πΏπ‘œπ“‹π‘’ πΌπ“ˆ √

Von cherrittae

105K 11.2K 694

jadi cinta itu ........? Mehr

Perkenalan Tokoh
-01-
-02-
-03-
-04-
-05-
-06-
-07-
-08-
-09-
-10-
-11-
-12-
-13-
-14-
-15-
-16-
-17-
-18-
-20-
-21-
-22-
-23-
-24-
-25-
-26-
-27-
-epilog-
ending song

-19-

2.7K 360 25
Von cherrittae

"Makasih kalian semua udah mau nginep disini, nemenin gue." lirih Yeji pada keempat sahabatnya yang saat ini  tengah berada di rumahnya. Mereka berempat memutuskan untuk menemani Yeji karena gadis itu di tinggal pergi oleh semua penghuni rumah keluar kota untuk beberapa hari.

Semula Yeji akan ikut pergi karena ada acara keluarga yang selalu di laksanakan rutin tiga bulan sekali di rumah kakek mereka di Daegu, tapi karena ada kejadian yang menimpa Yeonjun, Yeji merasa sangat bertanggung jawab dan memutuskan untuk tidak ikut karena ia harus memperhatikan keadaan Yeonjun setiap hari.

"Sama-sama, lagi pula ayah malam ini ngga akan pulang ke rumah, jadi gue bisa nemenin lo sampai beberapa hari ke depan." jawab Yuna yang kini sedang bersantai duduk bersila di atas sofa sambil memakan camilan.

"Apa lagi gue, lo tau kan gue emang tinggal sendirian. Jadi lo ngga usah sungkan, kapan aja lo pengen gue temenin, gue pasti selalu siap." lanjut Ryujin.

Yeji tersenyum lega, ia sangat beruntung memiliki sahabat seperti mereka berempat.

"Makasih, sayang-sayangku."

Lia beranjak untuk duduk di samping Yeji, "sama-sama. Tapi lain kali, jangan keras kepala lagi, oke?"

Yeji terkekeh kecil, lalu mengangguk. "Iya, maafkan gue. Dan... Makasih."

Lia memandang Yeji gemas, "hilangin dikit egois lo itu, janji?"

Yeji mengangguk sekali lagi, lalu berdehem. "hm,"

"Terus sekarang gimana keadaan Yeonjun, udah baikan?" tanya Ryujin, membuat semua orang kembali memandang Yeji seolah menunggu jawabannya.

Yeji menghela napasnya panjang, "terakhir kali, dia udah siuman dan keadaannya juga membaik. Gue ngga tau kalau sekarang, soalnya kakaknya nyuruh gue pulang dan istirahat."

"Ya udah, mereka bener. Lebih baik lo sekarang pergi ke kamar dan istirahat!" titah Lia pada Yeji. "Besok kita semua pergi kesana lagi buat nengokin Yeonjun."

Yeji mengangguk kecil, "iya udah deh. Kalau kalian udah ngantuk, langsung nyusul ke kamar aja."

"Tenang aja,"

Setelahnya, Yeji langsung beranjak menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Ini memang bukan kali pertama mereka menginap di rumah ini, tapi tetap saja, sebagai tuan rumah Yeji merasa tidak enak jika meninggalkan mereka seperti ini.

"Eh, kalian ngerasa ngga, kalau Yeji udah berubah?" celetuk Ryujin pada ketiga sahabatnya.

"Berubah? Maksudnya?" Tanya Yuna penasaran.

Ryujin menggigit bibir bawahnya seraya berpikir, "eung, gue rasa... Yeji udah mulai ngebuka hatinya buat Yeonjun."

Lia langsung tertarik setelah mendengar pernyataan Ryujin. "Lo yakin?"

"Emangnya tadi kalian ngga perhatiin apa? Begitu dia nyeritain gimana kondisi Yeonjun, raut mukanya langsung berubah, kaya ngerasa bersalah dan nyesel. Ngga menutup kemungkinan kalau perlahan seiring berjalannya waktu Yeji bisa aja menerima Yeonjun." jelas Ryujin panjang lebar.

"Bener, jujur aja... Dari awal gue setuju banget kalau mereka bener-bener bersama nantinya. Mereka keliatan cocok satu sama lain." sambung Yuna semangat, namun dengan suara sepelan mungkin. Ia tidak mau jika Yeji akan mendengar pembicaraan mereka.

Tiba-tiba Chaeryeong beranjak dari tempatnya, sambil berkata, "doain aja yang terbaik buat mereka, jodoh ngga ada yang tau 'kan?"

Yuna menatap Chaeryeong yang sudah berdiri, "tumben banget lo bijak, Chaer?"

Chaeryeong hanya tersenyum sembari mengendikan kedua bahunya. Kemudian kakinya mulai melangkah, membuat semua yang ada disana bertanya-tanya.

"Mau kemana lo?" Tanya Lia.

"Ke kamar mandi belakang." jawab Chaeryeong singkat.

"Bukannya disana ada kamar mandi, kenapa harus ke belakang?" heran Ryujin sambil menunjuk ke arah kamar yang ada di dekat kamar tamu.

Chaeryeong menggaruk kepalanya yang tak gatal, memberi gestur seolah tengah berpikir. "Eung... Ngga tau, gue pengen ke kamar mandi di belakang aja."

"Ck, aneh... Ya udah sana!" seru Ryujin.

Chaeryeong pun pergi meninggalkan tempat itu, menuju kamar mandi belakang rumah Yeji.

"Kalau gitu gue mau nyusul Yeji ke kamar, kalian ikut?" tanya Lia sembari bangkit dari tempatnya.

"Gue ikut!" Yuna langsung beranjak, "gue juga lelah banget hari ini."

Lia menganggukan kepala, lalu melirik Ryujin, "lo?"

Ryujin menggeleng, "ngga, gue mau nunggu Chaeryong dulu."

"Ya udah kalau gitu, kita duluan."

"Oke,"

Kemudian Lia dan Yuna pun mulai meninggalkan ruang tamu yang kini hanya tinggal Ryujin seorang disana.

Entah mengapa, sejak tadi ia merasakan ada yang aneh dari diri Chaeryeong. Gadis itu tak banyak bicara seperti biasanya. Seolah tengah memendam sesuatu di dalam dirinya.

Ryujin langsung menggelengkan kepalanya guna melenyapkan pikiran-pikiran aneh yang muncul tentang Chaeryeong. Ia mencoba untuk berpikir positif saja dan berharap yang terbaik untuk sahabatnya itu kalau memang ia sedang mempunyai masalah.

°

°

°

°

Namun ternyata Chaeryeong tidak benar-benar ke kamar mandi. Gadis itu malah pergi ke taman belakang rumah yang letaknya memang ada di dekat dapur dan kamar mandi belakang.

Ia kembali menoleh ke dalam rumah untuk benar-benar memastikan bahwa tidak ada yang mengikutinya kemari.

Setelah yakin, Chaeryeong segera mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ia mengeluarkan satu botol air minum dan botol kecil berwarna puth. Chaeryeong lalu buru-buru mengeluarkan sesuatu dari botol kecil itu yang ternyata adalah satu butir obat dan ia bergegas memasukannya ke dalam mulut.

Memang benar, tidak ada satu orang pun yang mengetahui bahwa ia di haruskan untuk meminum obat setiap harinya agar menjaga kondisi badannya agar tetap fit seperti ini.

Gadis itu menghela napasnya lega setelah meminumnya. Tapi saat ia akan kembali menaruh botoh obat itu ke dalam tas, tiba-tiba seseorang merebutnya dari genggaman.

"Apa ini?" Ryujin langsung membaca tulisan yang tercantum di dinding botol itu. Sedetik kemudian, ia terdiam dengan mata yang bergetar.

Jangan tanya apa yang terjadi pada Chaeryeong, gadis itu justru lebih terkejut dan tidak pernah menyangka jika seseorang akan mengetahui hal ini.

Apalagi orang itu adalah Ryujin.

"R—ryujin i—ini ngga--"

"Jangan bilang kalau lo minum obat ini Chaeryeong.... Jangan bilang kalau lo--"

"Ngga, Ryujin. Gue ngga kok." kedua mata Chaeryeong memanas seketika. Ia tidak mampu berkata-kata lagi saat ini, semuanya sudah terlambat. Ryujin sudah tau semuanya.

Dan mengapa harus Ryujin? Karena menjelaskan padanya pun tidak akan berguna. Ryujin tau betul obat itu untuk apa. Karena dulu, mendiang adiknya pun mengkonsumsi obat yang sama.

"CHAERYEONG!!" teriak Ryujin keras. Ia tidak bisa menahannya lagi, air matanya lolos begitu saja tanpa mengabaikan Chaeryeong yang kini menunduk di depannya.

"Kenapa..... Kenapa Chaeryeong, kenapa?!" Ryujin menangis tersedu-sedu sembari perlahan menundukan kepalanya.

"Ryujin..... Gue mohon, jangan kasih tau siapapun tentang masalah ini, gue mohon....." Chaeryeong perlahan meraih kedua tangan Ryujin dan menggenggamnya erat. Ia benar-benar memohon pada Ryujin saat ini.

Ryujin mengangkat kepalanya dan menatap manik Chaeryeong lekat, masih dengan derai air mata di pipi ia menggeleng pelan, "jangan tinggalin gue, Chaer. Bilang kalau obat ini bukan punya lo..... Buruan bilang....."

Chaeryeong tersenyum miris, sambil terinsak dia menganggukan kepalanya. "Gue ngga akan tinggalin lo, emangnya gue mau kemana sih hah?"

Ryujin kembali menangis sampai hampir berteriak. Ia takut apa yang menimpa adiknya tiga tahun yang lalu terjadi pada Chaeryeong juga.

Chaeryeong mendekat lalu memeluk Ryujin erat. Ia menyandarkan kepalanya pada dada sahabatnya itu, "gue mohon, jangan kasih tau yang lain. Janji sama gue, Ryujin."

Ryujin masih tak bergeming. Ia masih terdiam dan kedua tangannya masih setia mengepal di sisi tubuh, belum mau membalas pelukan sahabatnya itu. "Tapi lo harus janji, lo harus sembuh, ayo cepet janji!"

Chaeryeong mengangguk kuat, "iya, gue janji. Gue janji."

Setelah mendapat jawaban dari Chaeryeong, dengan cepat Ryujin membalas pelukan sahabatnya itu dengan erat. Kemudian mereka berdua menangis bersama di tempat itu.














Note : Chaeryeong punya penyakit berat yang secara garis besarnya ia tidak boleh kelelahan dan kedinginan. Tapi Chaeryeong memaksa diri untuk tidak memikirkan sakitnya itu, ia bersikeras menganggap dirinya baik-baik saja. Makanya Chaeryeong suka memakai pakaian minim untuk menyakinkan diri bahwa ia tidak takut merasa kedinginan. Ia selalu ceria dan semangat untuk menyakinkan diri bahwa lelah tidak akan mengganggu aktiftas dan kebahagiaannya.

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

1.9M 353K 124
"...." "Apa?" "....." "APA?!" [Cast: Asahi, Ryujin, Beomgyu, & Nako] [2019]
9.5K 229 25
BOOK #8 Berisikan lirik lagu dari girl group NewJeans dengan 4 macam bahasa penulisan: > Hangul > Romanization > English > Indonesia Di lengkapi juga...
35.7K 4.4K 39
Januar Pradipta adalah siswa biasa yang hanya datang ke sekolah untuk menunggu bel pulang. Suatu hari dia tak sengaja 'dipertemukan' dengan Mia Amare...
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...