Terjebak - Taeyong ✔

By wildahdnt

238K 21.7K 2.2K

Gimana, sih, rasanya kalau tiba-tiba aja, kita bisa saling kenal sama idola kesukaan kita? Padahal sebelumnya... More

Prolog
Taeyong • 1
Taeyong • 3
Taeyong • 4
Taeyong • 5
Taeyong • 6
Taeyong • 7
Taeyong • 8
Taeyong • 9
Taeyong • 10
Taeyong • 11
Taeyong • 12
Taeyong • 13
Taeyong • 14
Taeyong • 15
Taeyong • 16
Taeyong • 17
Taeyong • 18
Taeyong • 19
Taeyong • 20
Taeyong • 21
Taeyong • 22
Taeyong • 23
Taeyong • 24
Taeyong • 25
Taeyong • 26
Taeyong • 27
Taeyong • 28
Taeyong • 29
Taeyong • 30
Taeyong • 31
Taeyong • 32
Taeyong • 33
Taeyong • 34
Taeyong • 35
Taeyong • 36
Taeyong • 37
Taeyong • 38
Taeyong • 39
Taeyong 40
Taeyong • 41
EPILOG
Taeyong • 42
Taeyong • 43
Taeyong • 44
Taeyong • 45
Taeyong • 46
Taeyong • 47
SELESAI • Tentang Alur
Sequel Why Not?

Taeyong • 2

8.8K 751 38
By wildahdnt

Sore menjelang malam, seorang laki-laki dengan tubuh tegap atletis, berjalan masuk ke dalam sebuah gedung lima belas lantai dengan halamannya yang luas. Tentunya orang-orang yang ada di dalam sana, menunduk sekilas melemparkan salam hormat saat laki-laki itu berjalan melewati mereka. Meski saat ini wajahnya tengah dibalut dengan sebuah masker hitam dan juga hoodie bewarna hitam, tentu saja orang-orang disana sepertinya sudah sangat hafal siapa laki-laki tersebut.

Langkah laki-laki itu terhenti di depan pintu coklat dengan sebuah tulisan berukuran sedang di atasnya. Tanpa ragu, ia memasuki pintu tersebut.

"Kak," panggilnya.

Tampak seorang pria yang sepertinya berumur tiga tahun lebih tua darinya, melemparkan senyuman saat ternyata, Adik laki-lakinya memasuki ruangan tersebut.

Laki-laki itu pun duduk di atas sofa yang terdapat di ruangan itu. Membuka masker dan penutup hoodie-nya. Ia langsung mengubah posisinya menjadi berbaring.

"Darimana aja kamu? Kok, kayaknya kelihatan capek, banget," ujar sang Kakak memberikan rasa prihatinnya.

"Schedule banyak. Aku kurang istirahat." jawabnya spontan.

Laki-laki itu mulai memejamkan mata.

"Tapi kamu gak bisa tidur disini," kata sang Kakak lagi mengingatkan.

"Wae? [Kenapa?] Aku gak boleh tidur disini?" tanyanya dengan nada suara berat.

Kakaknya mendengus geli. Ia pun duduk di sofa yang ada di depan Adiknya itu.

"Kalau staff Kakak masuk dan lihat kamu tidur disini gimana? Lagian kamu bisa tidur di kamar," jawab sang Kakak.

Laki-laki itu membuka matanya. Iya, sih. Ia bisa tidur di kamar yang ada dalam ruangan tersebut. Ruangan itu cukup besar karena tidak hanya dikhususkan untuk bekerja, namun hal pribadi juga tercantum di dalamnya. Termasuk laki-laki itu sangat suka mendatangi ruangan Kakaknya karena hanya disana ia dapat beristirahat dengan tenang dan juga dekat dengan tempat latihannya.

"Aku maunya disini. Aku cuma bentar doang, kok. Lagipula satu jam yang akan datang, aku bakal balik lagi ke studio." ucap Adiknya.

Lagi dan lagi, Kakaknya hanya mendengus sambil tersenyum maklum.

"Kamu gak mau ganti jati diri aja? Lagipula, kamu bisa jadi businessman kayak Kakak dan Papa. Kamu bisa pegang perusahaan Papa lainnya dan lelahnya gak seperti yang kamu rasakan saat ini, Tae." kata sang Kakak.

Taeyong menatap langit-langit ruangan kerja Kakaknya itu.

"Aku lebih bahagia kayak sekarang, Kak. Walaupun lelahnya berat, banget. Tapi, Kakak tau dari kecil aku suka sama yang namanya musik. Jadi aku tetap akan ngejalanin itu sampai tua nanti."

Kakak laki-laki Taeyong yang bernama Jaejoong, memberikan senyuman maklumnya. Di satu sisi, ia sangat bangga kepada Adiknya yang telah berhasil menjadi laki-laki yang popularitasnya membanggakan banyak orang terutama kedua orang tuanya. Tapi di satu sisi, ia tak tahan melihat kerja keras Adiknya itu yang membuat dirinya harus merelakan jam istirahat demi latihan. Hal tersebut yang membuat Jae ingin Adiknya berpindah haluan.

Kedua mata Jae saling menyipit ketika melihat baju Taeyong terlihat kotor. Ada noda bewarna coklat yang terlihat luntur--seperti sehabis dibersihkan menggunakan tisu.

"Baju kamu kenapa, Tae?" tanya Jaejoong.

Taeyong jadi ingat sesuatu. Ia memandangi sekilas bajunya yang kotor.

"Oh, ini. Tadi ada yang nabrak aku." jawabnya.

"Siapa? Penggemar kamu?"

Taeyong mengangkat kedua bahunya sekilas. Ia tak mau tau. Lagian, mengingat hal itu hanya akan membuatnya kesal.

Oh.. sungguh kesal!

Andai ia bukan seorang public figure, Taeyong akan membentak orang yang menabraknya tadi.

"Kak," panggil Taeyong menghadap Kakaknya.

"Kenapa?" tanya Jae.

"Kakak tau kalau sekarang, aku lagi persiapan diri buat konser NCT sebulan yang akan datang?" kata Tae terdengar lebih seperti sebuah pertanyaan.

Alis Jae terangkat sebelah. "Seriously? Kakak gak tau," katanya.

Taeyong tertegun sejenak. "Aku ngundang Kakak, Mama dan Papa buat dateng. Tiket vip. Aku udah bilang ke pihak agensi buat ngundang kalian." sahut Taeyong.

Jae terlihat berpikir. Dilihatnya wajah Adiknya yang tampak terlihat pucat seperti kelelahan. Ia tau, kerja keras Adiknya selama ini selalu membuahkan hasil yang memuaskan. Tapi bagi seorang Kakak yang sangat menyayangi Adiknya, Jae selalu tak tega saat tau kondisi Adiknya jauh dari makna baik-baik saja.

Sebenarnya Jae sudah berulang kali mengatakan agar Taeyong berpindah haluan. Tapi ia juga tak bisa memaksa jika Adiknya itu memang sangat mencintai pekerjaannya sekarang sebagai seorang idol. Bagaimana pun, Jae selalu mendukung penuh apa yang dilakukan Taeyong selama itu baik untuknya.

"Pesan Kakak kayak biasa. Kamu jangan sampai kecapekan, Kakak gak mau kamu kenapa-kenapa." kata Jaejoong menasihati.

Taeyong hanya mengangguk sekilas sebelum cowok itu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju sebuah tempat tidur yang letaknya di ujung ruangan.

●●●

Sebuah lonceng yang tergantung di pintu toko kue tersebut, terus saja berbunyi beriringan dengan orang-orang yang masuk ke dalamnya. Hari ini hari libur. Wajar saja jika toko kue itu mendadak ramai. Toko tersebut ternyata tak hanya menjual kue untuk di bawa pulang, tetapi para pembeli juga bisa menikmati santapan kue sekaligus menyeduh kopi serta teh yang dijual.

Karena tempat itu juga didominasikan dengan cafe kecil-kecilan yang cocok untuk dijadikan tongkrongan anak muda. Tempatnya juga tak jauh dari pusat kota Seoul dan cukup strategis.

"Kamsahamnida."

Berulang kali Lia mengucapkan kata tersebut karena hari ini, ia mendapatkan jatah untuk menjaga kasir. Entah keberapa kalinya Lia melayani para pembeli dalam waktu setengah hari. Lia pun tak henti-hentinya untuk tersenyum ramah.

Sebenarnya, Lia memang ramah, sih.

"Lia, makan siang, yuk." seruan seseorang membuat fokus Lia terhenti.

Gadis itu menoleh ke kanan dan melihat Kenzo sepertinya sudah siap untuk pergi keluar mencari santapan makan siang. Sebelumnya, Lia menatap jam yang lengket di pergelangan tangannya. Tak sadar, ternyata sudah waktunya makan siang. Karena Lia terlalu fokus, dia sampai tak ingat bahwa waktu telah berjalan secepat itu.

Lia mundur ke belakang setelah mendapatkan penggantinya untuk menjaga kasir. Ia melepas celemek dan juga topi ala toko tersebut. Selanjutnya, Lia mengambil dompetnya lalu berjalan mendekati Kenzo yang sudah berdiri di depan pintu masuk.

"Mau makan dimana?" tanya Lia.

Cuaca hari itu terlihat cerah. Sudah beberapa bulan musim semi terus berlangsung. Lia bisa menghitung menggunakan jarinya saat akan musim salju tiba. Sepertinya, ia harus menyiapkan beberapa pakaian tebal. Soalnya, pakaian tebal Lia rata-rata sudah mulai mengecil.

"Tempat biasa, aja, mau?" tanya Kenzo.

"Mau disana, aja? Gamau tempat yang lain, gitu?" tanya Lia balik.

"Emangnya kalau ke tempat lain bagusnya dimana?" balik Kenzo bertanya, lagi.

Iya, sih. Lia juga tak tau harus mencari dimana tempat makan lainnya. Bukannya tidak tau, tapi Lia bingung untuk mencari tempat makan lainnya.

"Yaudah, tempat biasa, aja."

Gak mau ribet, gak mau capek juga, Lia terpaksa memilih tempat yang sering mereka kunjungi saat makan siang.

Keduanya berjalan beberapa menit menuju tempat yang akan dituju. Sesampainya di lokasi, Kenzo menganga saat melihat tempat yang dimaksud Lia.

Itu bukan tempat biasa mereka menyantap makan siang.

Melainkan.. itu tempat tongkrongan anak-anak NCT yang Kenzo tau.

"M-maksud, lo, tempat biasanya ini?" tanya Kenzo menatap Lia meminta penjelasan.

Lia memasang tampang polos sambil mengangguk. "Iya. Gue biasa kesini." jawabnya.

"Tapi, gue, enggak!" kata Kenzo ketus.

Bagaimana tidak, walaupun Kenzo warga asli Korea, ia tidak suka hal berbau Kpop. Menurutnya membosankan dan ia ingin mencari hal baru. Kenzo tau kalau cafe ini merupakan tempat tongkrongan anak NCT, itu pun karena Lia pernah memberitahunya. Mendengar Lia bercerita tentang NCT saja, Kenzo sangat malas. Apalagi datang ke tempat tongkrongannya.

"Ganti tempat, ah!" kata Kenzo memaksa.

Lia menaikkan kedua alis. "Kita jalan udah jauh, banget. Lo mau minta ganti tempat?! Kaki gue sakit, woi! Udah, disini, aja. Lagian kalau misalkan kita ganti tempat, gue gak yakin waktunya keburu apa kagak," Lia berujar meyakinkan.

Iya, sih.

Kenzo memandang arloji di tangan kirinya kemudian memutar kedua bola matanya. Melihat reaksi Kenzo seperti itu, Lia nyengir sendiri. Kemudian gadis itu menggenggam tangan Kenzo untuk masuk ke dalam cafe tersebut. Tak perduli dengan tatapan Kenzo yang terlihat sangat malas.

Sebenarnya malasnya Kenzo ke tempat itu bukan karena design atau makanan yang dijual tidak sesuai ekspektasi. Tetapi karena cafe tersebut merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang disukai Lia. Intinya Kenzo malas dan bosan. Seandainya cafe tersebut sering dikunjungi Dua Lipa atau artis hollywood lainnya, tak masalah bagi Kenzo jika ia harus mendatangi tempat itu setiap hari.

Lia langsung menduduki kursi kosong yang menjadi objek penglihatannya. Mau tak mau, Kenzo menuruti setiap pergerakan Lia. Keduanya langsung memesan makanan yang disajikan di tempat itu. Setelah selesai memesan, sambil menunggu pesanan mereka datang, Kenzo dan Lia menyibukkan diri masing-masing.

Kenzo memilih sibuk dengan ponselnya sedangkan Lia celingak-celinguk ke segala penjuru cafe.

"Kayak gak ada kerjaan aja lo," sindir Kenzo tanpa berpaling pada layar ponselnya.

Sadar akan ucapan sahabatnya itu, Lia mendecak.

"Tau aja, sih." katanya.

Karena sudah dinyinyirin Kenzo begitu, Lia tak lagi melihat-lihat. Gadis itu malah menatap wajah Kenzo yang menunduk, cemberut. Lia tau, Kenzo masih tidak suka dengan perlakuannya yang membawa cowok itu ke tempat yang tak ia suka.

Dengan sigap, Lia menarik ponsel Kenzo. Kenzo memandangnya terkejut.

"Ngapain, sih?!" tanya Kenzo langsung.

Tak menanggapi, gadis itu memandang Kenzo dengan kedua tangan saling memangku wajahnya.

Sebelum memulai perkataannya, Lia sempat berdesis. "Lo masih kesal?" tanya gadis itu kemudian.

Mengerti akan situasi, Kenzo balik menatap gadis itu dengan serius.

"Kalau iya, kenapa?"

Lia sempat terdiam sejenak sebelum pada akhirnya gadis itu tersenyum manis.

Begitu manis.

Sesaat kemudian, keadaan kembali hening. Dengan posisi masih dalam menunggu pesanan keduanya datang.

Dan saat itu pula, Kenzo menyadari sesuatu.

"Lo masih suka dapat kiriman dari Soyeon gak, sih?"

Semacam disadarkan, Lia agak terkejut mendengar lontaran pertanyaan Kenzo. Dan hal itu juga membuatnya ingat akan sesuatu.

"Masih, tapi akhir-akhir ini jarang, sih. Gak tau kenapa, mungkin sibuk." jawabnya.

"Lo gak mau coba cari tau Soyeon itu siapa?"

Setelah dipikir-pikir, perkataan Kenzo ada benarnya. Sudah beberapa kalinya Lia selalu mendapatkan surat atau barang-barang mahal yang ia ketahui pengirimnya bernama Soyeon.

"Gue emang pernah kepikiran untuk nyari tau, sih. Tapi kayaknya terlalu buang-buang waktu. Yang gue tau, Soyeon itu baik dan dia teman masa kecil gue." ucap Lia.

"Lo yakin teman masa kecil, lo?" tanya Kenzo tak yakin.

Lia mengangguk mantap. "Mungkin aja. Dia bilang kalau dia teman masa kecil gue waktu dulu gue pernah tinggal di Kanada. Ingatan gue tentang dia udah pudar, sih. Tapi gue gak permasalahin itu."

"Seyakin itu lo sama dia?" Kenzo bertanya lagi semakin tak yakin.

Lia mengangguk lagi dengan bingung. "Emangnya kenapa, sih? Lo kayaknya permasalahin, banget."

"Gimana gak permasalahin, sih, Lia?! Lo dengan gampangnya langsung nerima pemberian orang yang lo sendiri gak kenal siapa dia. Kalau lama kelamaan jadi makin aneh gimana?"

"Aneh gimana, sih, Ken? Lo lihat, apa dari dulu gue selalu dapat keanehan dari Soyeon menurut cerita lo itu? Kalau emang ada apa-apa, gak mungkin Soyeon selalu ngirimin gue barang-barang bagus dan surat yang sebagus itu," bela Lia.

Kenzo diam. Ia tak mau lagi meneruskan perkataannya. Bisa-bisa, mereka malah bertengkar nantinya. Baik Kenzo ataupun Lia, keduanya sama-sama diam--hanyut pada pikiran masing-masing sebelum pada akhirnya pesanan mereka datang.

Tbh, Lia pernah tinggal di Kanada saat umurnya masih sangat kecil. Namun keberadaannya di Negara tersebut tak berlangsung lama, hanya sekitar dua tahun sebelum pada akhirnya ia kembali ke Negara aslinya.

Selama ini, Lia selalu mendapatkan kiriman barang ataupun surat dari seseorang yang mengenali dirinya. Katanya, sih, teman masa kecil Lia di Kanada. Lia tak dapat mengingatnya karena ia memiliki ingatan yang cukup buruk. Tak ambil pusing, setiap kali mendapatkan kiriman itu, Lia selalu merasa senang. Karena barang yang ia dapatkan pun, tak tanggung-tanggung. Semuanya barang mahal.

Yang ada di pikiran Lia adalah, mungkin Soyeon merupakan anak orang kaya.

Dan karena Soyeon pula, keinginan Lia untuk memiliki sesuatu yang tak bisa ia dapatkan, perlahan tercapai.

Namun akhir-akhir ini, sudah sekitar hampir dua bulan lamanya, ia tak mendapatkan kiriman lagi dari Soyeon. Bingung? Tentu. Karena selama ini, ia tak pernah berhenti menerima kiriman dari teman masa kecilnya itu. Akan tetapi, Lia hanya berpikir positif.

Mungkin saja, Soyeon sibuk.

Dan jika ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Soyeon, ia akan mengucapkan lebih dari kata terima kasihnya.

●●●

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 207 5
Bercerita tentang satu keluarga yang menjadi seorang idol dimana mereka harus memalsukan usianya, berpura-pura tidak saling mengenal dan menjadikan a...
872K 141K 60
Gimana kalau kamu itu menjadi pelabuhan terakhir untuk seorang Johnny? Menjadi suamimu serta menjadi ayah dari anak-anakmu kelak nanti. Ini cerita t...
11.8K 1.1K 35
Langsung baca aja👉🏻👉🏻
127K 16.2K 36
"wony kan ndak punya papa, dongpyo uga ndak punya mama, gimana kalau mama cama papanya dongpyo?" ©mykimbap, 2019