Mantan Kok Romantis [COMPLETE...

By ringlight07

325K 10.8K 4.6K

"Siapa bilang mantan itu harus musuhan? Buktinya aku dan dia tetap bisa kompak, pulang bareng, belajar bareng... More

Calon YouTubers
Instastory Devo
NGAMOOKKKKKK
Terimakasih PHO
Cemburunya Irwan
Punya Pacar?
Sedang Berada Pada Panggilan Lain
Lagi?
POV Irwan
First
Sakit
Anaknya Teman Ibu
Devo Pintar
Keluar Malam
Chika Comeback Guys!
Chika Lagi
Tak Sesuai Ekspektasi
Sebenarnya, Aneh
Bye-bye
Pulih
EPILOG
Terimakasih
BERITA SEDIH🗿

Terngiang-ngiang

9.2K 361 182
By ringlight07

Semoga kamu yang sekarang bahagia bersamaku adalah orang yang akan kulihat setiap bangun tidur nanti.

•••

Gue gak tahu kenapa gue bisa senekat itu. Gue nyium Bin, Bindella, mantan gue itu! Iya pipi doang, tapi menurut gue itu udah terlalu jauh. Gue sama Bin masih kelas XI. Fokus kita masih belajar, belajar, belajar dan game. Ah, gue doang yang game. Kalau Bin, belajar, belajar dan belajar. Gue gatau kenapa bisa langsung nyium pipi dia, serius gue gak sengaja.

"Arg!" gue memukul stik PS yang gue pegang.

"Kenapa lo?" Devo. Ya, Devo dan Reandra lagi bareng gue, di rumah. Mereka mau nginap, udah biasa sih kita nginap di rumah gue kalau malming.

"Ga kenapa," ujar gue bohong. Malas jujur ke kedua manusia ini, mulutnya pasti bakal gak segan-segan ngebully gue.

"Lu aja yang main, gue ada kerjaan," alibi gue. Gue udah gak mood. Gue khawatir sama Bin, gue takut dia marah.

"Bilang aja mau nelpon mantan," Nah, si Devo ngingetin gue mulu kalau gue sama Bin udah mantan.

"Terus? Elo cemburu?" tanya gue karena kesal padanya.

"Udah tidur lo, jam dua belas nih," kata Reandra yang asik dengan game online-nya.

"Lo aja. Gue mau nelpon!" ujar gue sambil meraih ponsel yang tergeletak di kasur.

Gue menekan nama teratas, Bin. Gue enggak yakin dia masih bangun, pasti udah di alam mimpi. Tapi, ternyata ...

'Halo? Kenapa? Ada apa?' Eh ternyata belum, dia masih semangat '45. Tumben dia belum tidur jam segini.

"Kenapa masih bangun?"

‘Aku gak bisa tidur. Masih ingat yang tadi.’

Gue jalan ke balkon, gak mau dua curut itu nguping.

"Yang mana? Kalo yang canggung itu, sorry banget Bin, aku gak sengaja," jelas gue.

'Jangan ingatin! Aku malu!' Ujarnya sambil tertawa.

"Maaf ya, aku takut banget kamu marah,"

‘Udah dibilang gausah diingatin! Aku malu.’

"Tidur gih, nanti kamu sakit."

Aku mau bilang sesuatu, boleh gak?' Gue deg-degan. Dia mau ngomong apaan? Gue takut dia ngomong yang enggak-enggak.

"Apa?" tanya gue ragu banget. Takut dia mutusin yang gak-gak.

‘Tadi ke sekolah bareng Chika ya? Tahu dari mana dia?’

"Ka-kamu tahu dari mana?"

'Iya atau gak?'

"Iya, dia minta nebeng."

‘Gatau kenapa, aku paling takut kamu dekat sama Chika. Aku masih trauma, aku takut dia bakal ambil kamu, kayak dulu dia ambil Devo dari aku.’ Inilah yang gue takutin, ketakutan Bin yang sebenernya berlebihan.

"Itu yang terakhir. Aku janji ga bakal berhubungan tentang apapun sama si Chika. Kita gak ada apa-apa," ujar gue mencoba ngejelasin apa yang ada di otak gue. Lagipula gue sama si Chika memang gak ada apa-apa.

Aku harap kamu gak bohong. Aku benar-benar takut kehilangan kamu, gak tahu kalo kamu.' Ya, gue juga takut kehilangan lo Bindella-ku. Kalau gak takut, ngapain gue jadi lebay.

"Udahlah, tenang aja. Aku bakal jaga hati," entahlah, gue masih malu mau bilang kalau gue juga takut kehilangan dia.

‘Aku tidur ya. Jangan lama-lama begadangnya. Emm-- i love you.’ Gue diam. Gak tahu mau bilang apa. Gue malu bilang i love you too belakangan ini. Padahal, gue sayang, cinta banget ke dia.

"Bobo ya," ujar gue lalu ngematiin teleponnya. Gue bodoh ya? Masih suka malu bilangin kata-kata i love you ke Bin? Padahal udah mau tiga tahun kita bareng-bareng.

•••

Setelah Irwan mutusin sambungan telepon kami, aku masih belum bisa tidur. Aku ngeletakin hapeku ke nakas lalu menatap langit-langit kamarku yang berwarna biru.

Aku tidak memikirkan kenapa Irwan tidak membalas ucapan 'I love you'-ku dengan 'I love you too' karena Irwan telah menunjukkannya dengan tindakan. Kalau aku memusingkan hal itu, pasti akan menjadi masalah. Aku tidak mau ada masalah lagi dengan Irwan. Aku benar-benar takut kehilangannya.

Momen satu jam di bukit tadi masih tergiang-giang di pikiranku. Itulah yang membuat aku belum bisa tidur sampai saat ini. Untung besok minggu, jadi tidak perlu takut untuk terlambat ke sekolah.

"Bindel!!!" aku kaget mendapatkan teriakan dari Widya. Ia membuka pintu kamarku lalu langsung berbaring di kasurku.

Matanya sembab, seperti habis nangis.

"Kenapa?" tanyaku sembari duduk.

"Gue diputusin Petra!" ujar Widya, siap-siap deh jadi teman curhat dia malam ini. Udah pukul dua belas pula.

"Kapan?" tanyaku, agak penasaran juga sih.

"Baru aja, lewat telpon. Gue gak pernah senyaman ini sama cowok," cerita Widya. Air matanya mulai turun lagi.

"Alasannya?" udah kayak wartawan aja, aku nanya mulu.

"Kata dia, dia mau fokus belajar mau UNBK nanti, terus katanya, Mama dia gak suka sama aku. Padahal, kemaren pas aku ke rumah Petra, Mamanya baik banget sama aku. Ngajarin masak, nyeritain tentang Petra sama aku. Aku yakin dia bohong!" ujar Widya dengan tangisnya yang sudah menjadi-jadi. Untung kamar ibu jauh, jadi tidak akan kedengaran.

"Udahlah Wid, kalau emang dia bilang gitu ya gausah ditangisin. Kalau jodoh, pasti gak bakal ke mana. Kalau gak jodoh ya mau gimana? Kalo gitu bukan Kak Petra yang terbaik buat kamu. Sabarin aja, kalau emang dia cinta sama kamu, dia pasti bakal balek sama kamu, udah ya sana tidur." Nasihatku sekaligus mengusir dia. Aku sudah mulai mengantuk.

"Lo?!" kesal dia sambil bangun dari kasur lalu. Dia memelototiku lalu berjalan mendekati pintu.

"Udahlah, mungkin prank. Lusakan kamu ultah," ujarku mengingatkan bahwa dia besok ulang tahun. Kalau benar, Kak Petra so sweet banget. Jadi pengen Irwan juga kayak gitu. Eh, kalau beneran tapi, kalau enggak ya kasian banget dong si Widya, mau ulang tahun malah diputusin. Kasian!

Widya ke luar dari kamarku. Aku segera berdoa, setelah berdoa aku segera berbaring, menarik selimut kemudian memeluk gulingku dan segera tidur.

•••

Minggu siang, aku hanya berdiam diri di kamar. Memainkan ponselku sambil mencomoti kue buatan ibu yang sengaja kubawa ke kamar.

Tina, gadis itu sedang dalam perjalanan menuju ke sini. Aku mau menceritakan semua kejadian di antara aku dan Irwan kemarin. Ya, aku orangnya harus menceritakan apa yang kurasakan pada seseorang. Enggak tahu kenapa.

"Binder!" Tina menggedor pintu kamarku dengan tidak santai. Kamarku memang kukunci agar Widya tidak masuk, aku sedang tidak ada niat mendengar curhatannya. Aku membukakan pintu untuk Tina, lalu kembali menutupnya.

"Aku udah kepo. Ayo cepat ceritain!" desak Tina sambil memegangi tanganku. Gak sabaran banget.

"Santai dulu, santai, duduk dulu," ujarku menenangkan gadis ini.

"Gue gak bisa santai kalo lo belum cerita!" Nah, lo-guenya udah ke luar.

Aku memilih duduk di kasur supaya Tina mengikutiku. Benar, dia mengikuti duduk di kasur dengan tatapan penasaran.

"Jadi gini, tadi malam aku dijemput sam--"

"Bin, buatin si Tina minuman," teriak ibu dari bawah.

"Gausah tante, nanti aku ambil sendiri," balas Tina teriak juga. Dikira hutan apa ya, teriak-teriak. Sepertinya dia memang begitu penasaran, biasanya kalau ibu ngomong seperti itu Tina pasti akan mengompor-ngompori dengan berkata, "Iya nih tan, Bin gamau buatin katanya.' kampret memang.

"Ayo dong lanjut!" desak Tina lagi.

Aku menarik napas pelan lalu mulai menceritakan setiap hal yang terjadi di antara aku dan Irwan malam minggu kemarin. Tina diam, mendengarkan ceritaku dengan takjub.

"Gila, gila! Sweet banget si Irwan, kok jadi berubah ya dia. Dulu aja cuman kata-kata dia yang sweet, eh, itupun kadang," komentar Tina sekaligus mengingat betapa membosankannya berpacaran pada Irwan dulu, itu pendapat Tina dari setiap curhatanku dulu padanya.

"Sekarang kalo kata-kata gak sweet lagi," ujarku mengingat Irwan yang sudah berubah.

"Gapapalah, tindakan lebih berharga daripada sekedar kata-kata manis yang gak ada pembuktian," ujar Tina semangat.

"Udah mulai berani ya si Irwan, dulu megang tangan aja gemetar, hahaha," ledek Tina.

"Ye si kampret! Mentang-mentang Irwan gadak di sini, kamu berani ngeledek," belaku gak terima Irwan diledekin.

"Selo ih, becanda-becanda," ujar Tina masih dengan tawanya.

"Eh, tau gak, aku masih deg-degan kalo ingat itu semua, masih membekas banget!" ujarku menceritakan perasaan yang ada di hatiku sampai sekarang ini.

"Semoga aja deh, kalian jodoh. Gak kebayang kalo kamu bukan jodoh Irwan, pasti move on-nya susah banget," ujar Tina.

"Terus kasian Irwan, udah jagain jodoh orang, manjain jodoh orang, terus dimarahi jodoh orang," kata Tina sambil tertawa. Kutahu dia becanda tapi, karena kata-katanya aku malah menjadi kepikiran.

Benar juga yang dikatakan Tina.

Aku berharap, dia yang sekarang bahagia bersamaku adalah orang yang akan kulihat setiap bangun tidur nanti.

•••

Continue Reading

You'll Also Like

827K 30.2K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
276K 4.1K 12
BUKU PERTAMA #90 in Fiksi Umum 221219 ♡♡♡ Hanni Aryati Syahied "Ya terserah, deh. Maaf, bisa bapak ke dalam saja? Mata kekasih bapak kayak lohan tuh...
1M 62.7K 43
Bos gue ganteng, tapi sifatnya.... MASYA ALLAH..... mau nangis aja rasanya :( Dalam proses editing per chapter untuk publish ulang. Receiving 1.2M re...
5.6M 377K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...