My Boss!

נכתב על ידי May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... עוד

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 30

21.6K 1.6K 160
נכתב על ידי May_Rose22

Hai, author balik lagi 😂 setelah sekian purnama melalui banyak kesibukan akhirnya bisa temu kangen sama kalian 😘

Maafkan author yang menghilang tanpa kabar 😔 makasih yang masih setia menanti dan kasih semangat. Love u all 💙

***

Dengan tampilan outfit serba hitam, Aurora masih setia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Riasan tipis yang membuatnya terlihat semakin cantik tak bisa menutupi kemarahan gadis itu pada dirinya sendiri. Ya, Aurora marah, kesal, dan entahlah...gadis itu hanya tak tau bagaimana cara mengungkapkan perasaannya saat ini.

"Huft! Harusnya lo sadar, Ra...lo bukan siapa-siapa jadi gak ada hak lo marah karena ada cewek lain..."

Aurora menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan setelah mencoba mengingatkan dirinya sendiri bahwa memang tidak ada ikatan apapun diantara dirinya dan Faiz.

"Hiks..." Aurora memukul dadanya sendiri yang tiba-tiba kembali sesak, gadis itu mencoba untuk tidak menangis dengan mendongakkan wajahnya agar matanya yang mulai memanas tak akan meneteskan air mata.

Masih diam dalam keheningan kamar yang cukup luas, Aurora di kaget kan dengan suara ketukan pintu. Gadis itu kembali mengatur nafasnya, memperbaiki tampilannya dan segera berjalan untuk membuka pintu tanpa ingin membuat seseorang di luar sana terlalu lama menunggu.

"Sudah siap?"

Aurora tersenyum lalu mengangguk, "ayok!"

"Bisa jalan?"

Pertanyaan itu membuat Aurora meringis, "bisa tapi pelan-pelan."

"Mau aku gendong aja?" Canda Galih yang di hadiahi cubitan pada lengan berototnya oleh Aurora.

"Sembarangan! Ini cuma lecet bukan lumpuh."

Seketika Galih mengeluarkan tawa gelinya. Lalu menawarkan lengannya yang kekar untuk di gandeng Aurora.

"Pegangan sini, kalau ga mau di gendong." Ujar Galih.

Sejenak Aurora terdiam, mendongak menatap sepupunya lalu tersenyum.

"Matur suwun, pak dokter." (Terimakasih, pak dokter)

"Njeh, sami-sami, monggo..." (Iya, sama-sama, ayo...)

Keduanya nampak seperti sepasang kekasih yang serasi, meski pada kenyataannya mereka hanyalah sepasang sepupu yang saling menyayangi.

"Beruntung liftnya gak jauh, kalau jauh kamu beneran aku bawakan kursi roda," canda Galih seraya menepuk kepala Aurora dan bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.

"Ra..." Suara lirih yang mengalihkan perhatian keduanya ternyata berasal dari seseorang yang baru saja keluar dati lift.

Aurora mencoba bersikap biasa saja meski jantungnya berdetak tak karuan.

"Ehm...pak Faiz, selamat pagi. Saya izin tidak ikut sarapan bersama karena ada kepentingan pribadi."

Tidak seperti yang Aurora duga, Faiz memberikan ekspresi datar kemudian mengangguk. "Jangan lupa lapor kepada ketua rombongan."

Untuk sejenak dadanya kembali terasa sesak namun segera ia abaikan.

"Terimakasih." Ucap Aurora lirih.

Tanpa mengatakan apapun lagi Faiz segera berlalu dari hadapan Aurora dan Galih.

"Kalian ada masalah?"

Pertanyaan Galih hanya di sambut gelengan kepala oleh Aurora.

***

Faiz meletakkan lunch box yang sedari tadi ia bawa ke atas meja. Pagi-pagi Faiz sudah bergegas mencari soto ayam untuk di berikan kepada Aurora sebagai permintaan maaf atas kejadian tadi malam. Tapi, siapa sangka jika pemandangan pertama yang ia dapat adalah Aurora bersama lelaki lain.

"Sh*t!" Faiz melempar bantal hotel ke dinding saat ingatannya mengarah pada tangan Aurora yang bergandeng erat pada lengan Galih.

"Apa maumu, Ra?" Gumam Faiz seraya menyugar rambutnya kebelakang.

Faiz nampak sangat kesal, lelaki itu meraih ponselnya yang bergetar kemudian menggenggamnya erat seolah ingin meremukkan benda pipih tersebut sebelum dengan paksa mengangkat panggilan yang sedang masuk.

"Hallo."

"Assalamu'alaikum, mas Faiz." Suara lembut di seberang telepon malah membuat Faiz semakin kesal.

"Waalaikumsalm. Ada apa, An?"

"Saya di Jogja mas, kebetulan ada acara seminar. Mas Faiz di hotel mana?"

Seketika Faiz merasa ingin kembali ke Jakarta saat ini juga. Entah mengapa selalu saja ada yang membuat harinya berantakan dan sudah pasti jika seperti ini hubungannya dengan Aurora tidak akan membaik.

"Hallo, mas?"

"Hotel Hadiyaksa." Jawab Faiz malas.

"Eh, yang dekat keraton itu ya? Kebetulan nih saya gak jauh dari sana."

Faiz hanya bergumam lalu mematikan panggilan mereka secara sepihak tanpa berniat untuk mengucapkan salam.

***

"Gak nyangka mas Galih punya rumah sakit sebesar ini."

"Bukan punyaku, rumah sakit ini milik keluarga keraton, yang berarti milik kamu juga."

"Oh, begitu...awww!" Aurora meringis saat lukanya mulai di obati oleh Galih.

"Tahan ya... Lagian kok bisa sampai lecet begini tumitnya? Terus tuh siku kamu juga luka."

"Jalan-jalan malamnya terlalu jauh, pakai sepatu tapi ga pakai kaus kaki, terus pas balik hotel mau ke kamar mandi kepleset karena udah ngantuk, itu tangan luka karena nahani badan waktu mau jatuh." Jelas Aurora dengan ekspresi menahan perih.

"Emang malam-malam mau cari apa? Kenapa gak sama temen? Atau nelpon kami, sepupu kamu. Tau kan kalau hotel kamu nginap cuma sepuluh menit dari keraton?"

Seketika Aurora menatap Galih "hah?! Serius mas?"

"Ya ampun... Kamu gak tau, Ra?" Sahut Galih keheranan.

Aurora menggeleng "kan aku gak hafal jalan orangnya."

Dokter muda itu berdecak takjub, bagaimana bisa ia memiliki sepupu yang menggemaskan seperti ini dengan usia yang di bilang sudah dewasa. Subuh-subuh Galih di telpon Aurora menanyakan obat luka jenis apa yang tidak perih saat di oleskan. Tentu saja pertanyaan itu membuat Galih langsung menginterogasi Aurora. Dan karena tidak ingin sepupunya mengobati luka sembarangan yang bisa menimbulkan infeksi, Galih memaksa untuk membawanya ke rumah sakit saja saat mengetahui bahwa Aurora berada di Jogja, bermalam di hotel yang tak jauh dari keraton juga rumah sakit tempat ia dinas.

"Eh, mas..." Aurora menarik ujung kemeja Galih

"Dalem, Ra..." (Apa, Ra...)

"Lebay banget gak sih luka begini aja harus di obatin disini?" Ujar Aurora

Galih yang sudah selesai mengobati luka Aurora kini menatap sepupunya lalu menggeleng. "Enggak, kan sekalian."

"Sekalian apa?"

"Biar kamu tahu rumah sakit milik keluarga kita, kalau gak begini pasti gak akan tau."

Aurora mengamati ruang dokter itu dan mendapati sebuah pigura foto yang terletak di atas meja Galih.

"Itu foto pacar mas Galih?"

Galih mengikuti arah pandang Aurora kemudian terdiam sejenak sebelum mengangguk.

"Boleh dong di kenalin ke Rara" ujar Aurora dengan semangat.

Galih hanya kembali mengangguk lalu mengatakan, "iya, nanti kapan-kapan."

Aurora yang duduk di sofa kini berdiri lalu mendekati meja Galih.

"Cantik, cocok sama mas Galih."

Tanpa Aurora sadari, Galih yang masih duduk di sofa hanya bisa tersenyum sedih.

"Iya, dia cantik banget." Gumam Galih.

המשך קריאה

You'll Also Like

6.5M 330K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
682K 77.9K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.5M 273K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
387K 33.4K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...