata hijaunya. Lalu dengan gerakan lucu dia mengangguk-angguk. "Gicu yah? Pi gak lama, kan Pah?"

Anthony menggeleng. "Enggak. Sebentar lagi, kok," katanya.

"Don't make a promise if you can't fullfill it," Aiden menegurnya tanpa menoleh.

"I don't." Anthony menjawab. "I will do my best for Mima."

Aiden tersenyum getir. "Mima ... Mima main dulu yah, Daddy mau ngomong sama Papah," katanya.

Yemima mengangguk. Lalu dia turun dari pangkuan pamannya dan kembali berkeliling.

"Dia mungkin cuma anak kecil yang cantik, tapi dia sensitif, dan sering tahu apa yang dibicarakan orang dewasa," kata Aiden.

Anthony tertegun.

Aiden menghela napas, lalu menatap wajah Anthony. "Gua tahu lo masih marah banget sama Mbak Nita, dan lo betul-betul terguncang sama berita yang lo dapet dengan cara yang lo enggak kira. Untuk itu gua minta maaf."

Anthony balas menatapnya. "Lo tahu sekarang, bukannya gua enggak mau tanggung jawab ke kakak lo, tapi kakak lo yang enggak kasih gua kesempatan itu, kan?"

Aiden mengangguk. "Ya. Tapi sebagai laki-laki, gua rasa lo itu kurang usaha. Mbak Nita itu perempuan dengan harga diri tinggi dan masa lalu yang berat. Dia merasa melakukan banyak kesalahan dan itu yang bikin dia hati-hati dalam bertindak. Dia punya alasan dan ketakutan sendiri makanya belum bilang ke elo soal Yemima. Salah satu alasannya adalah dia enggak mau lo menjauh dari dia kalo tahu yang sebetulnya. Dia jatuh cinta sama lo, Man, Dia nunggu lo buka hati untuk dia, makanya enggak satu pun laki-laki yang coba gua kenalin ke dia diterima. Dia cuma berharap sama lo, tapi terlalu takut lo tolak."

Anthony menghela napas berat. "Dari semua orang dialah yang paling tahu gua kayak gimana. Enggak mungkin gua nolak dia dan Mima."

Aiden tersenyum kecil. "Man, dia justru enggak mau lo terbeban sama dia dan Mima. Kalo lo nerima dia, lo harus jatuh cinta sama dia, bukan karena tanggung jawab atau tetek bengek masalah moral."

"Tapi gua memang jatuh cinta sama kakak lo."

"Lo bilang gak sama dia? Pernah ngasih tanda ke kakak gua kalo lo menginginkan dia sebagai perempuan? Bukan sebagai rekan kerja, atau bukan karena kasihan?"

"Lo enggak ngerti. Gua terlalu takut untuk ngomong ke dia. Gua takut dia nolak gua, dan gua enggak yakin bisa bertahan kalau dia ngejauhin gua, apalagi ... tadinya gua kira lo itu...."

Aiden mengangkat alisnya. "Apa?"

Anthony menghela napas. Wajahnya memerah. "Gua kira lo itu pacarnya Nita. Gua pernah mergokin lo cium pipinya."

Aiden melongo sesaat, sebelum kemudian tertawa geli. "Lo salah paham? Bukannya nanya, lo malah ngira-ngira terus?"

Anthony tertunduk. "Gua takut Nita nganggep gua usil."

"Terus apa bedanya sama Mbak Nita? Kalian itu sama-sama bodoh karena udah dibohongin sama pikiran sendiri. Oke, kesalahan Mbak Nita lebih besar, tapi kalo lo pernah kehilangan orangtua lo karena kesalahan lo, lo bakalan ngertiin ketakutan Mbak Nita."

Anthony tertegun. "Kehilangan orang tua?"

Aiden mengangguk. "Ibu kami meninggal karena serangan jantung tepat waktu Mbak Nita mengakui dia jatuh cinta sama Mas Samudra, mantannya. Jadi dia selalu menyalahkan dirinya karena itu. Makanya, dia sangat berhati-hati waktu ngambil tindakan."

Anthony termangu.

Saat itu Aiden menepuk bahunya. "Pikiran perempuan emang rumit, tapi kalo lo sudah selesai marah, baikan, deh, sama Mbak Nita. Lagian .... emang lo tahan jauh sama dia?"

Anthony menatap Aiden lalu tertawa kecil. "Umur lo lebih muda dari gua, tapi kenapa lo bisa lebih dewasa dari gua?"

Aiden tersenyum. "Butuh kehilangan dua orangtua lo dan menjalani hidup sebagai ayah di usia muda untuk bisa mikir dewasa. Gua udah jadi ayah Mima sejak dia lahir, dan gua berharap, lo bisa ambil alih tanggung jawab gua sekarang."

**********************************

"Bisa aku bicara dengan Mami?"

Lestari menoleh dan menatap Anthony penuh tanya. Pertemuannya dengan calon istri Adrian barusan berjalan lancar, dan Lestari sangat menyukai gadis bernama Laras itu. Dia tidak menduga, Anthony menghampirinya saat pertemuan berakhir.

"Tentu saja, Thony. Mau bicara, apa?"

Anthony menunjuk ke arah sebuah meja. "Kita bicara di situ."

Lestari mengangguk. Dia mengerutkan kening melihat Anthony tampak berpikir keras. "Ada apa?"

Anthony menghela napas, dan menatap ibunya dalam. "Aku ingin bertanya tentang Prasetyo. Benarkah Mami pernah berselingkuh dengannya?"

Lestari ternganga kaget. Untuk beberapa saat dia terdiam, sebelum kemudian menggigit bibir. "Dengar dari mana?"

Anthony merapatkan rahangnya. "Jawab saja. Please."

Beberapa saat Lestari tertunduk. Menit demi menit berlalu, dan Anthony masih setia menunggunya bicara. Setelah menghela napas berat dan mengembuskannya keras-keras, cerita pun mengalir dari mulutnya.

Seperti yang didengar Anthony dari Adrian, Prasetyo dan Lestari dulu berselingkuh saat pernikahannya ada dalam krisis. Namun, yang membuat Anthony tidak bisa membenci ibunya, adalah karena Lestari dan Prasetyo ternyata bertunangan sebelum Alexander, Ayah Adrian dan Anthony, memerkosanya hingga hamil. Pertunangan itu pun terputus, dan Lestari kemudian menikah dengan Alexander lalu berusaha untuk melupakan Prasetyo.

Anthony dilahirkan tujuh tahun setelah Adrian, saat itu Lestari sudah sepenuhnya menerima Alexander dan mencintainya. Sayang, justru Alexanderlah yang berkhianat. Dia mencurangi Lestari dan berselingkuh dengan sekretarisnya berulang kali. Lestari pun murka lalu membalas perselingkuhan itu dengan terang-terangan. Dia berhubungan lagi dengan Prasetyo, hingga Anastasia pun lahir. Lestari tidak menyembunyikan fakta kalau Anastasia bukan anak Alexander karena sengaja ingin menyakitinya. Namun, saat Adrian memergoki dia dan Prasetyo bersama, maka perselingkuhan itu berakhir.

"Sejak saat itu Mami tidak lagi menemuinya. Sebejat apa pun ayah kalian, Mami tidak lagi berniat membalasnya. Mami tahu, kalianlah yang jadi korban. Tapi, apa pun alasannya, perbuatan Mami memang tidak termaafkan. Makanya Mami tidak menyalahkan kebencian Adrian. Mami juga akan menerima kalau kamu tidak mau memaafkan Mami." Lestari menutup ceritanya dengan nada getir.

Anthony menghela napas berat. "Memangnya aku siapa bisa menghakimi Mami setelah semua yang terjadi dan apa yang jadi alasan Mami?"

Lestari menatapnya sedih. "Anthony, Mami tahu pasti tidak mudah buat kamu untuk melihat Mami dengan cara yang sama dengan sebelumnya. Tapi Mami pastikan padamu, semua sudah berakhir lama sekali. Sekarang Mami hanya ingin jadi ibu yang sebenarnya bagi kalian, meski itu terlambat. Mami sudah memulai dengan membereskan hubungan Mami dan Adrian melalui Laras. Setelah itu, Mami ingin memulihkan segalanya dengan kamu. Jadi, bisakah Mami minta satu hal darimu?"

"Apa?"

"Temani Mami menemui Vera, Mami ingin minta maaf karena tidak bisa membantunya mendapatkan hati Adrian karena sekarang Adrian sudah memiliki wanita yang disukainya. Mami ingin memastikan kalau Vera berhenti mengejar Adrian."

Anthony menghela napas, Mungkin, dia juga perlu membereskan masalah dengan wanita masa lalunya itu. Sebelum itu, ada hal yang lebih penting untuk dilakukan.

***************
Aiden benar saat bilang dia tidak sanggup berjauhan dengan Anita. Namun, buat Anthony yang hampir tidak pernah meminta maaf, adalah hal yang sulit untuk mengakui kesalahannya. Jadi dia bisa merasakan tubuhnya yang gemetar saat berdiri di depan pintu ruangan Anita yang tertutup. Atau ... jangan-jangan dia memang sakit, makanya tubuhnya gemetaran? Nekat, dia pun mengetuk pintu.

"Masuk." Suara lembut Anita terdengar. Rasa rindu membanjir di benak Anthony.

Gugup tapi penuh tekad, Anthony membuka pintu. "Hai, Nita." Dia menyapa dan mencoba tersenyum meski gugup. Sial, pusing di kepalanya menyerang mendadak, dan dia merasakan asam lambungnya naik dan sedetik kemudian terdengar teriakan Anita yang menyerukan namanya dengan panik.

***********************************

Re-published Valentine day 2020

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

119K 14.5K 38
Kenapa harus menyekap perasaan, kalau mengungkapkannya bukanlah dosa? Canna si Peony Begitulah Ysander Rex kerap memanggil adik kecilnya, Sheryl Cann...
6.5M 332K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
421K 66.7K 58
Bertemu kembali dengan mantan setelah 9 tahun berpisah tidak pernah ada di bayangan Salsa, seorang pemilik Bee Florist. Mencoba move on dan menjalin...
1M 50.4K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...