Trending Love [COMPLETED]

By MrsLee03

180K 7.6K 1K

"Aku hamil, Jimmy" - Selgina "Aku akan segera menikahimu" - Jimmy ^ Jimmy Lazuardi ^ Selgina Safina More

1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
13
14
15
16
17
18
19
20
21 (END)

12

5.8K 312 27
By MrsLee03

"Ingat ya Jim, aku baru pulang dari Rumah sakit. Pokoknya malam ini kamu nggak boleh jalan sama Momo, aku nggak ridho" Entah sudah berapa kali Selgina memperingati Jimmy dengan sederet kalimat-kalimat yang bertele-tele. Padahal tinggal bilang kalau dia cemburu.

Dan Jimmy sendiri tetap kukuh akan memenuhi permintaan Momo untuk menemaninya diacara ulang tahun Jessi.

"Ya udah kalau kamu jalan sama Momo. Aku mau ikut"

"Di mana-mana ngedate itu berdua, bukan bertiga"

"Oh jadi mau ngedate sama Momo?"

"Mau ngamen" Jawab Jimmy asal. Sembari merapikan Hoodie yang ia pakai.

"Ya udah aku siapin kecrekan Bancinya"

"Krik. Nggak punya receh" Jimmy hanya menepuk lembut kepala Selgina.

"Jaga rumah, gua pamit" Ucapnya. Menghilang dari pandangan Selgina.

"Ngenes amat sih kamu Sel, udah punya Suami tapi malah ditinggal malam mingguan sama cewek lain"

Di saat sedang meratapi nasibnya yang malang. Ponselnya berdering menampilkan sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Dengan setengah ragu, Selgina menekan tombol hijau pada layar ponselnya.

"Assalamualaikum" Tubuh Selgina bergetar mendengar suara seseorang di sebrang sana. Ritme napasnya sudah naik turun. Bahkan kakinya seakan sudah tidak mampu menumpu berat badannya.

"Selgina" Namanya dipanggil oleh seseorang tersebut. Namun Ia belum mampu mengeluarkan sepatah katapun.

"Selgina, Gue Joy" Tanpa disebutkan pun Selgina tahu siapa dia, Joy-Sahabatnya. Seseorang yang Selgina hindari setelah kejadian itu menimpanya. Tangisannya sudah pecah, tidak bisa dibendung lagi.

"Joy" Panggilnya disela-sela tangisannya. Selgina masih bisa mendengar bahwa Joy disebrang sana pun menangis.

"Kita perlu ketemu"



******

Di tempat ramai, kedua perempuan bersahabat itu sedang melampiaskan rasa rindunya dengan sebuah pelukan hangat dilengkapi dengan sebuah tangisan haru.

Sudah satu jam lebih keduanya berbagi cerita, namun tangisan haru itu masih saja menghiasi setiap pembicaraan mereka.

"Sorry ya, Kalau gua nggak maksa loe ikut ke party Raymon, mungkin nasib loe nggak akan kaya gini" Genggaman hangat dari Joy seolah saluran Energi penyemangat untuk Selgina.

"Ini udah jadi garis takdir aku sama Jimmy, Joy. Kamu masih mau temenan sama aku aja, aku udah senang banget" Ucap Selgina dilengkapi dengan sebuah cengiran kuda yang dipaksakan.

"Bangsat dong gua kalau ninggalin Sahabatnya dalam keadaan susah"

"Dari dulu kamu emang Bangsat berkedok Bidadarikan Joy?"

"Itu mulut masih aja ceplas-ceplos, nggak sesuai dengan cover"

"Aku kaya gini, cuma di depan kamu sama Jimmy doang kok"

"Ciee jadi mulai tumbuh rasa nih?"

"Rasa apa? Vanilla? Coklat?"

"Serah deh, Laki loe kemana?"

"Malam mingguan sama Momo, di ulang tahunnya Jessi"

"Ya udah kita otw kesana"

"Nggak mau"

"Kalau di diemin, Si Jimmy makin nggak tahu diri"



*****



Untuk kedua kalinya Selgina menapakkan kakinya di tempat ramai seperti ini. Bedanya dulu Ia sendirian, sekarang tangannya terus di genggam oleh Joy.

Lagi-lagi Selgina menjadi pusat perhatian tamu undangan. Mungkin merasa terkejut dengan kehadirannya yang di sekolah memang sudah berhenti. Dan di malam ini, Selgina kembali hadir di tengah mereka.

Beberapa dari mereka sudah sibuk membicarakannya di belakang, dan yang lainnya menatapnya dengan tatapan tak suka.
Jika tidak ada Joy di sampingnya, Selgina udah meninggalkan tempat ini sedari tadi.

"Selgina apa kabar?" Pertanyaan itu dari Raymon yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Alhamdulilah kabar baik" Jawabnya.

Tidak ada pertanyaan lagi dari Raymon, karena emang dia itu tipekal laki-laki cuek ala Oppa Korea. Cueknya ke semua cewek, Romantisnya cuma ke Joy. Beda sama Jimmy, ke semua cewek sok romantis.

"Kasih kado ke si Jessi dulu aja" Saran Joy. Mendapat anggukan setuju dari Selgina. Jadi sebelum berangkat ke Pestanya Jessi, Raymon mampir dulu ke Mall membelikan kado pesanan Joy dan Selgina.

"Tunggu dulu Sayang, tadi katanya Jino mau nyusul kita"

"Manja amat sih temen kamu itu, ngasih kado aja mau barengan"

"Katanya sih malu kalau nggak ada gandengan pas salaman sama Mantannya"

Si Jessi memang mantan Jino waktu kelas 10.

"Terus? Kamu mau jadiin aku gandengannya si Jessi?"

"Bukanlah. Tapi-" Arah tatapan Raymon jatuh pada Selgina. Yang mampu direspon baik oleh otak Joy.

"Selgina?" Tanpa merasa bersalah sedikitpun Raymon hanya nyengir sok polos.

"Bagus dong, jadinya Selgina nggak jomblo lagi"

"Dasar teman edan, udah tahu aku punya anak dan Suami. Dikatain Jomblo" batin Selgina berteriak ingin memaki Joy.

Tapi mau gimana lagi, si Jino yang tadi dijadikan topik pembicaraan sudah bergabung dengan mereka.

Selgina hanya tersenyum tatkala Jino menyapanya. Dan mengajaknya untuk menemui Jessi. Mau tak mau kaki Selgina ikut melangkah, mengikuti Joy dan kedua laki-laki itu.

Kaki kecil Selgina seolah susah untuk melangkah saat matanya bertemu dengan tatapan tajam dari si Sableng yang sedang berkumpul dengan ketiga teman sablengnya.

Tanpa ada Momo. Selgina sendiri bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kemana Momo? Bukannya tadi katanya Jimmy mau ngedate sama Momo?

Di sisi lain, ia menyaksikan Momo yang tampak asik berdansa dengan Pemuda Bule yang kadar kegantengannya jauh di atas Jimmy. Jimmy mah cuma gumpalan dakinya doang.

Selgina berusaha cuek bebek. Mensejajarkan tubuhnya dengan Jino. "Assalamualaikum Jes, masih ingat Selgina?" Tanyanya ramah.

"Loe pikir gua udah tua, sampai lupa sama cewek paling alim di Sekolah ternyata Hamil Diluar nikah"

Perkiraan Selgina salah, ternyata Jessi lebih ganas dari Momo.

Tidak ada yang buka suara, Joy pun yang ingin mengamuk ditahan oleh Selgina.

"Terus ngapain loe ke sini? Gua nggak ngundang loe"

"Selgina ke sini sama gua" Ini suaranya Jino ya bukan Jimmy. Sedari tadi Jimmy cuma diam tanpa ekspresi di tempatnya.

"Ngapain bawa Istri orang keluar malam, loe mau om-omnya ngamuk?" Tajam benar ucapan Jessi.

"Om-om apaan? Selgina gebetan gua kali" Terang Jino tanpa malu. Kalau drama yang lain ngakuin Si cewek sebagai pacarnya, Jino mah beda.

"Loe mau dapet cewek bekas"

"Bekas? Bukannya loe juga bekas gua ya Jes? Lupa loe? Kan gua yang jadi cowok pertama"

"Anjing, Brengsek loe Jino !"

"Brengsek-brengsek gini udah pernah bikin loe melayang kali Jes"

Di tengah percekcokan mantan yang masih saling care itu, Jimmy menculik Istrinya yang menjadi saksi bisu di antara mereka. Menggenggam lengan Selgina seerat mungkin. Menjauhi tempat ramai berbau Alkohol itu yang sama sekali bukan tempat untuk Selgina.

Setelah aman, Jimmy melepaskan genggamannya. Menyentil dahi Selgina dengan gemas.
"Ngapain ke sini? Udah dibilang jaga rumah"

"Tadinya sih mau nyiduk langsung suami yang lagi selingkuh, Ehh ternyata si Momo gandengannya lebih ganteng dari kamu"

Plak

Dahi Selgina dihadiahi geplakan manja oleh Jimmy.

"Loe kan minta gua jauhin Momo, makanya gua nolak jadi pacar sewaannya Momo"

"Oh jadi tadi cuma boongin aku doang? Mau pamer kalau kamu laku? Padahal nyatanya ngenes"

"Siapa yang mau boongin loe sih, gua mau buat loe cemburu Oneng"

"Sayangnya aku nggak cemburu. Kamu kali yang cemburu aku ke sini sama Jino"

Kali ini Jimmy menoyor kepala Selgina. "Jangan pede. Ayo pulang" Tanpa mendapat perintah dari Istrinya yang manja, Jimmy sudah membungkukkan badannya, memberikan ruang untuk Selgina naik ke punggungnya.

"Nasib nggak punya kendaraan ya, kemana-mana harus naik punggung"

Jimmy berdecak kesal. "Masih mending suami loe baik nyediain punggung buat loe supaya nggak kecapean"

Bukannya tersindir, Selgina malah semakin menenggelamkan wajahnya pada caruk leher Jimmy Mengalungkan tangannya di sana.

"Suami Selgina memang the best, yang pasti bukan om-om" Kekeh Selgina. Merasa lucu sebenarnya dengan ucapan Jessi tadi. Menjudge suaminya om-om, padahal kan Suaminya masih wow.

"Bangga loe punya suami kaya gua?" Tanya Jimmy setengah kepedean.

"Emang aku ngomong kalau suami aku itu kamu?"

"Terus siapa? Jino?"

"Ciee cemburu sama Jino"

"Bacot loe ah" Jimmy kembali melanjutkan menelusuri trotoar dengan kekuatan kakinya.
Mengabaikan Selgina yang terus bernyanyi ria layaknya anak teka yang sedang tamasya.

"🎤Naik-naik ke punggung Jimmy, nyaman-nyaman sekali.

Kiri... Kanan.. ku rangkul dia dengan Sayang..."

"Nggak nyambung nyet" Jimmy merasa pendengarannya terganggu karena nyanyian Selgina. Belum lagi lirik lagunya yang diubah-ubah membuat suara falsnya semakin tidak tertolong.

"Bodo amat!"

"🎤 Naik-naik ke punggung Jimmy, nyaman-nyaman se-"  nyanyian Selgina terhenti karena tiba-tiba Jimmy mengajukan pertanyaan.

"Mau dengar gua nyanyi nggak?" Selgina menganggukan kepalanya dengan sangat antusias.

"Dengar sampai beres, jangan dipotong!" Jimmy memperingati terlebih dahulu.

"Iya"

"🎤Di ujung cerita ini
Di ujung kegelisahanmu
Kupandang tajam bola matamu
Cantik, dengarkanlah aku"

"Aku dengerin kok" Selgina membalas lirik lagu yang Jimmy nyanyikan.

"🎤 Aku tak setampan Don Juan
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini 'ku tak ragu ' ku sungguh memintamu"

Selgina tersenyum malu-malu bebek. "Cieee yang udah nggak ragu"

"🎤 Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata dan tertidur disampingku"

"Aku memang istri kamu, sekaligus Ibu dari anak kamu, dari melek sampe ngorok juga bareng-bareng"

"🎤Aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Kuingin melamarmu"

"Astagfirullah, kita udah nikah kenapa kamu ngelamar aku lagi?" Mood Jimmy kembali rusak karena Istrinya yang semakin hari semakin oon itu, dengan berat hati Jimmy mengakhiri bersenandungnya. Menyimpan kembali suara emasnya.

"Sayang, Malam ini kan malam Minggu. kita pacaran yuk?"

Kalau kalian menebak ini adalah kalimat yang diucapkan oleh Jimmy. Maka jawabannya nol besar. Karena pemilik suara manja itu berasal dari seorang perempuan yang masih setia memeluk leher Jimmy, Selgina.

"Buset deh, dilamar nggak mau, tapi malah ngajak mojok" Ceplos Jimmy.

"Aku ngajak pacaran di bawah pohon Beringin ya bukan ngajak mojok"

"Ngapain di bawah pohon Beringin? mau nyusuin anak tuyul? atau mau nanya ke Wewe gombel cara membesarkan payudara?"

Satu cubitan maut telah dilayangkan Selgina pada leher Jimmy. Merasa kesal karena pembicaraan Jimmy yang terlalu frontal.

"Astagfirullah nggak baik ngomong kaya gitu"

"Udah jangan banyak gaya pakai ngajak pacaran segala, mendingan kita langsung bikin Adek yuk buat si Tuyul"

Plak

Jimmy meringis pelan pasalnya kepalanya mendapatkan geplakan kasar dari seseorang yang masih berada diatas punggungnya.

"Dasar Sableng, Si Tuyul belum lahir. Gimana caranya punya Adek"

"Berarti kalau Si Tuyul udah lahir jadi kita langsung memproduksi Tuyul-Tuyul yang lainnya untuk keberlangsungan rumah tangga kita"

"Kerja yang benar, kamu pikir Melihara banyak Tuyul nggak pakai duit"

"Gampang, tiap malam Minggu kita suruh aja Tuyul-Tuyul mangkal di lampu merah, lumayan kan buat nambah-nambah beli beras"

"Amit-amit Gusti"

"Atau kalau nggak, tiap malam Jum'at kita yang jaga lilin, Tuyul-Tuyul suruh berkeliaran ke rumah tetangga"

"Dasar Bapak edan, anak sendiri disuruh nyuri. Dosa tahu nggak"

"Loe sih ribet" Decakan kesal dari Selgina tidak membuat Jimmy bersikap lembut, tetap sama seperti biasanya.

Pelukan pada lehernya semakin erat, si pelakunya tidak segan-segan menyenderkan dagunya pada bahu Jimmy.

"Jim, entah kenapa tiba-tiba makhluk yang berada dalam Rahimku membisikan sesuatu melalui aliran darah ku, dia mengaku sebagai darah daging kamu, dan katanya dia lagi pengen minum Bandrek"

"Alah kentut, tinggal ngomong pengen Bandrek aja berbelit-belitnya kaya orang yang nahan kentut di tengah Upacara"

Senyum sumringah terpancar diraut wajah Selgina.

"Alhamdulilah kamu langsung peka, sekarang langsung cari Angkringan ya Sayang" Sudah luluh deh Jimmy kalau dipanggil dengan sebutan Sayang dengan nada manja dari Istri biadabnya. Tetapi bukan Jimmy namanya jika tidak membuat kesal manusia. "Ada syaratnya" katanya dengan senyuman evil.

"Apa?"

"Yang, malam ini minta jatah ya?"

Spontan, Selgina turun dari gendongan Jimmy. Melipat tangannya diatas dada.
"Allahuakbar, nggak mau!" Katanya lantang dengan penuh penekanan.

"Ayo dong Sayang" Godanya sembari mencolek dagu Selgina.

"Apaan sih, sana sama Kambing pak RW aja"

"Masa si Tuyul punya Adek Kambing sih?"

"Urusan kamu itu mah"

Berniat mengabaikan Selgina, Jimmy pun berjalan lebih dulu. Dalam rangka ngambek karena tidak diberi jatah untuk malam ini.

Tidak merasa bersalah, Selgina sendiri mengikuti setiap langkah Jimmy. Dengan bibir yang terus menggerutu, merasa kesal karena Jimmy tidak menunggu sekaligus tidak menggendongnya lagi.

Keduanya terus berjalan menelusuri setiap sudut jalan kota Ibu kota yang tidak pernah tertidur. Dengan Jimmy yang masih memimpin berjalan di depan. Langkah besarnya terlalu susah untuk diimbangi oleh kaki kecil Selgina. Alhasil, Selgina harus sedikit mempercepat langkahnya, jika ingin mensejajarkan tubuhnya dengan Jimmy.

Kaki Jimmy terhenti, begitu lensa matanya menangkap sebuah objek. Tempat yang biasanya, Ia kunjungi ketika lelah karena pertengkarannya dengan Papanya.

Sebuah kedai di pinggir jalan ini menjadi saksi untuk malam kelabunya.

"Di sini jual Bandrek?" Pertanyaan lembut Selgina masuk kedalam Indra pendengarannya hingga langsung sampai ke otak, lalu tanpa sadar kepalanya mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan Selgina.

Jimmy kembali melanjutkan langkahnya, kali ini Ia sudah menghampiri si penjual Bandrek yang   mendapat panggilan khusus dari pelanggan-pelanggan setianya yaitu 'Abah' .

"Assalamualaikum, Bah" Sapa Jimmy, dibarengi dengan mencium punggung tangan Abah yang usianya sudah tidak muda lagi.

"Walaikumsalam, Ji.. Jimmy. Kamana bae ? Kunaon Karak ameng dei Ka warung Abah?" Tanya Abah dengan logat sundanya. Tentunya mampu dimengerti oleh Jimmy, pasalnya Ia sudah kenal sejak SMP dengan Abah. Secara tidak langsung , sudah terbiasa dengan bahasa yang dipakai oleh Abah.

"Kan sekarang udah punya Istri, Bah. Jadi mainnya dikurangi, kalau mau mainpun harus bawa dia" Jawab Jimmy. Melirik Selgina sekilas, tatapan Abah pun mengarah pada Selgina yang berdiri disamping Jimmy.

"Istri Jimmy Bah, Geulis kan Bah?"

"Geulis pisan atuh iye mah a ,punten naminan teh saha a ?"

"Si Abah kok nanya Jimmy sih, kenalan sendiri dong" Jimmy terkekeh menggoda Abah yang tampak canggung pada Selgina.

Selgina yang sudah peka pun, mencium punggung tangan Abah. "Nama saya Selgina, Bah"

"Sae namina. Abah mah arek manggil Neng bae lah"

Merasa janggal dengan ucapan Abah. Selgina yang tak paham pun merapatkan tubuhnya pada Jimmy. Berbisik pelan ditelinga Suaminya itu. "Nama aku kan Selgina, bukan Sae" Mendengar perotesan Selgina. Jimmy malah ngakak alay, membuat Selgina mengerutkan Dahinya semakin bingung sendiri.

"Aya naon a ?"

Mendapat tatapan dari dua orang sekaligus, Jimmy berhenti tertawa. Kembali stay cool, padahal aslinya amit-amit. "Istri Jimmy udah mau minum Bandrek Bah"

"Atuh ntos gera calik kaditu a, Abah nyienkeun heula Bandrekna. Da karunya si Neng na"

"Ya udah deh Bah, Jimmy sama Selgina duduk dulu. Bandreknya dua ya Bah" Pesan Jimmy

Setelahnya, Ia mengajak Selgina untuk duduk lesehan di karpet sederhana yang diberi meja panjang cukup untuk menampung sepuluh orang pelanggan.

Sebelum Abah datang membawa Bandrek pesanannya. Jimmy mengeluarkan ponsel disaku celananya. Membuka Aplikasi WhatsAppnya untuk membaca sederet pesan dari grup chatnya.

"Sae apaan sih Jim?" Tanya Selgina, membuat Jimmy meletakan ponselnya di atas meja.

"Bagus"

Sudah dijawab dengan benar oleh Suaminya, Selgina hanya membalas dengan beroh ria. Merasa tidak penting.

Tidak butuh lama, sosok Abah kembali hadir dihadapan Selgina dan Jimmy. Membawa dua gelas Bandrek.

"Punten, Neng ini Bandreknya"

"Terimakasih Abah" Kata Selgina. Ia sudah mengambil alih segelas Bandrek dari tangan Abah. Tanpa diletakkan terlebih dahulu keatas meja, Selgina sudah menyeruput Bandrek hangat permintaan anaknya.

"Enak Bah, kayanya aku bakal kecanduan deh sama Bandrek Abah"

Abah hanya tersenyum, lalu pamit kembali untuk melayani pengunjung yang lain.

"Jim jangan main hp dong, masa aku dikacangin" Perotesan Selgina seperti sebuah perintah untuk Jimmy penuhi. Kali ini ponselnya disimpan kedalam saku Hoodienya.

"Nggak dikacangin kok, yang ada disayangi"

Mata Selgina menyipit, jari telunjuknya terangkat menunjuk wajah Jimmy. "Semua cewek aja kamu kasih gombalan receh" 

Jika laki-laki lain akan menjawab.

'Cuma kamu kok, nggak ada yang lain.'

Berbeda dengan Jimmy, karena memang tidak ingin dicap munafik, Jimmy mah jujur aja.

"Selagi masih muda dan banyak yang mau, ngegombalin cewek mah kewajiban" Katanya dengan muka sok ganteng, ehh Jimmy emang ganteng ding.

"Ingat ya udah punya Tuyul satu, jangan banyak tingkah ! atau nggak, aku hasut anak kamu supaya nggak kenal sama Bapaknya yang modelnya mirip Kadal buntung"

"Hasut aja hasut. Gua yakin sih, Si Tuyul malah bangga punya Bapak yang gantengnya bisa ngebuat orang cerai"

"Nggak diakui sebagai Bapak baru mewek loe tong"

"Loe pikir oon, Bapak mana yang nggak sedih kalau nggak diakui anaknya sendiri. Padahal udah capek-capek juga mendonorkan sperma"

"Jangan dilanjutin ngomongnya, mulut beo kamu bisa salah ngomong. Aku masih polos"

"Alah polos-polos kambing"

"Kambing nggak berdosa jangan dibawa-bawa"

"Ya udah jangan bahas kambing, sekarang minum Bandreknya. Setelah itu kita pulang, udah jam Sebelas malam. loe masih sakit, angin malam nggak baik buat kesehatan anak gua"

Penjelasan dari Jimmy membuat Selgina memajukan Bibirnya beberapa senti.
"Cuma perhatian sama Si Tuyul doang, sama Aku nggak?"

"Astagfirullah, sama anak sendiri cemburu. Udah tau Loe berdua itu satu paket oon"

"Kamunya sih ngomongnya berbelit-belit gimana aku nggak Soudzon coba"

Akhirnya Jimmy hanya bisa mengalah, jika diteruskan maka Selgina akan semakin mendebatnya. Keduanya kembali larut menikmati Segelas Bandrek hangat ditengah ibu kota yang mulai tenggelam oleh langit hitam.





::
:
::

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

31.4K 2.8K 12
[COMPLETED] [2nd of short story collections] Bucin setelah menikah itu nikmat dan menyenangkan. (17+) Copyright ยฉ 2021 by carameluv.
9.6K 774 21
Kisah cinta yang bersemi di lokasi syuting Rayensyah Pratama Hidayah, Aktor muda dan model tampan yang terkenal playboy dipertemukan dengan Aktris ca...
16.6M 707K 41
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
90.5K 10.1K 42
-End- ๐Ÿ“ŒJangan lupa follow dulu sebelum baca ya!! ๐Ÿ“ŒSelalu tinggalkan jejak di setiap part yah!! "APA?!!" "NIKAH?!" Di jodohkan dengan most wanted d...