Bitterlove

By carameluv

109K 11.9K 3.6K

[COMPLETED] "Love is everything, but game is more than anything." "Yaudah. Aku sadar diri kok, aku gak kalah... More

01 : Male Friends
02 : Dirty Video
03 : Lie
04 : Heart Attack
05 : A Little Hurt
06 : Don't Leave
07 : Always By Your Side
09 : We Just Friends
10 : Anger
11 : We Never Broke Up
12 : Whipped
13 : When We Meet And Be Together
14 : Mr. Ice Cream
15 : Shy
16 : Under A Million Stars
17 : Behind The Cuddle
18 : How Hard
19 : Almost
20 : Suddenly
21 : Silent Hurt
22 : Heartbreak Boy
23 : Stay or Leave
24 : At The End of The Night
25 : Now, We're Strangers
26 : Pieces of Memories
27 : Stuck on You
28 : Under The Moonlight
29 : Colder Than Winter
30 : 1 4 3 [END]

08 : Argue

3.1K 434 80
By carameluv

Semoga sabtu malam sekarang hujan gede, amin!

Jisoo mengutuk ucapan Lisa yang di katakan tadi siang saat mereka sedang berkumpul di rumah Jennie sambil rebahan. Ucapan --ah tidak, mungkin lebih tepatnya sebuah doa dan harapan seorang jomblo seperti Lisa pada akhirnya terjadi juga. Hujan turun sangat deras, tepat saat Jisoo dan Seokjin tengah menjalani rutinan beberapa pasangan yang pada umumnya di lakukan pada sabtu malam.

Sialnya, malam ini Seokjin dan Jisoo pergi dengan motor sehingga mereka berdua terpaksa menunda perjalanan dan berteduh di pinggiran sebuah toko kelontong yang masih buka. Katanya mobil Seokjin akhir-akhir ini di pinjam oleh Taehyung, sepupunya itu meminta untuk bertukar kendaraan untuk sementara waktu karena sebuah urusan.

Selain hujan, malam ini dinginnya cukup menusuk ke kulit. Untung saja Jisoo memakai setelan berupa sweater yang cukup untuk menghangatkan tubuhnya. Tapi meski begitu, tetap saja rasanya masih lumayan dingin dan hal itu membuat Jisoo tergerak untuk memeluk Seokjin dari samping.

"Ji."

"Dingin tahu!" balas Jisoo. Ia sudah tahu kalau Seokjin tidak suka melakukan hal-hal yang seperti ini jika di luar. Itu akan membuatnya tidak nyaman dan risi. "Lagian disini gak ada siapa-siapa selain kita berdua. Ibu warungnya juga ada di dalem, gak akan liat."

Seokjin hanya menghela nafas pasrah, membiarkan Jisoo menghangatkan tubuhnya dengan cara memeluknya tanpa sedikitpun balasan darinya.

"Lain kali gak usah ngajak keluar kalau gak ada hal penting atau gak ada tujuan pasti kayak gini." ucap Seokjin setengah kesal.

Sudah tahu kan sebelumnya kalau Seokjin itu tipikal orang yang tidak terlalu suka diluar? Ia lebih senang menghabiskan sisa waktu luangnya di rumah, rebahan atau melanjutkan chapter gamenya. Apalagi jika hujan begini, mood Seokjin kemungkinan akan memburuk.

"Jadi selama ini jalan sama aku bukan hal penting?" Jisoo mulai terpancing.

"Ya tergantung."

"Aku kan cuma ingin jalan, emangnya salah ya."

"Enggak salah, tapi buang-buang waktu. Terus kamu tahu sekarang lagi musim hujan, harusnya jangan banyak keluar," balas Seokjin. "Buat apasih main keluar sabtu malam? Mau ngikutin orang-orang buat macetin jalan?"

Jisoo berdecak seraya menjauhkan diri dari Seokjin. "Sadar gak sih, omongan kamu itu kadang suka nyakitin aku walau gak seberapa."

"Jangan sampai kamu bikin orang lain sakit hati karena omongan kamu." tambahnya.

"Lah, aku cuma ngasih tahu."

"Yaudah iya terserah."

Seokjin membuang nafas, lantas beranjak dari posisi duduknya dan berjalan mendekati toko kelontong tersebut untuk membeli sesuatu, meninggalkan Jisoo yang mendadak badmood.

Sumpah ya, Seokjin emang gak bisa di ajak senang-senang macam anak mud lainnya. Memang pada dasarnya pacarnya itu anti sosial, tidak terlalu suka keramaian dan kehidupan luar.  Lebih senang mengurung diri di kamar, malas-malasan gak jelas.

Berbeda jauh dengan Jisoo yang senang sekali keluar rumah, selain karena ia tidak suka dirumah karena keluarganya, Jisoo juga lebih menyukai keramaian dan kehidupan luar. Dari pada berdiam diri dirumah seperti yang di sukai Seokjin. Tolong ya, itu sungguh membosankan.

"Ini minum dulu susu anget." kata Seokjin yang muncul sambil membawa segelas susu hangat.

Jisoo masih terdiam, menatap Seokjin tanpa menerima sebuah gelas yang terisi penuh oleh susu hangat.

"Ini cepetan minum, biar anget dikit." katanya.

Jisoo mendengus, lantas menerimanya dari tangan Seokjin dan langsung meminumnya sedikit-sedikit.

"Nitip dulu." ucap Seokjin seraya menyerahkan hoodie merahnya yang semula di pakainya itu pada Jisoo, menyisakan kaos putih polosnya yang berlengan pendek.

"Kenapa di lepas? Dingin, pake lagi cepet."

"Nitip dulu biar hoodienya gak bau, mau nge rokok dulu bentar." kata Seokjin yang lalu berjalan menjauh dari tempat Jisoo terduduk.

Jisoo membuang nafas, kembali menyeruput susu hangatnya sambil memperhatikan Seokjin yang tengah menyalakan rokoknya dengan pematik, menghisapnya lalu mengeluarkan asapnya ke udara.

Sebetulnya, Jisoo kurang --atau malah tidak suka kepada orang yang merokok. Ia juga sempat menyuruh Seokjin untuk berhenti melakukan itu, tetapi tetap saja Seokjin suka melakukannya walau jarang. Setidaknya Seokjin bukan pecandu yang selalu merokok setiap hari dan setiap saat. Cowok itu hanya akan melakukannya disaat hujan dengan cuaca dingin seperti ini, atau di saat-saat tertentu lainnya yang mengharuskan dirinya untuk merokok.

Dan lagi, Seokjin sebisa mungkin untuk tidak pernah merokok di hadapan Jisoo. Jika ada Jisoo pun, Seokjin akan menjauh sebentar seperti sekarang. Jisoo menghargai hal itu meski tetap saja dirinya tidak suka dengan apa yang dilakukan Seokjin. Tetapi ia mencoba untuk mengerti, cukup sulit untuk terlepas sepenuhnya dari rokok. Seokjin sudah berusaha untuk berhenti dan terlepas sepenuhnya, tetapi katanya sulit melakukan hal itu. Pasti ada sedikit keinginan untuk melakukannya lagi disaat-saat tertentu.

Mendadak suara dering ponsel berbunyi di saku hoodie Seokjin. Jisoo segera merogohnya dan melihat siapa orang tang menelepon pacarnya.

Sana is calling...

"Sana?" guman Jisoo.

Setelah membuang rokoknya, Seokjin berjalan nendekat karena mendengar ponselnya berdering. "Siapa?"

Jisoo mendongak, menatap Seokjin dengan wajah yang menunjukan bahwa dirinya merasa terganggu karena perempuan lain menghubungi pacarnya. "Jangan di angkat."

"Kenapa? Siapa yang nelpon? Sini hapenya." Seokjin mengulurkan tangannya, meminya ponselnya.

"Udahlah, gak penting kayaknya."

"Ji."

"Kenapa sih?"

"Itu ada yang nelpon, sini dulu hapenya." balas Seokjin, mencoba untuk sabar.

Jisoo tetap menggenggam ponsel Seokjin, menyembunyikan layarnya agar pacarnya tidak melihat nama si penelepon. Sampai akhirnya ponsel Seokjin berhenti berdering.

"Ji, astaga," Seokjin membuang nafas seraya mengusap wajahnya gusar. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Jisoo. "Sini hapenya."

"Gak, mending kita pulang aja. Hujannya udah reda, keburu hujan lagi nanti. Ayo," Jisoo bangkit dari kursi, lalu menyerahkan hoodie pada Seokjin tanpa menyerahkan ponselnya. "Ini pake lagi hoodienya, nanti masuk angin."

Seokjin menghela nafas seraya menerima hoodie miliknya dan memakainya kembali pada tubuhnya. Beberapa saat kemudian, ponsel Seokjin kembali berdering dan itu membuat Jisoo kesal setengah mati serta mengumpat dalam hati.

Boleh gak sih ngatain dia cabe?

"Ji, hape." kata Seokjin.

Jisoo terdiam, masih tidak mau menyerahkan ponsel yang ia pegang pada pemiliknya.

"Jisoo, aku minta hape. Ada yang nelpon. Sini." kata Seokjin lagi, masih mencoba untuk sabar dan tenang.

Jisoo berdecak seraya menyerahkan ponsel Seokjin dengan setengah hati. Benar-benar menyebalkan malam ini. Udah hujan dan membuat kencan malam minggunya gak berjalan mulus, Seokjin yang ngomel, terus sekarang Sana menelepon. Benar-benar menyempurnakan suasana hatinya yang buruk.

Seokjin berjalan menjauh dari tempat Jisoo berdiri untuk menjawab telepon. Kenapa harus menjauh? Kenapa gak di hadapan Jisoo aja kalau memang mereka cuma deket sebagai teman? Kalau kayak gini, Seokjin seperti selingkuh diam-diam tapi terang-terangan secara tidak langsung.

Ada sekitar lima menit Seokjin berbincang di telepon dengan Sana. Entah membicarakan perihal apa, Jisoo tidak tahu karena tidak bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka, sebab posisi Seokjin cukup jauh dari jangkuan pendengarannya. Hal itu membuat Jisoo bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya apa yang selalu mereka bicarakan jika berteleponan seperti itu?

"Ayo, mau pulang gak?" tanya Seokjin setelah selesai berteleponan.

"Ngomongin apaan sih?"

"Apa?"

"Kamu sama Sana, ngomongin apaan barusan? Harus ya nelponnya ngejauh gitu? Biar gak kedengeran sama aku?"

Seokjin memutar bola matanya jengah. Akhir-akhir ini, Jisoo jadi lebih bawel, posesif, selalu ingin tahu urusannya dan sedikit mengatur walau tidak berlebihan. Jujur, hal itu memang agak mengganggunya. Bukan berarti pacar harus tahu segalanya tentang dirinya dan urusannya. Ada beberapa hal yang tidak harus Seokjin  katakan pada Jisoo karena itu privasi.

"Udah mending kita pulang, keburu hujan lagi." kata Seokjin, mengabaikan pembahasan Jisoo sebelumnya karena sejujurnya ia malas untuk itu. Benar-benar malas, ingin cepat rebahan di rumah dan tidur sampai besok siang.

"Mulai gak mau jujur ya sekarang?"

"Ji."

"Aku gak suka ya kamu kayak gini. Gak pernah terbuka! Sebenernya aku kamu anggap apa di hidup kamu? Aku ini seakan-akan gak guna buat kamu!"

Seokjin membuang nafas. "Ji, kita pacaran bukan berarti semua urusan aku harus kamu tahu. Tolong hargai privasi aku, ada beberapa hal yang gak harus dan gak boleh kamu tahu, Ji."

"Termasuk hubungan spesial kamu sana Sana?"

"Hubungan spesial apa sih maksud kamu? Kita cuma temenan!" balas Seokjin dengan nada tinggi.

"Aku kecewa sama kamu."

"Harusnya aku yang kecewa disini. Kamu gak pernah percaya sama aku, selalu berpikiran negatif dan sembarangan nuduh," katanya. "Ji, selama ini aku percaya sama kamu. Aku selalu berusaha buat ngilangin segala pikiran negatif tentang kamu dan aku gak berani nuduh kamu sebelum aku tahu kebenaran pasti."

Jisoo terdiam, saling menatap tajam dengan Seokjin. Suhu dingin seketika berubah memanas di antara perdebatan mereka yang mendadak hanya karena sebuah telepon dari seorang perempuan. Memang tidak seberapa, tapi Jisoo membawanya semakin besar, di tambah dengan mood Seokjin yang kurang bagus dan berakhirlah dengan perdebatan.

Hal ini sering terjadi, tetapi untuk kali ini entah kenapa rasanya menyesakkan sehingga membuat mata Jisoo memanas dan  mengeluarkan sedikit air mata. Perempuan itu segera memalingkan wajahnya agar Seokjin tidak melihat air matanya.

"Aku mau pulang." katanya seraya berbalik meninggalkan Seokjin.

Seokjin menghela nafas seraya mengusap wajahnya gusar. Menyusul Jisoo dan meraih pergelangan tangannya, lalu menariknya untuk ikut bersamanya.

"Apasih lepas!" Jisoo melepaskan tangannya dari genggaman Seokjin secara kasar. "Aku mau pulang sendiri."

Seokjin menghela nafas. "Ji--"

"Jangan ngikutin aku." ucap Jisoo mengakhiri, lalu pergi meninggalkan Seokjin.

Sementara itu, Seokjin hanya berdiri di tempat seraya memandang kepergian Jisoo yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang di sebuah tikungan.

"Ah, bangsat!" umpatnya seraya menendang kerikil, melampiaskan sebagian emosinya.

Membuang nafas kasar, Seokjin menaiki motornya, memakai helm full face-nya, lalu melajukan motornya dengan cepat. Berusaha untuk tidak mempedulikan Jisoo yang entah bagaimana keadaannya sekarang. Apakah gadis itu benar-benar pulang? Pergi ke suatu tempat? Atau apakah Jisoo sedang menangis di sepanjang jalan sekarang? Seokjin tidak peduli.

Seokjin hanya ingin pulang.

▫️▫️▫️

Kesel gak sih? Wkwkwk

Gak mau banyak bacod, cuma mau bilang sayang ayah & ibu, sayang  bangtan, sayang jisoo dan sayang kalian semua yang membaca ini hehe. Luv u mwah!❤️

Bonus.

Lagi lagi Jindat! Maksudnya apasih? Hobi banget bikin ambyar:')

Continue Reading

You'll Also Like

611 68 2
【 FOLLOW DULU SEBELUM BACA 】 ❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❙❚ Menceritakan tentang seorang gadis sederhana yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada...
3.9M 356K 46
[Part lengkap + Tersedia di Gramedia] *MY LITTLE HUSBAND* Tentang Nazra Safaniera Afghiazka seorang Mahasiswi yang kini juga berstatus s...
1.4K 175 61
gadis yang tumbuh diiringi seribu luka, gadis kecil yang di paksa dewasa oleh keadaan.
866K 42.1K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...