Misteri Desa Berdarah ( Compl...

By xrhea01

37.1K 2.6K 81

Sekelompok remaja pergi ke sebuah desa untuk berlibur. Desa yang terkenal dengan para pianisnya. Awalnya semu... More

Cast
Prolog
chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20

Chapter 15

1K 87 0
By xrhea01

Pagi - pagi sekali Kirana mendapat panggilan dari pihak kepolisian bahwa telah terjadi pembunuhan dan Kirana harus mengotopsi jasad tersebut, bahkan hingga tengah malam begini Kirana belum juga pulang. Kemarin Kirana berhasil meyakinkan pihak kepolisian bahwa ia bisa membantu mengotopsi mayat korban dari Mr. Lupin itu.

Mayatnya sudah tak berbentuk lagi dan sudah hangus terbakar. Sehingga akan sedikit memakan waktu yang lama. Namun setidaknya mungkin akan ada sedikit bukti yang akan membawanya kepada sang pembunuh.

Disisi lain, mendengar bahwa mamanya mendapat panggilan dari kepolisian, ada rasa senang dihati Luna. Namun juga tak menampik bahwa ada sedikit kecemasan dihati kecil Luna.

"Semoga mama bisa mendapatkan suatu petunjuk" gumam Luna.

Saat Luna tengah mondar - mandir tidak jelas dikamarnya. Tiba - tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Luna bergegas untuk membuka pintu. Saat membuka pintu, Luna tak mendapati siapapun disana.

"Kok gak ada siapa - siapa? " tanya Luna pada dirinya sendiri.

Luna tak mendapati seseorang pun disana. Akhirnya ia memutuskan untuk menutup pintunya saja. Saat Luna membalikkan badannya, tiba - tiba ada sesosok hantu dengan wajah yang sedikit hancur dan mengerikan berdiri di belakangnya. Secara refleks Luna langsung memejamkan matanya karena terkejut.

'Tolong aku' ujar hantu itu.

"Ap.. Apa yang harus aku lakukan? " tanya Luna sembari membuka matanya.

'Tolong aku, tolong temukan pembunuh itu? '

"Pembunuh? Pembunuh siapa? Dimana? Dan bagaimana? Lalu kamu siapa? "

'Aku Ratih'

"Ratih?"

Setelah itu, nanti Rantih menghilang begitu saja. Luna mencari - cari kemana hantu Ratih menghilang, namun nihil ia tak menemukannya. Luna menyerah. Ia tak bisa menemukan hantu Ratih dimanapun.

Tiba - tiba saja Luna mendapat gambaran penglihatan. Penglihatan bagaimana Ratih tewas dengan cukup mengenaskan.

Penglihatan itu seakan menguras semua tenaga Luna dan juga merasakan pasokan udara disekitarnya mulai menipis.

Luna menghirup udara sebanyak - banyak, berharap itu bisa mengurangi rasa sesak di dadanya. Tak sampai disitu, Luna kembali diperlihatkan oleh penglihatan lain.

Setelah selesai, Luna kembali teringat akan diary yang ia temukan. Luna segera berjalan dengan cepat menuju ke nakas disamping tempat tidurnya.

"Dairy ini, ternyata semuanya ada hubungannya sama diary ini" gumam Luna.

Ia segera kembali membuka lembaran demi lembaran diary tersebut. Dan menukan sebuah foto keluarga yang tampak usang. Luna mengamati foto tersebut, berharap ada seseorang yang mungkin saja bisa ia kenali dari foto tersebut.

'Tolong'

Suara itu kembali terdengar.

'Tolong'

"Siapa kamu? Tunjukkan dirimu sekarang juga" ujar Luna.

Tiba - tiba muncullah hantu anak kecil itu itu.

'Kak, tolong, kak'

Luna menghampiri hantu anak kecil itu. Luna berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi anak kecil itu.

"Apa bisa aku bantu buat kamu? " tanya Luna.

Bukannya menjawab, tapi anak kecil itu sepertinya merusaha memperlihatkan penglihatan kepada Luna. Setelah selesai, wajah Luna langsung saja berubah menjadi panik.

"Varo? " gumam Luna.

Ia segera bangkit dari jongkoknya dan bergegas keluar dari kamar. Luna menuruni tangga dengan tidak santai.  Senja yang sedang duduk bersama Rio, Wiratama, dan Jingga diruang tengah dan melihat Luna menuruni tangga dengan terburu - buru langsung saja menegurnya.

"Luna, pelan - pelan turun tangganya, nanti kalau kamu jatuh gimana? " tegur Senja.

"Maaf, kak aku buru - buru" kata Luna kepada Senja.

"Memangnya kamu mau kemana sih sampai buru - buru gitu? " tanya Wiratama.

"Kalian lihat Varo gak? " bukannya menjawab pertanyaan Wiratama melainkan malah bertanya keberadaan Varo.

"Gak, memangnya ada apa? " tanya Kirana.

"Emm.. Tadi aku kayaknya lihat Varo pergi keluar dengan buru - buru tapi wkatu aku panggil - panggil dia kayak gak dengar gitu" ujar Agata yang baru saja turun dari tangga.

"Kira - kira kamu tau gak dimana Varo pergi? " tanya Luna.

"Entahlah" jawab Agata.

"Sial" gumam Luna pelan.

"Memang ada apa sih, Lun? Kok kamu kayak panik banget gitu? " tanya Jingga.

"Varo dalam bahaya, Ngga" ujar Luna.

"Maksudnya kamu?" tanya Senja.

"Aku gak bisa jelasin sekarang, kak yang terpenting sekarang kita harus nemuin Varo terlebih dahulu karena aku takut dia kenapa - kenapa" kata Luna panik.

Luna segera bergegas keluar dari villa.

"Luna kamu mau kemana malam - malam begini? " teriak Wiratama namun diabaikan begitu saja oleh Luna.

"Papa tenang dulu ya, mending sekarang papa sama Jingga disini aja dulu sama Agata juga, biar aku sama Rio yang ngejar Luna" ucap Senja menenangkan Wiratama.

"Iya, tolong bawa adik kamu pulang ya, papa khawatir, takut jika terjadi sesuatu sama Luna" khawatir Wiratama.

Rio dan Senja pun segera bergegas mengejar Luna yang sudah hilang dibalik pintu.

Sedangkan diluar, Luna sudah berada di luar villa. Saat Luna bingung kemana arah Varo pergi, hantu anak kecil itu muncul kembali. Ia seperti menunjuk ke sebuah jalan yang Luna pikir itu jalan yang Varo lalui.

Luna segera pergi kesana, baru beberapa langkah, matanya menangkap sesosok bayangan. Bayangan itu semakin mendekat ke arah Luna. Luna memicingkan matanya disaat bayangan itu terasa familiar untuknya. Setelah sosok itu berada dalam beberapa meter dengan Luna barulah Luna menyadari bahwa itu adalah Varo. Luna segera berlari menghampiri Varo.

"Varo? " panggil Luna.

Varo yang merasa namanya dipanggilpun segera menoleh ke arah sumber suara.

"Kamu dari mana? Kamu gak kenapa - kenapa kan? " tanya Luna bertubi - tubi.

"Sssttt, kalau nanya satu - satu kali" ujar Varo.

"Iya iya, kamu dari mana Alvaro Aaron Syareza?" tanya Luna lagi.

"Nih dari beli camilan di warung" jawab Varo sembari menunjukan plastik yang ia bawa.

"Kamu gak kenapa - kenapa kan? "

"Memangnya aku kenapa? Ada - ada aja kamu ini"

Tak lama kemudian Rio dan Senja tampak menyusul mereka.

"Luna, kamu ngapain sih main lari gitu aja? " tanya Senja sedikit kesal.

"Hehehe maaf, kak" cengir Luna.

"Eh, Var kamu gak papa? " tanya Rio.

"Gak, emang ada apaan sih? Dari tadi ditanyain pertanyaan kayak gitu" tanya Varo sedikit kesal pasalnya bukan hanya Luna yang bertanya seperti itu melain Rio juga.

"Gak, bukan hal penting, yaudah yuk balik ke villa" ajak Rio.

Mereka berempat berjalan beriringan ke villa. Luna tampak berfikir. Apa penglihatannya tadi salah? Entahlah, yang pasti sekarang Luna sudah lega jika Varo tidak kenapa - kenapa. Mungkin itu hanya perasaan Luna saja.

Sesampainya di villa Luna pamit untuk tidur terlebih dahulu karena ia meresa begitu lelah sekali dan tenaganya terasa terkuras, padahal seharian ini Luna tidak melakukan kegiatan apapun.

Ah! Mungkin penglihatan tadi yang menguras energi Luna. Itu sebabnya Luna begitu merasa lelah dan tenaganya terkuras. Luna segera menaiki tempat tidur berukuran king sizenya itu. Saat akan mematikan lampu, Luna melihat ada sebuah kertas berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Karena penasaran Luna segera membuka kertas tersebut dan membacanya. Isi dari kertas tersebut mampu membuat Luna syok.

Waktunya sudah tiba, aku akan mendatangimu, dan aku akan menunjukkan kepadamu 2 korban terakhirku

– Mr. Lupin –

Continue Reading

You'll Also Like

2.6K 288 23
[WARNING!] Sebelum membaca isi page ini, mohon untuk baca teks dibawah ini agar tidak terjadi kesalahpahaman. Halaman ini dibuat ulang dari channel Y...
352K 41.1K 43
SEQUEL 'THE VILLA'. Judul awal 'Her and The Devil'. Kisah mereka belum sepenuhnya selesai, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Kania dan t...
84.5K 7.3K 51
【 On Going 】 GIRLS Series #1 - - - Blurb: Dia Alexiore, seorang gadis dengan kedinginan melebihi rata-rata tiba-tiba menghembuskan nafas terakhirnya...
247K 17.2K 29
Ruang tua 12.A kelas sunyi sepi. kelas itu selalu ditempati oleh anak anak kutu buku dan kelas itu sangat dijaga oleh para guru. Hingga pada akhirnya...