My Boss!

Por May_Rose22

1.2M 85K 8.4K

WARNING!!!! CERITA INI BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA YANG PERNAH SAYA BUAT SEBELUMNYA. AWAS!!! KALIAN BAPER... Más

My Boss! 1
My Boss! 2
My Boss! 3
My Boss! 4
My Boss! 5
My Boss! 6
Cast
My Boss! 7
My Boss! 8
My Boss! 9
My Boss!! 10
My Boss! 11
My Boss! 12
My Boss! 13
My Boss! 14
My Boss! 15
My Boss! 16
My Boss! 17
My Boss! 18
My Boss! 19
My Boss! 20
My Boss! 21
My Boss! 22
My Boss! 23
My Boss! 24
My Boss! 25
My Boss! 26
My Boss! 27
Announcement!
My Boss! 29
My Boss! 30
My Boss! 31
My Boss! 32
My Boss! 33
My Boss! 34
My Boss!! 35
My Boss! 36
Lanjut?
My Boss! 37

My Boss! 28

27.2K 2.1K 209
Por May_Rose22

Pengen ngadain give away novelku yang judulnya "The Devil Charming" kira-kira pada mau gak? Komen ya...

Oh ya, aku kasih fast up nih 😘 semangat spam komen ya biar aku juga semangat ngetiknya.
Love you.

***


"Ra, Lo kok belum siap-siap sih?" Tanya Ambar yang sudah terlihat cantik dengan stelan outfitnya ketika membuka pintu kamar kost Aurora. 

Gadis itu menatap Aurora dengan kening berkerut lantaran sahabatnya itu masih asik menikmati coklat panasnya di depan layar laptop. Bukan tanpa sebab Ambar merasa heran Aurora tidak lekas bersiap, tiga jam lagi pesawat mereka akan berangkat dari Jakarta ke Jogja dan Aurora...hmm...sepertinya mandi pun belum.

"Gue gak dapat tiket." Jawab Aurora santai.

"Hah? Maksud Lo? Lo gak ikut atau gak diikutkan sama bos?" Ambar berjalan mendekati Aurora, berdiri di samping gadis itu dan berdecak saat mengetahui bahwa Aurora malah asik menonton film di laptopnya.

"Ra?!" Gemas Ambar saat gadis itu tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Apa sih?" Aurora mendongak "gue gak dapat tiket pesawat karena tiket gue di tahan sama bos galak. Bodo amat sih, gue malah Alhamdulillah gak ikut ke Jogja, mendingan juga santuy di kost, makan, nonton, tiduran."

Ambar menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Sebenarnya kalian ada masalah apa sih? Kadang akur sampai kemanapun bareng, kadang berantem, kadang saling diem, kadang marahan. Heran gue, Lo gak lagi pacaran kan sama pak bos?"

Aurora memukul Ambar dengan bantal saat mendengar pertanyaan sahabatnya serta tatapan intimidasi yang diberikan oleh Ambar. "Sembarangan Lo! Ya enggak lah."

"Udah sana Lo berangkat aja nanti kabarin gue ya kalau udah sampai." Aurora beranjak dan mendorong Ambar ke arah pintu.

"Ih Lo serius gak ikut?" Ambar masih mencoba tak beranjak dari tempatnya berdiri.

"Gue gak tahu, Mbar. Entar kalau gue ada di Jogja berarti gue ikut nyusul tapi kalau gak ada berarti emang gue gak ikut."

"Oke,oke tunggu!" Ambar menghela nafasnya dan menahan Aurora yang terus mendorongnya ke arah pintu.

"Apa?" Aurora berkacak pinggang mengamati ekspresi sahabatnya yang terlihat serius.

"Jangan bilang Lo berangkat berdua sama..."

"Ara, kamu..." Bertepatan dengan itu, suara seseorang yang langsung masuk kedalam kamar Aurora menginterupsi keduanya.

Seketika Ambar menoleh merasa mengenali suara itu, gadis itu cukup terkejut melihat siapa yang masuk dengan santai seolah sudah terbiasa. Sementara Aurora, gadis itu hanya bisa memukul keningnya dan melotot kesal kearah seseorang yang baru saja masuk tanpa permisi.

"Mampus!" Gumam Aurora .

"Pagi pak bos." Ambar bergeser sedikit membiarkan Faiz mendekati Aurora.

"Hmm..." Faiz hanya bergumam menanggapi sapaan Ambar lalu melihat jam tangannya. "Kenapa masih disini? Kamu mau ditinggal sama rombongan?"

Ambar yang merasa diusir secara halus oleh Faiz langsung saja bersiap untuk pergi tanpa ingin membantah.

"Iya pak ini mau berangkat. Ra, gue duluan ya." Ambar memberikan senyum penuh arti pada Aurora yang hanya di balas kibasan tangan oleh Aurora.

"Bapak ngapain sih kesini?" Tanya Aurora tanpa basa-basi.

Aurora baru sadar jika tampilan Faiz pagi ini berbeda dari biasanya, lelaki itu nampak tampan berkali-kali lipat dengan kaos hitamnya serta topi hitam yang di pakai. God! Kenapa ketampanan lelaki harus meningkat saat memakai kaos hitam begini? Dan ini adalah kedua kalinya Aurora melihat Faiz memakai kaos hitam.

Melihat kediaman Faiz, Aurora sadar jika ada yang salah dari kalimatnya tadi.

"Fine! Mas Faiz ngapain kesini?" Ulang Aurora dengan nada malas.

"Jemput kamu." Jawab Faiz dengan senyum lebarnya.

Aurora malah menaikkan sebelah alisnya, merasa tak percaya dengan ucapan Faiz. Lagipula jika Faiz benar-benar menjemputnya untuk pergi ke Jogja, maka bisa dipastikan mereka akan ketinggalan pesawat karena Aurora belum bersiap apapun, termasuk packing baju dan lain-lain.

"Udah deh kalau mau berangkat ya berangkat aja. Lagian kan mas Faiz sendiri yang gak kasih aku tiket, ngapain sekarang jemput dadakan begini?"

"Kamu masih sempat mandi, packing, sarapan. Kita berangkat habis Dzuhur." Jawab Faiz seraya merebahkan dirinya di atas kasur Aurora lalu meraih laptop gadis itu yang masih menyala menampilkan film action yang tadi Aurora tonton.

"Loh, bukannya pesawat tiga jam lagi udah berangkat?"

"Hhmm...itu kan pesawat mereka, kita berangkat sendiri." Faiz masih dengan santainya menjawab pertanyaan Aurora tanpa menatap gadis itu karena fokusnya sudah teralih pada layar laptop.

"Nggak!"

Seketika Faiz mendongak, meletakkan laptop Aurora lalu beranjak duduk. "Nggak apa?"

"Nggak mau berangkat," Aurora melipat kedua tangannya di depan dada. "Udah sana berangkat sendiri aja, aku gak ikut."

Faiz berdiri, mendekati Aurora yang masih memasang ekspresi masam. "Enak aja kalau ngomong!" Faiz menyentil kening Aurora pelan.

"Udah sana mandi dulu, aku belikan sarapan terus nanti aku bantuin packing." Lanjut Faiz

"Nggak pokoknya aku gak mau ke Jogja." Masih dengan keras kepalanya Aurora menolak ajakan Faiz.

"Mau sarapan apa?" Faiz mengabaikan penolakan Aurora, ia malah menanyakan hal lain seolah tak mendengar apa yang tadi Aurora katakan.

"Mas Faiz apaan sih?! Aku nggak mau ke Jogja, nggak mau mandi, nggak mau sarap....an."

Faiz terbahak saat mendengar suara perut Aurora yang membuat pipi gadis itu langsung memerah. "Begini emang kalau mulut sama perut gak sinkron. Udah sana mandi, aku belikan sarapan dulu."

Faiz mengacak rambut Aurora dengan gemas saat melihat gadis itu menutup wajahnya karena malu.

"Eh, tunggu!"

Faiz yang sudah diambang pintu langsung menoleh. "Apa?"

Aurora meringis canggung "hhmm...mas Faiz mau beli sarapan apa?"

"Terserah kamu maunya apa nanti aku beliin."

"Mau sarapan soto ayam aja, tuh deket kok di gang depan." Jawab Aurora

"Siap bos!"

Aurora tak bisa lagi menahan senyumnya saat Faiz sudah pergi, gadis itu terlalu egois dan keras kepala untuk menyerah dan mengakui bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada Faiz, entah sejak kapan.

***

Faiz yang tanpa gengsi mengantri soto ayam kang Udin diantara ibu-ibu dan mbak-mbak kost-kostan langsung saja menjadi sorotan dan tak luput juga dari tatapan genit tante-tante. Postur tubuh yang tinggi, paras keturunan Arab dan kulit putih bersih membuat kaum hawa yang ada disana tak segan menatap Faiz.

"Kang, saya bisa duluan gak? Istri saya ngidam." Ujar Faiz pada kang Udin yang langsung membuat suasana menjadi hening.

"Eh mas ganteng sudah punya istri ternyata." Celetuk salah satu ibu-ibu yang juga mengantri.

"Ya udah kang di dulukan aja ini masnya." Sahut yang lain pada kang Udin.

Faiz bernafas lega, setidaknya ia bisa segera pergi dari lingkaran suasana pagi tak menyenangkan ini.

"Den, tinggal dimana? Akang kok baru lihat ya?" Tanya kang Udin dengan tangannya yang sigap meracik soto ayamnya.

"Pengantin baru kang, tuh di gang belakang." Jawab Faiz sekenanya.

"Eh, siapa istrinya? Tante mah kenal semua orang di komplek ini. Kamu teh suaminya si  Dea?" Tanya  seorang ibu-ibu dengan logat khas Sunda.

"Bukan Tante." Jawab Faiz cepat. Sebenarnya ia enggan meladeni pertanyaan-pertanyaannya itu, namun jika tak ia jawab maka akan lebih panjang lagi urusannya karena ia sedang berhadapan dengan emak-emak komplek.

"Terus teh siapa? Setau Tante yang baru nikah mah si Dea."

"Saya suami Aurora." Jawab Faiz sebelum bergegas pergi setelah meninggalkan uang seratus ribuan hanya untuk dua porsi soto ayam.

"Den, ini kembaliannya." Teriak kang Udin.

"Buat akang aja." Balas Faiz yang langsung masuk kedalam mobil.

"Fiuh! Dasar emak-emak." Gumam Faiz menghela nafasnya.

***

"Ara." Faiz membuka pintu kost Aurora yang tidak terkunci dan mendapati Aurora sudah rapi tengah memasukkan bajunya kedalam koper.

"Ngantri panjang?" Aurora beranjak mendekati Faiz yang sudah duduk bersila dilantai tanpa canggung dengan membawa dua mangkuk dan sendok yang sudah Aurora siapkan.

" Ya lumayan, ibu-ibu komplek bikin rusuh." Jawab Faiz.

Aurora hanya terkikik membayangkan betapa ributnya ibu-ibu komplek saat melihat Faiz. Bahkan ibu kost pun memberikan Faiz izin mendatangi kamar Aurora hanya karena Faiz mengatakan bahwa lelaki itu calon suami Aurora. Awalnya gadis itu marah, namun karena beberapa penjelasan Faiz yang meyakinkan, Aurora akhirnya menerima alasan konyol itu.

"Eh ini tumben ayamnya banyak banget." Aurora nampak bersemangat melihat suwiran ayam yang lebih banyak dari biasanya.

"Suka?" Tanya Faiz melihat antusias Aurora.

"Hhmm..." Aurora mengangguk "beli berapa ribu bisa dapat banyak ayamnya?"

"Udah gak usah tanya-tanya terus, berdoa dulu terus makan yang banyak." Jawab Faiz yang mulai ikut menyantap sarapan mereka dengan tenang.

Seguir leyendo

También te gustarán

389K 33.7K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
693K 80.9K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
16.4M 654K 38
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
672K 1.3K 15
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...