Lelaki dari Lembah Manglayang

By Wikanis21

3.1K 162 4

Tarissa baru saja patah hati ditinggal pacarnya yang meninggal akibat kecelakaan lalulintas. Sedang berjuang... More

Prolog
1. TITIPAN BUNDA
2. Pertemuan
3. Telepati
4. Pesan Terakhir
5. Kecelakaan
6. Minggu Kelabu
7. Zonk
8. Intermezo
9. Tasyakuran
10. Angkasa Tanpa Pesan
11. Roseland
12. Jodoh Jaringan
13. Cooking Class
14. Senandung Rindu
16. Aquaponik
17. Andri dan Andra

15. Tissue Culture

91 6 0
By Wikanis21

Tarissa pov.

"Mas, itu baju seragam nggak mau dilepas dulu apa? Nggak gerah seragam gitu ? Pake baju preman aja, enak, santai, adem. Lagian ini kan hari Minggu, hari libur nasional masa tetap seragam segala."

" ICHAAA..." Mata Mas Winggar kakakku melotot tajam ke arahku dan kepalanya menggeleng pelan.

" Kenapa sih ?" Jawabku berbisik nyaris tanpa suara memberi kode dengan kepalaku.

" Ini memang sudah aturan sekolah kami Cha, walau keluar wajib pakai pakaian dinas seperti ini."

" Ribet amat yah. Nggak bosen apa Mas, dari SD, SMP, SMA sekarang kuliah sampai empat tahun seragam terus ?" Tanya Santi pada Reshnu dan Ranto. Yang dikomentarin hanya gelengkan kepala dan tersenyum. 

" Sarung tangan sama garpu tanah yang Mas titipin kemaren mana Cha ? Ayo ambil !" Belum sempat aku jawab, mas Winggar sudah menarik lenganku masuk ke dalam kamarku di kostan dan menutup pintu kamar. Rupanya dia mau menegurku

" Dek, elo tuh nggak boleh ngomong seperti itu sama Reshnu dan Ranto." Mas Winggar mencecarku.

" Ngomong gimana sih Mas ?"

"Itu tadi, tentang  seragam dinas ." Jawab mas Winggar.

" Memakai pakaian sergam dinas di luar kampus itu memang aturan baku sekolah kedinasan, elo jangan ngomporin mereka melanggar aturan sekolahnya."

" Iya deh, maaf. Tadi cuma becanda doang."

" Ooh...itu.   Eh, apa nggak sumuk (panas) ya pake seragam yang gue yakin kainnya tebal dan nggak nyerap keringat ?  Ribet juga ngeliatnya pake seragam dengan printilan atributnya. He..he.."

" Seragam Mas dulu waktu jadi taruna juga lebih banyak atributnya, Dek. Besuk kalo lo jadi istri tentara ngurusin seragam suami lo lengkap sama printilannya lho. Masangnya harus bener, harus digosok pake brasso biar mengkilap...."

" Ya Alloh ampuni aku, jangan biarkan itu terjadi. Astagfirullah "

" Kenapa sih Dek, anti banget sama tentara ? Abang lo ini kan juga tentara lho."

" Nih ya gue tegaskan lagi, kalo gue nggak pernah anti sama tentara lho, Mas Winggar. Tentara atau polisi
itu profesi yang mulia. Gue senang dan bangga keluarga besar kita banyak yang profesinya TNI dan Polri. Gue bahagia punya Abang, teman dan sahabat yang punya profesi itu. Tapi sama sekali gak punya gambaran punya suami seperti itu di kepala." Aku menghela nafas panjang, dia terdiam.

" Kalau gue pernah kurang nyaman dengan seseorang, itu bukan karena profesinya. Mungkin karena kepribadian personalnya yang gue rasa tidak cocok, bukan karena seragamnya. Bisa jadi sih pendekatan dia kurang simpatik dan bikin aku ilfil ( ilang feeling)" Aku kembali terdiam, mas Winggar lekat menatapku.

Aku menghempaskan diri duduk di pinggiran tempat tidur, memejamkan mata. Rasanya seketika Adit hadir di hadapanku, tersenyum. Ya ampun sudah setahun lebih dia pergi dan  aku masih menangis mengenangnya. Guncangan tangan mas Winggar menyadarkanku. Kubuka mataku.

" Kok jadi nangis begini sih ?" Usapan jarinya menghapus sisa air mataku.

" Salah nggak sih kalau gue malas berhubungan dekat  dengan laki-laki. Sedangkan sekeliling gue nih sepertinya berlomba  berupaya untuk harus kenalan dengan si ini, si itu, lalu beberapa orang maksa jadian pacaran lah. Pusing Icha, Mas. Icha lagi nggak ingin punya pacar. Terdengar sepertinya kok mengkhianati Adit ya."

" Hey Icha. Kasihan Adit di sana kalau lo masih terus murung begini." Mas Winggar memegang kedua bahuku. Aku nggak tahu kenapa malah air mataku terus mengalir, rasa kangenku pada Adit bikin dada tambah sesak. Mas Winggar memelukku.

" Mungkin suatu saat nanti Icha mau berhubungan dengan laki-laki dan menikah dengannya, tapi jangan maksain sekarang dong. Icha nggak siap."

" Siapa sih yang maksa lo ? Nggak ada kan ?" Aku nggak tahu kenapa malah tangisan ini bertambah deras.

" Cha, nggak ada yang boleh paksa adek Mas Winggar untuk pacaran atau menikah dengan seseorang. Kalau kamu besuk sudah berani memutuskan untuk dekat dan menikah dengan seseorang, kami semua akan menghargai keputusan kamu. Asal dia orang yang baik, seiman, bertanggung jawab dan sangat mencintai kamu dan mau menerima kamu apa adanya." Ucap mas Winggar menentramkan hatiku.

" Sshh... Sudah, Jangan nangis.  Mas Wing pasti dukung kamu, jadi nggak usah cemas, Dek." Mas Winggar masih mengusap punggungku. Sudah lama banget aku nggak dipeluk begini sama kakakku.

Sejak kematian Aditya, Kakak laki-lakiku yang gagah dan tampan ini sangat berubah menjadi sangat peduli dan perhatian, nggak pernah ngeledek aku lagi. Tidak hanya dia sih, mbak Karina juga. Perhatian padaku tambah berkali-kali lipat. Hampir setiap Minggu dia menemaniku di Bandung, di kostan atau di rumah Tante Iin. Dia bahkan sampai mengambil residen obgyn di UNPAD. Selama ada mas Winggar dinas di Bandung, mbak Karin jarang menemuiku. Kami berkumpul bersama hanya beberapa kali

" Ssh...udah jangan nangis, kita ditunggu teman-temanmu di luar " aku mengelap air mataku dengan tissue, merapikan make up ku tipis dan beranjak keluar mengikuti mas Winggar.

*****

Begitu sampai di Roseland aku segera menemui Tante Iin dan Tante Dina di dapur menyerahkan hasil pekerjaan kami semalam dan subuh tadi untuk segera disuguhkan. Aku membuat pempek kesukaan Tante Dina, kue lumpur dan puding dari labu kuning serta panada tuna. Untung ada mbak Yani dan Santi yang membantu, pekerjaan jadi lebih mudah. Membuat kue ini selain hobi tapi juga supaya pikiranku selalu sibuk sehingga teralihkan dari kangen yang panjang akan kehadiran Aditya.

" Anak menantu idaman memang nih. Semua kamu yang bikin, princess ?"

" Yang bikin bertiga lho tante, bukan Icha aja." Jawabku sembari tersenyum.

" Kok banyak banget Cha, ada lumpur ada puding juga. Bangun jam berapa kalian ?"

"Bangun jam tiga pagi sih, Tan. Pempeknya dan bumbu sudah dicicil tadi malam. Nah, labu kuningnya itu kebanyakan kalau untuk lumpur semua. Mau dibiarin gitu aja, takut busuk karena labu kalau sudah dibelah sebaiknya langsung diolah. Jadi sisanya dibuat puding aja. "

Tante Iin menggamit tanganku dan membawaku menjauh dari Tante Dina.

" Kamu kenapa lagi, kok matanya bengkak seperti habis menangis ?" Tanya Tante Iin.

" Nggak apa-apa kok, Tan. Tadi malem kan lembur jadi wajar tidur cuma sebentar, bangunnya dapat mata panda deh." Jawabku sambil tersenyum tipis. Tante Iin menatap sangsi padaku.

" Tante mau ngomong nanti berdua sama kamu. " Dia berkata pelan sambil melemparkan tatapan menyelidik padaku.

" Ya, Tante."

" Rajin banget sih princess-nya Tante nih. Makasih ya sayang." Suara Tante Dina seolah menyadarkan ku dan Tante Iin. Kami berbalik ke arahnya.

" Sama-sama Tante cantik. " Jawabku sambil tersenyum

Icha ke lab dulu ya Tante-Tante, " ujarku meminta ijin.

" Ya udah sana. " Tante Iin mencium pipiku lagi. Aku melangkah pergi

"Cha, Tante berharap suatu saat akan tiba juga waktunya kamu manggil Tante dengan Mama ?" Langkahku terhenti. Aku terdiam dan kaget dengan ucapannya. Kubalikkan tubuhku menatap tante Dina cukup lama dan tidak bisa berkata apa-apa. Ya Tuhan, kenapa semuanya jadi rumit sih. Tante Dina dan Om Irawan baik sekali. Mereka memberi kesempatan padaku magang di laboratorium dan kebun  mereka, juga memberikan perhatian dan sayang padaku layaknya anak sendiri. Aku takut tidak bisa membalas kebaikan mereka. Aku takut tidak mampu memenuhi harapan dan impian mereka. Apa aku lebih baik mundur saja ya?  Rasanya aku nggak sanggup mengecewakan mereka.     

Aku cuma bisa menjawabnya dengan senyum tipis dan sempat beradu pandang dengan Tante Iin. Adik kandung ayah itu menatapku miris dan menyunggingkan senyum kecil. Setelah mengucap salam kuarahkan kakiku keluar dari dapur lewat pintu kecil di sana. Bermacam pertanyaan berkecamuk hebat dalam benak dan pikiranku.  

" Akhirnya datang juga bidadari cantiknya ." Suara Fira menyeruak begitu aku membuka pintu lab. Kulihat Iwan dan Sari membalikkan badannya menghadap ku. Aku tersenyum mengucap salam dan dibalas oleh mereka.

" Mbak Icha PHP ah ( pemberi harapan palsu) . Katanya Minggu lalu mau datang. Rugi lho nggak lihat cogan akut minggu lalu." Cerocos Sari mengiringi langkahku membersihkan diri dan mengenakan jas lab.

" Emangnya siapa sih ?" Tanyaku lagi

" Halah, paling juga Krisna kan?" Lanjutku lagi. Aku tahu Sari sangat mengidolakan Krisna. Dia sering salah tingkah dan gemetar kalau pas ketemu Krisna dan itu sering membuatku geli tertawa.

" Salah, bukan dia tapi kakaknya, Andromeda Ferdian Gandi . Ya ampun Mbak, aku aja hampir pingsan waktu ngeliatnya pertama kali lho. Gila ganteng banget," Ucap Sari lagi. Aku hanya tertawa menanggapinya. Mau ganteng seperti apa rasanya sulit punya sensasi efek yang keras pada hatiku.

" Jadi krisna kalah pamor dengan kakaknya nih? " Tanyaku menggoda Sari dan geli melihat tingkahnya. Sama Krisna saja dia sudah merasa amburadul, apalagi sama kakaknya  yang katanya lebih ganteng. Membayangkannya saja sudah bisa membuat aku senyum-senyum membayangkan tingkah absurd Sari.

" Ya udah, kita mau ngerjain apa nih sekarang ?" Tanyaku pada mereka lagi.

" Hm... lagi ada permintaan kultur kentang sama anggrek mbak." Jawab Iwan.

" Oh, ya udah aku kerjain yang kentang dulu aja ya."

" Eh, media*-nya sudah disiapkan, Wan ?"

" Sudah mbak, tinggal milih mau yang padat atau cair? Sudah saya siapkan di ruang preparasi. "

"Yang padat aja deh." Jawabku sambil menyiapkan alat dan bahan lalu berjalan ke ruang preparasi mengambil sampel bahan untuk diambil eksplan kemudian ke ruang media mengambil media tanam yg sudah siap dan steril. Lalu berjalan ke ruang kultur menaruh bahan dan peralatan yang akan dipakai, membuka autoklaf mengambil peralatan yang sudah disterilkan dan mulai menyalakan pembakar spirtus dan sedikit memanaskan bahan medianya. Beruntung Iwan sudah membantu menyiapkan medianya sehingga langkah ke depan menjadi lebih mudah dan ringan.  Melakukan kultur jaringan bukanlah sesuatu yang mudah dan butuh tahapan-tahapan untuk mendapatkan hasil yang baik dan sesuai harapan.

Aku duduk di depan LAF (Laminar Air Flow Cabinet). Setelah itu aku mulai melakukan  intisiasi, yaitu pengambilan eksplan dari bagian-bagian yang dikulturkan.  Aku mulai membuat sayatan tipis pada kentang dan mengambil jaringan parenkimnya sedikit. Jaringan parenkim yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Selain jaringan parenkim, jaringan yang biasa diambil untuk eksplan adalah Jaringan maristem,  yaitu jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga masih memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi, biasanya adalah bagian tunas. Jaringan kentang tersebut aku letakkan dengan pinset pada media kemudian mensterilkan lagi dengan mendekatkan tabung kaca terutama pada mulut tabung kaca pada api yang menyala pada pembakar spirtus dan menutupnya dengan alumunium foil. Mensterilkan sekali lagi. Setelah selesai menanamkan eksplan pada sekitar dua puluh lima botol. Aku beranjak menuju ruang penyimpanan.

Aku menyiapkan dan membereskan Laminaar Air Flow Cabinet yang aku tempati. Seseorang menepuk bahuku pelan. 

" Cha, lihat tuh di jendela fans garis kerasmu dari tadi nggak berhenti matanya ngeliatin kamu. " Aku terkejut dengan suara Iwan dan menengok ke jendela yang ditunjuk Iwan, ada di sebelah kiriku.  Aku membuka masker yang aku gunakan dan mencoba tersenyum pada mereka. Tante Iin, Tante Dina, om Irawan, om Yadi, mas Winggar, Ranto juga Reshnu melambaikan tangan dan tersenyum padaku.  Mereka berjejalan sedang menatapku di kaca jendela laboratorium yang cukup lebar itu. Aku memutuskan untuk berdiri dan berjalan keluar laboratorium.

"Ehm, tadi manggil Icha ya ? Maaf ya Icha sama sekali nggak dengar."

" Nggak"
"Nggak kok"

"Tidak"

" Nggak apa-apa kok" 

Suara mereka saling bersahutan satu sama lain, saling pandang menggelengkan kepala, atau mengangkat bahu. Aku bingung melihat tingkah mereka. 

"Ada apa sih ? Ada yang bisa Icha bantu atau selesaikan gitu?"

" Kamu selesaikan aja pekerjaan kamu lagi deh. " Jawab Om Yadi.

" Gue cuma mau memastikan kalau elo baik-baik aja, Dek?" Jawab mas Winggar.

" Tante penasaran princess aku kalau kerja di lab seperti apa ya." Jawab Tante Iin.

" Kepo Cha kamu kok bisa anteng banget duduk disana. Ngapain aja?" Tanya Ranto. Sementara temannya yang kulirik cuma garuk-garuk kepala dan tersenyum.

 " Kamu cantik banget kalau lagi kerja gitu sayang. Mau ya jadi menantu saya ?" Tante Dina tiba-tiba maju menangkup wajahku di tangannya dan menciumku penuh kelembutan. Wajahku pias. Ya Alloh, ini nih yang paling ditakutkan. Aku belum siap. Melihat binar di matanya yang penuh pengharapan, rasa bersalah kian menusuk hatiku.

" Maaf ya bapak ibu, kalau tidak ada lagi yang harus saya kerjakan, ijinkan saya melanjutkan pekerjaan tadi soalnya tinggal sedikit lagi selesai."

Aku meninggalkan mereka, mencuci kembali tanganku. Mensterilkan alat dan media kembali. Sedikit memanaskan wadah yang berisi media untuk eksplan. Tak sengaja melirik ke jendela. Aku masih melihat Tante Dina dan om Irawan tengah bercakap tak lepas menatapku. Jengah melihat mereka begitu. Tante Iin melambaikan tangannya begitu tahu aku menatap mereka. Hatiku mencelos menatap keduanya yang sedang tersenyum kepadaku.

Pandangan kualihkan pada biji anggrek yang ada di hadapanku. Iwan sudah menyiapkan biji anggrek yang tua namun masih belum pecah.
Bji ini kemudian sedikit aku panaskan dengan api dan mulai membuat sedikit sayatan dan mengelupasnya, sporanya kutampung dalam wadah tertutup yang kering dan steril. Di dalam nya terdapat biji kecil berwarna hijau muda.

Aku membersihkan sisa spora dengan alkohol. Setelah itu mulai menyayat bagian bakal buah atau biji kecil yang  bisa dengan dibakar atau direndam ke dalam larutan steril. Setelah itu, biji tua disayat tipis untuk dieksplan dan ditanamkan pada media. Spora anggrek aku tanamkan juga pada media steril agar tidak terkontaminasi pada zat lainnya. Aku memberi tanda dengan label yang aku pasang pada wadahnya.  Setelah selesai aku masuk ke kamar penyimpanan dan menaruhnya dalam rak.

Aku mulai mengecek pekerjaanku sebulan dan dua minggu yang lalu sudah ada yang menjadi gumpalan kalus dan  mulai ada pengakaran dimana eksplan akan menunjukan  bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan setiap hari dilakukan Sari dan Fira.

Sudah hampir satu setengah bulan aku, mbak yani dan Santi magang di Roseland setiap hari minggu. Baru satu minggu yang lalu absen tidak hadir di sini. Aku lebih senang di laboratorium ketimbang di ladang dan cucitempat aquakultur, Santi lebih senang di aquakultur dan mbak Yani lebih senang di ladang pertanian. Sesekali aku membantu Santi di bengkel aquaponik. Tapi sudah dua kali ini aku mendapati Krisna yang betah menunggui Santi bekerja hingga tuntas. Rasanya keberadaanku hanya mengganggu mereka saja, seperti yang kulakukan siang ini. Mereka tengah asyik duduk berdua bercerita dan tertawa, aku segera berbalik diam-diam membiarkan mereka berdua.

Kulangkahkan kakiku pojok belakang bengkel aquaponik tempatnya sedikit tersembunyi. Hanya dari ruang penyimpanan di laboratorium jika kaca dibuka baru bisa melihat tempat ini ayunan yang dirambati mawar merah mudah dan kuning kesukaanku. Itu pun hanya terlihat sebagian. Disampingnya ada bangku putih yang atapnya dipasang balok kayu tempat merambat mawar. Di depannya ada kolam ikan kecil dengan pancuran. Beberapa tempat di Roseland memang memasang ayunan, bangku dan kolam. Namun ini adalah tempat favoritku di Roseland, space ruang kecil yang indah dan tenang. Jauh dari hiruk pikuk pekerja dan tamu tuan rumah.

Aku menyandarkan punggungku pada sandaran ayunan, kakiku mulai menarik ke belakang kemudian mendorongnya. Ayunan ini mulai bergerak. Angin dingin berhembus pelan menerbangkan aroma mawar di sekitarku. Aku menghirup rakus udara di sekitarku, membiarkan sejenak dia memenuhi rongga dadaku sebelum menghelanya perlahan. Suara gemericik air yang syahdu membawa aliran hangat damai dan tenang membanjiri kepalaku. Seketika aku merasa mengantuk.

******
Note :

Media* untuk menumbuhkan tanaman. Media yang di gunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu di perlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.

Tanaman memang dikenal memiliki kemampuan reproduksi generatif yang tinggi, terbukti dia bisa hidup dimana-mana baik dengan cangkok atau transplantasi. Tanaman dikenal memiliki titipotensi yang tinggi. Artinya adalah setiap sel memiliki kemampuan genetik seperti sel zigot yaitu membelah diri dan berdiferensiasi menjadi individu baru.

Metode kultur jaringan ini memungkinkan sel hidup berkembang di luar tubuh makhluk hidup itu sendiri atau dikenal dengan istilah in vitro. Hal ini yang kemudian menjadi pembuka bagi jalan penemuan lain yaitu kloning DNA.

Sebenarnya metode tissue culture (kultur jaringan) untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sel atau jaringan ya ng ditumbuhkan dalam kondisi aseptik atau bebas dari infeksi untuk dapat memperbanyak diri dan tumbuh menjadi tanaman yang lengkap kembali.

Teknik ini cukup ekonomis untuk menghasilkan banyak bibit unggul dalam waktu yang relatif singkat. Tempat yang digunakan tidak eprlu luas, asal terjaga kebersihannya, steril juga kelas udaranya selalu terpantau aman. Dalam agrobisnis ini sangat membantu memangkas biaya produksi

Akan tetapi bukan berarti kultur jaringan tidak memiliki kelemahan, tentu saja ada kelemahannya yaitu memerlukan biaya yang tidak sedikit karena perlu dilakukan penelitian dalam laboratorium sehingga menggunakan bahan kimia juga untuk melakukannya, serta kultur jaringan juga memerlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal karena tanaman hasil kultur biasanya berukuran kecil dan bersifat aseptik serta sudah terbiasa berada di tempat yang mempunyai kelembapan udara tinggi.

Hai,silahkan komen dan vote nya ya.

Continue Reading

You'll Also Like

16.9K 1.3K 2
"Ma... Bila tempatku berpijak tidaklah sejajar dengan saudaraku yang lain. Tolong jangan anggap aku gagal." _Lio
3K 259 28
"Kenapa kita harus sembunyi, ketika mendengar kabar orang meninggal?" "Takut!" "Apa yang perlu di takutkan? Bukankah kita semua juga akan meninggal...
103K 2.1K 16
⚠️BAHASANYA CAMPUR,KALAU KURANG NGERTI JAUH JAUH SANA GAK USAH HATE KOMEN⚠️ Fourth adalah seorang remaja berumur 14 tahun yang sedikit polos..dia jug...
18.9K 793 13
Ada kesamaan nama? Sorry sorry ajasi gue ngambil dari gugel soalny Bl