Pergi Hilang Dan Lupakan [ ON...

By ZihanP

1K 296 265

Seorang gadis cantik yang memiliki kulit putih bersih dan wajah berseri. Baginya, hidup itu memang hanyalah t... More

Prolog
Indah hari tua bersamamu
Kenapa harus kembali?
Ikhlas
Sakit
Menyesal
Pahamilah
Maaf
Menjijikkan
Terungkap
00.00
Memutar waktu

Pagiku Cerahku

172 59 59
By ZihanP

Awali pagimu dengan senyuman dan sarapan. Karena tersenyum itu ibadah, dan menunggu kepastian itu butuh tenaga dan kesabaran.

__

~*Pergi Hilang dan Lupakan*~

🍃🍃🍃

*Happy reading*


Pagiku cerahku.

Matahari bersinar.

Seorang gadis cantik yang tengah bersenandung kecil menyanyikan sebuah lagu anak Sekolah Dasar yang biasa dinyanyikan ketika akan berangkat ke sekolah, padahal umurnya sudah terbilang dewasa lho. Aneh bukan? Nampaknya gadis itu memang tengah berbahagia. Seorang gadis cantik yang sekarang tengah berada di taman sekolah, yang memang akan menuju ke kelasnya itu di kagetkan dengan suatu suara yang sangat cempreng dan sangat terdengar bising di telinganya, tapi tunggu suara itu tidaklah asing baginya.

"Zya! Zyarika ... tungguin aku, huftt capek." ucapnya sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Kamu kenapa Sya? Olahraga? Eh atau jogging pagi? Astagfirullah sampai lupa, kalo jogging pagi juga termasuk olahraga ya? Huhh pagi-pagi malah jadi kek gini kan," desis Zya seketika, sambil tersenyum kecil dan canggung pada Misya sahabatnya itu, pasalnya Misya sungguh membuat pagiku berbelit akan suatu perkataan dan ucapanku tadi.

"Ishh... kamu itu Zya! Aku mengejarmu dari depan gerbang sekolah, huftt rasanya capek sekali. Kamu tau kan seberapa jauhnya letak depan gerbang sekolah hingga ke kelas kita itu," tunjuk Misya, pada satu titik dan arah kelas yang letaknya hanya beberapa langkah lagi untuk sampai ke sana. "Lagian kamu itu! Aku rasa kamu harus segera memeriksakan dirimu ke dokter spesialis telinga deh,"

"Hah?! Apa maksudmu?"

"Ya iyalah, asal kamu tau dari saat tadi aku melihatmu. Aku sudah berulang kali memanggil namamu. Tapi, huftt... hasilnya nihil. Kamu tidak mendengarkan sedikitnya teriakan dan panggilanku itu. Entahlah intinya kamu harus segera memeriksakan telingamu ke Klinik atau dokter spesialis terdekat. Sungguh Zya! Aku tidak bohong akan hal ini," bagaimana Zya dapat mendengar suara cemprengnya, jika Misya hanya memanggilnya dengan sebutan Hey dan Zya saja. Bukannya sebutan Hey itu dapat di tujukkan kepada siapa saja? Dan bukankah yang bernama Zya di sini itu banyak, bukan hanya aku yang memiliki nama Zya. Karena ada dua adik kelasku juga yang memiliki nama panggilan yang sama seperti Zya.

"Terserah apa katamu. Aku akan pergi ke kelas," baru selangkah aku berjalan, "Zya..." teriak salah seorang yang sepertinya hanya berjarak 5 langkah di belakang keberadaan Zya. Membuat Zya jadi mendesis dalam hati.

"Apa lagi ishh!" langsung menengok ke belakang dengan wajah kesalnya.

"Ko kamu marah gitu sih Zya, saat aku manggil?" dengan kecewa seorang tersebut yang di duga seorang pria itu langsung menundukkan kepalanya dan berniat untuk berlalu dari hadapan Zya, karena menurutnya Zya merasa terusik bila dia memanggilnya dengan teriak-teriak seperti tadi. Hal itu sontak membuat Zya kaget.

"Eh Adrian, nggak gitu maksudku. Maaf ya, aku kira tadi yang memanggilku lagi itu Misya. Ternyata kamu, hehe..."

"Makanya jangan suka suudzon sama teman sendiri. Aku suruh buat ke Klinik aja mood-mu berubah drastis huhh! Zya memang tidak asik sama sekali!" cibir Misya, yang sontak membuat Zya tertunduk malu karena merasa bersalah membuat temannya kesal di pagi hari ini.

"Hah? Ke Klinik? Memangnya kamu sakit Zya? Kamu sakit apa? Biar sementara ini aku bawa kamu ke UKS dulu ya, ayo."

"Ti-" baru saja akan berkata dan berusaha menjelaskannya. Adrian malah memotong pembicaraannya.

"Dan ya. Lain kali kalo kamu sakit, nggak usah masuk sekolah aja, oke. Intinya jangan di paksakan. Ayo," lagi-lagi tangan Zya di tarik, Adrian akhirnya menghentikan langkahnya. Karena Zya sudah melepaskan genggaman tangannya terlebih dahulu.

"Arghh, nggak gitu Adrian. Aku nggak sakit ko, cuman ya mungkin hari ini itu pendengaranku lagi kurang baik. Entahlah, mungkin karena terlalu bahagia," dari kata itu saja membuat Adrian terkekeh, dan hanya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Fiks Adrian tuh idaman banget kan ya? Sangking khawatirnya sampai segitunya, hehe

"Bahagia? Kamu lagi bahagia! Nggak mau cerita kah? Dan berbagi kebahagiaan padaku?"

Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu, sekolahan yang tadinya terlihat sepi, sekarang sudah nampak ramai. Yang membuat Misya berkacak pinggang sambil mendesis dan hanya menggelengkan kepalanya saja saat melihat interaksi ku dengan Adrian.

"Fiks! Ini mah aku pagi-pagi jadi nyamuk. Ya udahlah, aku ke kelas duluan ya Zya," dengan segera pergi begitu saja. Namun alih-alih pergi, tangannya malah tertahan dengan tangan putih dan lembut milik seseorang di sampingnya itu.

"Kita ke kelas bareng Misya. Tunggu aku," dengan kedipan sebelah mata dari Zya, rupanya membuat Misya tertegun dan hanya mengangguk tanda mengiyakan.

Zya laknat! umpat Misya dalam hatinya.

"Eh iya Zya, aku mau nanya. Gimana semalam? Kamu mimpiin aku nggak?" dengan percaya dirinya Adrian mengatakan hal itu, tidak lupa dengan cengengesan Adrian yang membuat pipi Zya merah merona seketika.

"Settdah... ini bocah! Kepede-an banget parah." umpat Misya dengan memalingkan wajahnya, berharap Adrian tidak mendengarnya.

"Heh! Ngomong apa?" tatapan tajam itu lolos membuat Misya tertunduk sambil cengengesan dengan jari vis-nya yang menandakan kata maaf.

"Eh udah ah. Ini keknya mau jam masuk deh. Misya yuk ke kelas," menarik tangan Misya segera, dan meninggalkan Adrian begitu saja. Karena tidak mungkin bagi Zya untuk tetap di depan Adrian saat pipinya sudah merah merona.

__________________________

Tringggg... tringggg...

Suara bel masuk pun berbunyi menandakan bahwa jadwal pelajaran akan segera di mulai. Matematika adalah jadwal mata pelajaran pertama di hari ini, dan Zya benar-benar suka (  be like ) hehe...

Sedangkan di kelasnya Zya, tepatnya di kelas XI TKJ 4 murid-murid tengah sibuk dan terlena dengan obrolan dan topik masing-masing, ya itulah kebiasaan mereka. Sebelum guru mata pelajaran pertama masuk, dari setiap kursinya pasti akan saling mengobrol, entahlah apa yang tengah di obrolkan satu sama lainnya. Yang jelas bagi Zya, semuanya sungguh tidak penting.

"Assalamualaikum..." suara salam yang terdengar dari arah pintu membuat seluruh murid yang sedang bercanda, mengobrol, bahkan bergosip langsung duduk dengan rapih serapih-rapihnya.

"Waalaikumsalam..." jawab semua murid dengan serentak.

"Baiklah kita mulai pelajaran hari ini ya. Oh iya, tapi sebelum itu kumpulkan buku kalian dulu ya, bukankah minggu kemarin Ibu sudah memberikan tugas untuk di kerjakan di rumah? Bagaimana tugas sekolah yang Ibu suruh kerjakan di rumah itu? Sudah pada selesai bukan?" tanya Bu Silvi kepada semua murid, lebih tepatnya seperti menginginkan bahwa ada salah satu tugas yang belum masuk ke buku daftar nilainya. Tanpa di sadari juga, seluruh murid di kelas itu terperanjat kaget, seperti tengah melihat kecoa. Sungguh rasanya atmosfer dalam ruangan mereka berubah menjadi panas, sehingga membuat para murid jadi berkeringat dingin. Lain halnya dengan Zya, Misya, Shanaya, Rayhan, dan Karan. Yang nampaknya sangat santai sekali. Bahkan dari kelima murid tersebut menjawab dengan kompak pertanyaan dari Bu Silvi dengan kata, "Baik Bu, siap." dan rupanya saat itu juga lah kelima anak itu mengumpulkan PR yang telah di kerjakan di rumahnya masing-masing, membuat Bu Silvi tersenyum dan mengernyit keheranan.

"Mana yang lainnya? Murid di kelas ini ada 32 murid lho, tapi kenapa yang mengumpulkan hanya 5 murid saja! Itu pun anak yang mengumpulkannya adalah anak-anak unggulan dalam bidang akademik nya." saat itu juga pandangan Bu Silvi menjadi sinis, dan menatap tajam ke arah murid-murid yang tidak mengumpulkan PR-nya. Seketika hal itu membuat muridnya menunduk pasrah, layaknya anak yang tengah di marahi oleh orang tua nya. Bisa di bayangkan tuh ekspresi mereka seperti apa? Yang tentunya terlihat konyol sekali, ya nggak sih? Yang tadinya senang, sumringah, sekarang jadi menciut, dan nampak cemberut udah kaya curut aja tuh.

"Hey hey hey! Kenapa pada diem gini?" nada tinggi Bu Silvi membuat para murid kembali terperanjat kaget untuk kesekian kalinya.

Hey Tayo kali ya Bu? Hehe... umpat sang author dari hati kecilnya yang paling dalam.

Dia kira gue bus kecil ramah emang? Hey tayo hey tayo! umpat salah satu murid yang di kenal dengan nama Ido, lebih terkesan seperti suara hati seorang murid yang lupa mengerjakan PR sekolah nya.

"Ibu ngomong sama kalian ya, bukan sama tembok yang jika di ajak bicara nggak pernah nyahut! Ayo jawab, kalian punya mulut. Masa nggak dipakai sih!" tegas Bu Silvi, kali ini lebih tegas dari ketegasan saat awal. Pasalnya saat ini, dia tidak habis pikir dengan pola pikir murid-murid malasnya itu. Bagaimana PR minggu kemarin terlupakan? Dapat dipastikan bukan? Kalau mereka itu malas dan tidak pernah niat, terutama serius dalam menimba ilmu di sekolah.

"Anu ... Bu ... anu ... saya lupa kalo pas minggu kemarin Ibu ngasih PR," jawab salah satu dari mereka, dimana orang yang membuka suara itu tidak lain adalah Ido, cowok pengumpat tadi. Yang memang menurut semua cewek di sekolah menyebutnya dengan cowok paling populer. Oh ya, asal kalian semua tahu, menurutku populernya dia itu dari segi kenakalannya saja, tapi bagiku semua itu memang fakta adanya.

"Kamu banyak alasan! Intinya kalian semua Ibu kasih hukuman, nanti di jam pulang sekolah kalian semua harus membersihkan toilet yang ada di sekolah!" mereka benar-benar membuat Bu Silvi marah rupanya.

"Ta-pi Bu?" tawar Ido yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Bu Silvi. "Sudahlah! Intinya jangan lupa jalankan hukumannya nanti!" tegas Bu Silvi.

____________________

Tringggg... tringggg...

Suara bel pulang pun berbunyi. Zya, Misya, dan Sahanaya tengah berjalan menuju halte bus sekolah. Sedangkan teman-teman yang lainnya tengah menjalani hukuman dari Bu Silvi.

Tiba-tiba saat Zya akan duduk untuk menunggu mobil. Suara keras menghentikan langkah ketiganya, saat itu juga insting Zya mulai meyakini akan suara klakson motor yang dipencet berulang-ulang, sungguh risih sekali! Seperti tanda bahwa si pengendara tersebut akan menggangu si pejalan kaki dihadapannya itu, yang tidak lain adalah Zya, Misya, dan Sahanaya.

Pasti si dia! Ishh kebiasaan banget si dia tuh. guman Zya, yang diduga tidak terdengar oleh kedua sahabat yang ada di samping nya itu.

"Zya, ayo aku anterin kamu pulang?" suara yang terdengar sangat familiar tersebut, membuat Zya menoleh sekejap untuk memastikannya, dan benar saja rupanya. Adrian yang tadi mengklaksonnya tanpa jeda.

"Ishh dasar ngagetin aja! Dasar anak orang!" cibir Misya dengan memasang wajah cemberutnya.

"Ya iyalah anak orang! Ngiranya anak apa emang. Hah? Anak siluman pangeran katak gitu? Huftt, sabar Adrian. Untung temannya Zya, kalo bukan. Udah abis tanpa ampun!"

"Apa? Aku nggak ngomong ya! Sendirinya yang ngomong anak siluman pangeran katak. Mimpi apa sih semalam, huhh apes gini dari pagi. Heran!" helaan nafas kasar itu terdengar jelas, Zya yang dapat melihat bahwa sahabatnya itu tengah memerah wajahnya segera mungkin mengalihkan pembicaraan. Bukannya memerah karena merona, melainkan memerah karena rupanya emosinya tengah akan membludak, terlebih Misya nampak tengah lelah sekali.

Wah tidak bisa dibiarkan lagi nih. Jangan sampai terjadi! gumam Zya dalam hati kecilnya yang mulai khawatir dengan hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah akan ada perang dunia ke-1000? Huftt tidak, tidak, semua ini jangan sampai terjadi. Kacau nanti. gumam Zya tersebut lah yang membuat Zya sadar dari lamunannya kembali.

"Udahlah Adrian, nanti jangan diulangi lagi ya! Itu nggak baik, dan itu bahaya lho buat orang kaget, aku bersyukur alhamdulilah nya di sini nggak ada yang punya penyakit jantung. Kalo ada? Kamu bisa bayangin kan? Mungkin orang itu bisa kumat di sini juga karena kaget mendengar suara klakson kamu yang panjang tanpa hentinya itu. Benar kan?" dengan nada lembutnya Zya menasehati Adrian, layaknya seorang Ibu yang tengah menasehati putera nakalnya itu. Yang sontak hal itu membuat Adrian menunduk menyesal. Sedangkan di sisi lain, Zya dapat melihat Misya yang tengah tertawa terbahak-bahak dengan Sahanaya yang tertawa kecil, sungguh kejadian langka, seorang cowok yang sulit di taklukkan di sekolahnya itu, sungguh tunduk saat dinasehati Zya.

"Yehh... di depan Zya aja nyalinya ciut!" timbal Misya yang lebih tepatnya seperti cibiran, sambil tertawa, yang seketika tawanya juga disusul oleh tawa Sahanaya dan Zya.

Lihat aja besok pembalasanku! geram Adrian dalam hatinya, sambil memelototi Misya.

"Huftt emang dasar ya, Tom and Jerry!" cibir Shanaya, yang seketika membuat Zya tertawa.

__________________

Jazakallah khairan katsiron yang udah baca 🌷🌷

Semoga kalian suka part kali ini ya❤️

Maklumin ya kalo masih ada yg typo

****
Jangan lupa vote dan komen ya😊
Vote dan komen nya kalian itu berharga ya, bisa buat yang males jadi rajin update loh😅

See you next part guys:><

Salam author
ZihanP

☆☆☆☆

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

864K 46K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.5M 215K 74
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
3.2M 267K 62
โš ๏ธ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
4.4M 263K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...