IDOL [On Going]

Bởi vanfarewell

38.8K 2.8K 509

Muda, berbakat. Apakah kedua kategori itu cukup untuk menjadi seorang IDOL? Dengan tekad yang kuat, Vanessa A... Xem Thêm

Prologue
Chapter 1 - Challenge.
Chapter 2 - Agil's Trick.
Chapter 3 - Sent!
Chapter 4 - The Boys.
Chapter 5 - Competition.
Chapter 6 - The Announcement.
Chapter 7 - Decision.
Chapter 8 - Hello Korea!
Chapter 9 - Park.
Chapter 10 - Do Jinyoung
Chapter 11 - Stray
Chapter 12 - Kids.
Chapter 13 - Oppa.
Chapter 14 - School.
Chapter 15 - Saved.
Chapter 16 - 귀여운 생물.
Chapter 18 - Ngambek?
Chapter 19 - Awkward.
Chapter 20 - Silence.
Chapter 21 - Forgetful
Chapter 22 - Secret?
Chapter 23 - New Eonni!
Chapter 24 - An Old Friend.
Chapter 25 - Just Enjoy It.
Chapter 26 - Satu Chapter Bersama Agil
Chapter 27 - Park
Chapter 28 - Congrats.
Chapter 29 - Special Evaluation
Chapter 30 - Evaluation Day.
Chapter 31 - Spotify.
Chapter 32 - Traktir.
Chapter 33 - Dating!
Chapter 34 - Kuntilanak.
Chapter 35 - Fam?

Chapter 17 - VIP.

924 74 28
Bởi vanfarewell

"Joheun achim, yeoreobun*," ucap coach mengawali latihan. Bukan Gaon, karena setelah lolos dari eliminasi grup, mereka memiliki beberapa coach untuk melatih mereka.
*Selamat pagi, semuanya.

Ya, ya, pagi yang baik, gumam Vanessa dalam hati.

Sedikit mengesalkan ketika hari libur sekolah tetapi Vanessa harus tetap latihan. Tetapi tetap saja gadis berumur itu melakukan kewajibannya.

"Himne*, Vanessa. Ayo pasti bisa," kata Vanessa agar dirinya tidak malas. "TAPI GA BISAAAA."
*Semangat.

"Kenapa kau berteriak?" tanya Haneul, tiba-tiba sudah datang saja.

"Tidak ada apa-apa, hehehehehe."

"Kau pasti malas berlatih karena ini hari libur, kan?" tebak Haneul.

"Eonni, ottoke ara?* Aku tidak berteriak dengan Bahasa Korea," jawab Vanessa.
*Bagaimana eonni bisa tau?

"Siapapun bisa menebaknya," kata Haneul. "Benarkah?" tanya Vanessa dengan tatapan tidak percaya.

"Sebenarnya aku dulu juga begitu," jawab Haneul.

"Jinjja? Dimana eonni menjadi trainee dulu?" tanya Vanessa penasaran.

"SM."

"Woah daebak!" teriak Vanessa. Haneul tersenyum menyombongkan hal itu. "Lalu kenapa eonni berhenti disana?" tanya Vanessa lagi.

"Aku dan keluargaku harus pindah ke luar negeri. Aku lebih memilih bersama keluargaku dan sekolah di luar negeri daripada SM," kata Haneul. "Biar kutebak, nama Inggris-mu pasti Sky?"

"Kau pintar," kata Haneul, membenarkan tebakan Vanessa.

"Jadilah murid dan trainee yang rajin, Jikyeo-ya. Saat kau beranjak SMA bebanmu akan jadi lebih besar. Aku datang kesini di tengah-tengah waktu istirahat sekolah. Aku harus kembali ke sekolah setelah latihan selesai. Sangat melelahkan. Ingat itu!" kata Haneul sambil menepuk-nepuk kepala Vanessa.

Mendengar perkataan Haneul, Vanessa merasa dirinya lemah. Dia tidak suka menjadi lemah.

"Gomawo, eonni."

***

"Sasireun nareul molla dapdaphae~"

Vanessa sepertinya ketagihan melakukan rap asal-asalan, bahkan ketika ia sedang di kelas.

Kemarin ketika latihan vokal, lagu yang Vanessa gunakan untuk latihan memiliki lirik yang diucapkan dengan cukup cepat. Coach menyadari Vanessa juga dapat dilatih untuk melakukan rap dengan baik.

"Jikyeo-yaaaaaaa," panggil Saemi, masuk ke dalam kelas. Vanessa tersenyum menyambut temannya yang over-energy itu.

Dasar Vanessa tidak sadar diri.

"Kenapa kau datang cepat sekali," tanya Saemi.

"Jam di kamarku rusak, aku kira aku sudah terlambat," jawab Vanessa, "bahkan aku belum sarapan."

"Kenapa kau tidak ke kantin saja?" tanya Saemi lagi. Vanessa tersenyum canggung, "Aku belum pernah ke kantin sejak sekolah disini, jadi, hehe."

Saemi menggeleng-geleng. "Makanya, kalau aku mengajakmu ke kantin, ikut saja," kata Saemi lalu menggandeng tangan Vanessa. "Ayo ke kantin!" ajaknya.

"Omong-omong, kenapa kau selalu belajar ketika istirahat? Kau terlihat sangat sibuk," tanya Saemi dalam perjalanan mereka menuju kantin, masih menggandeng tangan Vanessa.

"Aku harus mengejar ketertinggalan belajar. Aku juga merasa aku harus belajar rajin, cara belajar Indonesia dan Korea sedikit berbeda, itu sedikit membebaniku," jawab Vanessa, sedikit berbohong.

"Kalau begitu besok kita harus pergi bermain!"

"Kemana?"
"Kemana saja."

Vanessa menatap Saemi heran. "Maksudnya, kita bisa pergi bermain arkade, belanja, banyak lagi! Ini Seoul, Jikyeo. Kau harus melihat betapa serunya kota ini!"

Vanessa mengangguk. "Baiklah, ayo pergi. Besok hari minggu, aku libur latihan-"

Sial.

"Latihan apa?"

"L-latihan Bahasa Korea. Kau tahu, Bahasa Korea-ku belum terlalu baik." Untung saja Vanessa cukup cepat menemukan alasan. Saemi hanya mengangguk.

"Kita harus mengajak Yura, bukan?" tanya Vanessa.

"Tentu saja! Kita bertiga 'kan bestfriend!"

"Mudah sekali bagi Saemi untuk meng-klaim seseorang sebagai sahabat," gumam Vanessa dalam hati.

"Lagipula, kita bisa masuk ke arkade gratis dan bermain sepuasnya jika pergi bersama Yura," kata Saemi.

"Wae?"

"Ayah nya pemilik salah satu mall di Seoul, disana ada arkade bagus," bisik Saemi.

"Mwo!? Ayah nya pemilik-"

"Jangan sebarkan ini, Yura tidak ingin banyak orang mengetahuinya," kata Saemi, membekap mulut Vanessa.

"Yura-yaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" teriak Saemi kepada Yura yang baru datang.

"Ayo ke kantin!"

***

Satu hari lagi berlalu. Ketika memiliki beberapa kegiatan, bukankah waktu terasa berlalu begitu cepat?

Hari minggu, hari libur, libur sekolah serta libur latihan, tetapi Vanessa tetap bangun pagi. Ini hari dimana ia akan pergi jalan-jalan bersama teman sekolahnya. Dia tidak kesal hari ini. Dia cukup senang.

Sebelum berangkat, ia melakukan selca dan mengirimnya pada beberapa orang, seperti yang ia lakukan setiap harinya.

"Jikyeo-ya, kenapa kau terlambat?" kata Saemi dengan ekspresi sangat kesal. Vanessa yang baru tiba tidak menyangka dirinya akan terlambat, padahal ia bahkan berangkat lebih awal.

"Jinjja? Mianhae Saemi-ya, aku-"

"Tidak apa-apa, aku juga berbohong," kata Saemi sambil cengengesan.

Kini giliran Vanessa dengan wajah kesalnya, ia memukul Saemi pelan.

"Yura dimana?"

"Dia pergi membeli cemilan," jawab Saemi.

Mereka berdua menceritakan beberapa hal sambil menunggu Yura kembali.

Yura kembali dengan beberapa makanan di dalam kantong yang ia bawa. Akan membutuhkan cukup waktu bagi Saemi untuk menjelaskan rute hari ini, karena itu Yura memintanya untuk melakukannya di perjalanan saja.

Mereka berangkat menggunakan bus. Kendaraan apa lagi yang 'ramah dompet' bagi mereka?

Saemi tidak dapat diam sepanjang perjalanan. Meskipun hanya perjalanan satu menit berjalan kaki, dia pasti berisik.

Vanessa juga begitu sih. Dia ikut berisik bersama Saemi, membuat Yura berusaha menutupi wajahnya agar di lain waktu orang-orang tidak mengenalnya sebagai teman dari Vanessa & Saemi yang 'memalukan'.

Sepertinya hanya Yura yang normal.

"Ini maksudmu arkade yang kau bilang?" kata Vanessa, memperhatikan arkade yang ada di dalam mall itu.

"Kau bilang tidak perlu bayar?" tanya Vanessa berbisik pada Saemi, karena melihat Yura pergi ke tempat yang terlihat seperti tempat pembayaran.

"Dia memang tidak membayar," balas Saemi berbisik, "itu semacam kartu VVIP." Vanessa langsung mengangguk-angguk paham.

"Kaja*," ucap Yura ketika menghampiri Saemi dan Vanessa.
*Ayo.

"Ayo mainkan ini!" Saemi menunjuk sebuah permainan menembak dengan target zombie. Vanessa langsung mengambil pistol dan memutarnya untuk bergaya, "Siapa pemenang di antara kalian?"

"Aku tidak pernah menyisakan satu target pun," kata Yura dengan bangga.

"WOOOOOOO," teriak Saemi.

"Baiklah, kalau aku menang, Saemi harus mentraktir-ku minuman di kantin besok," kata Vanessa membuat tantangan. Saemi langsung protes, tetapi tidak di gubris Vanessa. "Oke, kalau aku menang Saemi harus mengerjakan soal latihan matematika yang ku berikan," kata Yura menyampaikan apa yang di pertaruhkannya.

"HEY KALIAN BERDUA KENAPA MENJADIKAN KU SEBAGAI TARUHAN?"

" SHHHT!"

Suara penembakan mulai terdengar. Saemi bersorak-sorak kecil memanaskan suasana.

"Win."
"Lose."

"Lihat kan? Aku menang. Kau harus mentraktirku, Saemi-ya," kata Vanessa.

"Aku lebih memilih melakukan itu daripada latihan soal matematika."

Setelah kembali berkeliling, Vanessa melihat ada sebuah wahana Virtual Reality. Ide jahil muncul di benaknya.

"Yaedeul-ah*, ayo coba ini," ajak Vanessa. Bahkan dengan melihat matanya, kalian bisa tau dia punya niat tidak baik.
*Teman-teman.

"Itu satu-satunya wahana yang belum pernah kami coba, Saemi selalu menolaknya," kata Yura. Itu membuat ide jahil Vanessa semakin merajalela.

"Ayo kita coba!" kata Vanessa langsung menarik tangan kedua temannya.

Vanessa yang mencoba pertama, agar kedua temannya percaya kalau wahana ini baik-baik saja, demi melancarkan 'rencana'-nya.

Vanessa sebenarnya juga sedikit terkejut dengan adegan-adegan yang ada pada Virtual Reality yang ia mainkan. Tapi ia menahannya di depan Saemi dan Yura.

"Saemi-ya ini giliranmu!" kata Vanessa.

Baru saja Saemi memasang peralatannya untuk mencoba VR, Vanessa langsung meminta petugas disana untuk mengganti level.

"Tolong naikkan levelnya jadi hard," kata Vanessa pada petugas. Vanessa langsung melirik Yura, "Dia tidak punya riwayat penyakit jantung kan?" Yura yang mengerti maksud Vanessa langsung mengangguk sambil tersenyum jahil.

Dengan sigap Vanessa mengeluarkan handphone untuk merekam Saemi.

Memang adegan yang mereka pilih adalah zombie. Karena itu, sekarang Saemi berteriak-teriak tidak jelas ketakutan. Sementara Vanessa dan Yura di depannya tertawa sambil merekam.

"EOMMA!"

"Tembak zombie-nya Saemi-ya!"

"Aku sedang menembaknya—KENAPA ZOMBIE-NYA ADA SEBANYAK INIII!!"

Saemi kemudian berlutut dan meletakkan pistolnya, "AKU MENYERAH."

Disanalah tawa Vanessa dan Yura lepas. Saemi benar-benar lucu.

"Awas kalian," ancam Saemi ketika petugas membantunya melepas peralatan.

"Yura-ya! Ije neoya!*"
*Sekarang kamu!

Ketika Yura memasang peralatan untuk bermain, Vanessa menarik Saemi untuk bertanya. "Yura takut pada apa?" bisik Vanessa.

Saemi mengernyit, "Memangnya kenapa?" Sesaat dia berpikir kemudian sadar, "Pasti kau yang mengubah levelku!" Saemi sudah siap untuk mengomel, sebelum Vanessa membekap mulutnya, "Yura yang melakukannya, lalu apa yang dia takuti?"

Saemi percaya saja, "Dia tidak takut dengan hantu ataupun semacam zombie. Hanya saja dia cukup heboh jika di ketinggian," jawab Saemi.

Vanessa langsung tersenyum kemudian menjalankan aksinya. "Tolong ganti ke wahana roller coaster," kata Vanessa pada petugas.

Yura di dudukkan di kursi khusus, dengan perlengkapan VR yang sudah terpasang.

3... 2... 1...

"YA IGE MWOYA?!"
"SAEMI-YA KENAPA KAU MENGATUR INI?"
"JIKYEO-YA NEO-"
"AKU AKAN MENG—AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA."

Ah sebentar, sepertinya kalimat "Hanya Yura yang normal" tidak cocok lagi.

Lengkap sudah kebahagiaan Vanessa melihat teman-temannya hari ini. Hanya saja ia harus menerima nasib ketika dia harus mentraktir mereka sebagai kompensasi.

Mereka telah menghabiskan banyak waktu bersama, bahkan hari juga sudah menuju sore. Vanessa sudah berjanji pada Yura untuk pulang sebelum malam.

"Aku duluan, sampai jumpa!"

Hanya saja, di dalam bus selama perjalanan pulang, dia tidak bisa berhenti berpikir.

"Hidup gue di Indonesia sama disini beda banget ya," gumamnya pada dirinya sendiri.

Di Indonesia, Vanessa berasal dari keluarga yang berkecukupan. Dia bisa mendapatkan apapun tanpa usaha. Dia bahkan bisa melakukan apapun yang dia mau, bersantai sesuka hati, bermain kapan pun. Hidup layaknya VIP.

Berbeda dengan ketika dia datang ke Korea. Dia harus membeli makanan sendiri, pergi ke sekolah dengan bus seorang diri. Dia tidak bisa bersantai sesuka hati karena jadwalnya sebagai trainee. Dia harus mengejar ketertinggalan pelajaran di sekolah. Dia tidak bisa melakukan atau bahkan mengatakan apapun sesuka hatinya.

Sedikit berat rasanya bagi Vanessa dengan perubahan-perubahan yang menurutnya cukup tiba-tiba.

Tapi mau bagaimana lagi? Ini resikonya. Lagipula kehidupan memang akan selalu berubah apapun yang terjadi. Tidak ada sesuatu yang benar-benar datar, bukan?

Di tengah-tengah pemikiran-nya, beberapa orang muncul di dalamnya. Kemudian ia mengambil handphone miliknya, membuka roomchat dan mengetikkan beberapa kata.

How are you? I wish you're fine.
Sent.

Karena kemaren ada yang bisa tebak arti judul part, jadi ini part bonusnya ya! Maaf author ga bisa tepat waktu:(

Vote kalau kamu suka. Comment kalau ini menarik. Share biar cerita ini berkembang. Thanxx!
—thesecretfire.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

208K 23K 16
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
699K 33.4K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
97.1K 8.3K 83
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
167K 8.3K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...