My Boss!

By May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... More

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
My Boss! 28
Announcement!
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 29

37.5K 2.4K 522
By May_Rose22

"Masih lapar?"

Pertanyaan sepele yang sukses membuat Aurora memutar matanya itu malah membuat Faiz mengulum senyum

"Seriously,Sir?! Itu cuma roti, ya kali pak saya makan tanpa nasi, itu namnya nyemil bukan makan." Omel Aurora merasa kesal karena ia hanya makan roti sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Jogja, bahkan di dalam mobil menuju hotel pun Aurora tak berhenti mengunyah.

"Gimana bisa disebut nyemil kalau roti satu toko yang di makan." Balas Faiz

Aurora hanya membalas ucapan Faiz dengan hembusan nafas kasar lalu segera membuka pintu kamarnya yang Aurora sadari berada tepat di sebelah kamar Faiz.

"Uh! Akhirnya sampai." Aurora merebahkan tubuhnya pada kasur empuk berukuran king size. Gadis itu menatap sekeliling ruangan dan sukses membuatnya sedikit takjub. Ia tak menyangka bahwa perusahaan akan seniat ini memfasilitasi karyawannya untuk liburan di Jogja dengan kamar hotel VIP. Ia menerka-nerka kira-kira di kamar nomor berapa Ambar dan yang lainnya?

"Eh, apa gue tadi salah lihat ya?!" Aurora bermonolog lalu segera bangkit dari rebahannya dan bergegas menuju pintu, gadis itu ingin memastikan dirinya tadi tak salah lihat bahwa di lorong itu hanya ada dua kamar yang berarti...

"God! Apa-apaan ini?!" Aurora menelan salivanya setelah memastikan bahwa apa yang ia lihat tadi benar. Tanpa berpikir dua kali, Aurora langsung mengetuk pintu kamar Faiz tak sabaran.

"Ada apa?" Faiz membuka pintu dan menatap Aurora dengan kening berkerut, jangan bilang gadis itu akan mengomel karena lapar. "Mau makan? Tapi aku mau mandi du--"

"Makan apaan sih?! Pak Faiz naruh temen-temenku dimana?!" Tanya Aurora tanpa memperhatikan susunan kalimatnya yang terdengar ambigu dan lucu.

"Hah?!" Dengan ekspresi tak mengerti Faiz menatap Aurora aneh "temen kamu? Siapa? Apa sih, Ra?"

"Lah ini, cuma ada dua kamar, terus karyawan lain bapak taruh mana? Jangan bilang bapak..."

"Ssttt....." Faiz meletakkan telunjuknya pada bibir Aurora yang masih hendak melanjutkan omelannya "gak usah mikir aneh-aneh!" Jari telunjuk Faiz berpindah pada kening Aurora dan mendorongnya pelan.

"Karyawan yang lain ada di lantai bawah, bisa gulung tikar perusahaan kalau semua karyawan di taruh di kamar VIP." Jelas Faiz

"Jadi, maksud bapak saya bukan karyawan?" Tanya Aurora dengan polosnya.

Mendengar pertanyaan seperti itu, seketika ide jahil Faiz muncul, lelaki itu menggeleng lalu tersenyum manis. "Kan kamu calon istriku."

"Ish! Emang saya mau?!"

Faiz hanya menggelengkan kepalanya melihat kepergian Aurora setelah mengucapkan kalimat itu dengan wajah memerah. Jangan anggap Faiz tak tahu bahwa Aurora sengaja tak meneruskan perdebatan mereka karena gadis itu mendadak blushing.

***

Sejak mendengar kedatangan Faiz dari orang kepercayaannya, Pricillia segera bergegas menuju hotel. Gadis cantik yang dulu adalah sahabat baik Faiz semasa kuliah itu bukan lagi si gendut yang selalu di bully, persahabatan antara Faiz, Dean, dan Pricillia berlangsung cukup lama hingga Dean melakukan kesalahan fatal yang membuat Pricillia hampir kehilangan nyawanya dan Faiz yang sudah enggan mengakui Dean sebagai sahabatnya lagi. Sejak saat itu mereka tak lagi berkomunikasi hingga pada acara perayaan di perusahaan Dean mereka kembali bertemu.

Rasa suka yang terpendam bertahun-tahun bisa Pricillia bungkus dengan rapi karena dulu ia sadar, dirinya tak akan layak mengejar Faiz, namun berbeda dengan sekarang, sekarang dirinya bak seorang princess yang bisa membuat mata lelaki normal tak akan berpaling darinya.

"Kamar atas nama Faizal Al-Hasan nomor berapa?" Ujar Cillia pada resepsionis hotel tanpa basa-basi.

"Maaf, kami tidak bisa memberikan informasinya.Jika ingin bertemu silahkan menunggu dan kami akan menghubunginya." Jawab resepsionis cantik tanpa mengurangi keramahannya.

Pricillia memutar bola matanya angkuh, lalu segera pergi menuju lift dan menekan tombol menuju lantai lima. Gadis itu tak sulit menebak jika Faiz pasti akan berada di kamar tamu VIP.

Dress merah di atas lutut yang sangat kontras dengan kulit putihnya, Stiletto yang juga berwarna merah serta rambut coklat yang ia gerai memberikan kesan seksi pada gadis itu. Pricillia mengamati dua pintu kamar yang tertutup, berdasarkan informasi yang ia dapat, Faiz datang bersama seorang gadis yang juga sudah pasti berada diantara dua kamar didepannya.

"Oke,  pilih kamar nomor satu." Gumam Cillia yang kemudian langsung mengetuk pintu kamar di depannya.

"Cillia?" Dengan ekspresi terkejut Faiz menatap gadis di depannya yang malah langsung menghambur memeluknya dengan erat tanpa bisa Faiz hindari.

"Aku kangen banget sama kamu." Ujar Cillia yang bertepatan dengan terbukanya pintu kamar sebelah mereka, Faiz yang berusaha mendorong tubuh Cillia berubah panik saat melihat ekspresi terkejut Aurora yang berubah menjadi raut dingin pada detik berikutnya.

"Lepas,Cil!"

Dengan berat hati gadis yang kedatangannya tak di undang itupun melepaskan pelukannya, ia menoleh dan menatap Aurora dengan senyum.

"Hai, kita ketemu lagi. Masih ingat gue kan?"

"Sorry, ingatan gue buruk. Lo siapa?" Jawab Aurora, Faiz sangat paham bahwa Aurora sengaja melakukan hal itu.

"Gue Pricillia, kita ketemu di acara perusahaannya Dean. Lo... sekretarisnya Faiz kan?"

Aurora tersenyum tipis lalu mengangguk. "Gue duluan."

"Ra! Tunggu!" Teriak Faiz dan hendak menyusul gadis itu namun tertahan oleh Pricillia.

"Udah deh, dia itu bukan pacar lo, Faiz. Gak usah di kejar. Kita makan malam yuk! Please...."

Faiz mengusap wajahnya kasar, ia hendak menolak ajakan Pricillia namun tidak enak, meski bagaimanapun mereka pernah berteman dengan baik, namun Aurora...

"Gue makan malam di hotel sama karyawan yang lain. Gue kesini bukan liburan sendiri dan Lo...ngapain ke kamar gue?"

Gadis cantik yang masih setia berdiri di depan Faiz itu mengetikkan bahunya, "gue kangen aja sama Lo, pas tahu perusahaan Lo lagi liburan ke Jogja ya gue susul aja, gue boleh gabung makan malam kan? Gue gak ada temen disini dan Lo tahu kan kalau gue..."

"Ck! Serah!" Potong Faiz yang langsung berjalan mendahului Cillia dan segera disusul oleh gadis itu.

Pricillia tersenyum menang, ia berusaha menggandeng lengan Faiz yang langsung di beri tatapan marah oleh lelaki itu.

"Ups! Sorry!" Cillia mengangkat kedua tangannya dan tetap berjalan di sebelah Faiz.

***

"Selamat malam, pak."

Faiz hanya mengangguk mendapatkan ucapan selamat malam di meja makan dari beberapa karyawannya yang sudah duduk disana, mata lelaki itu menelisik setiap meja untuk mencari keberadaan Aurora tetapi hasilnya nihil, gadis itu tak nampak batang hidungnya sama sekali.

Kehadiran Pricillia yang duduk di samping Faiz menjadi pusat perhatian tersendiri, terutama Ambar yang hampir saja tersedak melihat Faiz bersama gadis lain selain Aurora.

"Maaf, saya membawa teman saya. Kebetulan kami bertemu di depan tadi. Apa semuanya sudah hadir?" Ujar Faiz mencoba menanyakan keberadaan Aurora pada karyawannya secara tidak langsung.

Ambar berdehem pelan melirik Cillia dan segera menatap Faiz. "Aurora belum datang, pak. Apa dia tidak ikut ke Jogja?"

Semua mata mengarah pada Faiz, dan yang di tatap masih enggan bersuara.

"Aurora sekretaris kamu itu kan? Bukannya tadi udah duluan?" Suara Cillia terdengar sebagai jawaban di telinga semua orang.

Faiz berdiri dari duduknya dengan tiba-tiba yang membuat semua orang terkejut "saya permisi sebentar, kalian lanjutkan saja makan malamnya."

"Faiz, mau kemana?!"

Faiz mengabaikan pertanyaan Pricillia dan bergegas meninggalkan ruangan hingga gadis itu tak sempat menyusulnya.

Dengan cepat Faiz menekan nomor Aurora pada ponselnya, berusaha menghubungi gadis itu namun sayangnya suara operator lah yang menyambutnya.

Sementara itu, di warung sederhana yang cukup ramai, Aurora duduk menyantap nasi gorengnya tak bersemangat, rasa lapar yang semula membuatnya bersemangat ingin mengajak Faiz mencari nasi goreng seketika lenyap begitu saja setelah melihat adegan yang entah mengapa membuat hatinya panas.

"Huft! sadar Ra, Lo bukan siapa-siapa." Aurora menggumam dan menggelengkan kepalanya seolah mengenyahkan bayangan Faiz dari kepalanya.

Aurora tak sanggup lagi menghabiskan nasi goreng yang baru berkurang seperempat itu, gadis itu bangkit dari duduknya, segera membayar makannya dan ingin secepatnya kembali ke hotel untuk beristirahat.

"Jauh juga gue jalan bisa sampai sini, tadi gue lewat mana lagi." Aurora menoleh kanan kiri, kekurangannya yang tak bisa menghafal jalan membuat gadis itu sering kesusahan ketika bepergian sendiri, biasanya ia mengandalkan GPS pada ponselnya dan sayangnya kali ini ponselnya mati, ia tak ingat untuk mencharger sebelum meninggalkan hotel.

Aurora mencoba mengambil jalan ke kanan, ia menyusuri pinggiran jalanan Jogja yang tak pernah sepi seorang diri. Matanya menatap beberapa muda mudi yang asik bercengkrama, beberapa gerombolan anak muda yang bermain gitar sambil minum kopi juga kendaraan yang berlalu lalang.

"Lah, perasaan tadi gue gak nglewatin toko ini deh." Aurora menghentikan langkahnya saat merasa asing dengan jalan yang ia lewati.

"Ya Allah, gini amat jadi orang yang gak hafal jalan." Aurora memilih untuk berbalik arah, ia sudah ingin menangis karena badannya yang luar biasa capek, kakinya yang terasa singkal ditambah ia tak bisa mengingat jalan untuk kembali ke hotel. 

Bayangkan betapa menyedihkannya Aurora saat ini, ponselnya mati, dompetnya ketinggalan dan ia hanya membawa uang lima puluh ribu yang sudah terpotong untuk membeli nasi goreng tadi.

Melihat seorang ibu-ibu di dekatnya, Aurora memberanikan diri untuk bertanya. "Permisi bu, numpang tanya."

"Iya mbak?"

"Kalau mau ke hotel Hadiyaksa lewat mana ya?"

"Masih jauh mbak kesana." Jawabnya sambil menunjuk arah jalan di depan Aurora.

Aurora mengangguk pasrah "terimakasih nggeh Bu."

"Sama-sama mbak."

Sejauh itu Aurora berjalan meninggalkan hotel karena ia berputar-putar kearah yang salah dan ternyata membawanya semakin jauh dari tujuan. Tapi setidaknya Aurora tahu kalau arah jalan yang ia ambil kali ini sudah benar.

"Anggap aja menikmati udara malam Jogja." Ujar Aurora mencoba menyemangati dirinya sendiri yang sudah benar-benar lelah.

***

Faiz yang tadi keluar mencari keberadaan Aurora kini sudah kembali ke hotel dan berharap gadis itu sudah ada di kamarnya, dengan tergesa Faiz mengetuk pintu kamar Aurora namun tak ada tanda-tanda akan di buka oleh siapapun yang ada di dalamnya.

Dengan terpaksa Faiz mengeluarkan kartu lain yang ia minta dari resepsionis untuk membuka kamar Aurora dan ternyata ruangan itu kosong. Jangan heran bagaimana Faiz bisa mendapatkan kunci cadangan, sudah pasti Wendra sangat berjasa dalam hal ini.

Demi apapun, Faiz sangat khawatir sekarang. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan Aurora belum juga kembali, lelaki itu menutup kembali pintu kamar Aurora, hendak bergegas kembali turun namun segera ia urungkan saat melihat Aurora yang berjalan keluar dari lift.

"Ra!" Dengan langkah cepat lelaki itu mendekati Aurora yang tak mendapatkan respon apapun dari gadis itu.

"Kamu darimana? Sudah makan?" Tanya Faiz menahan lengan Aurora yang hendak memasuki kamar.

"Sudah, maaf pak saya mau istirahat bisa lepaskan tangan bapak?" Ujar Aurora tanpa ingin menatap Faiz.

"Kamu marah? Maaf soal tadi..."

Aurora menarik lengannya dengan paksa lalu segera membuka pintu kamarnya. "Selamat malam, pak."

Faiz berdiri mematung di depan pintu yang sudah tertutup. Lelaki itu menghela nafas lalu memilih untuk memasuki kamarnya.

Maaf ya sedikit nyesek part ini, kebawa perasaan author nya. Tulis komen sebanyak dan segokil mungkin biar jadi pemenang give away novelku.

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 62K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.2M 104K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.2M 17.4K 37
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
6.5M 330K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...