girlfriend vs football

By rkflak

1.3M 83.1K 986

awalnya aku percaya dengan yg orang-orang bilang, "pacaran itu sama pemain futsal. bola aja di kejar dari reb... More

chapter one
chapter two
chapter three
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30
chapter 31
chapter 32
chapter 33
chapter 34
chapter 35
chapter 36
chapter 37
chapter 38
chapter 39
chapter 40
chapter 41
chapter 42

chapter 7

35.2K 2.3K 2
By rkflak

Prilly berlari menjauhi sekolahnya. Hatinya yang terasa ngilu, membuatnya enggan untuk berada di tempat ramai. Dia melangkah menuju tempat yang tak pernah di kunjunginya sebelumnya. Danau. Yang tak jauh dari sekolah dan rumahnya. Dan rasanya danau itu tak asing bagi prilly.

Prilly mengedarkan pandangannya ke sekeliling danau tersebut. Air mata yang mulai kering, di usapnya dengan punggung tangannya.

“Gue baru liat tempat ini, tapi kenapa rasanya pernah kesini ya” gumam prilly, bingung. Karena dia benar-benar tak pernah ke danau ini, namun danau ini tampak sangat tak asing baginya.

Prilly berjalan gontai, menuju akar pohon di tepi danau. Akar itu terlihat sangat besar, berbentuk seperti tempat duduk.

Prilly menatap kosong danau yang terlihat tenang. Ucapan ali kembali terngiang di benaknya.

“lo ga sayang sama gue ya li?” tanya prilly pada dirinya sendiri.

Dia kembali mengingat semua memorinya bersama ali dalam setahun belakangan ini. Semuanya berjalan sama. Tak ada kejadian apapun yang membuat prilly terkesan. Ali memang selalu menyempatkan dirinya untuk mengunjungi prilly ke rumah, walau dengan beribu-ribu alasan.

“ngapain disini?”

Tiba-tiba, suara yang sudah sangat hafal oleh prilly, terdengar sangat dekat di telinga prilly. Prilly langsung tersentak di tempatnya, dia langsung menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber suara tersebut, namun, yang dia dapat hanya hembusan angin dan kekosongan, tanpa siapapun.

Prilly mendengus, menundukkan wajahnya melihat semut semut kecil yang berseliweran di dekat sepatunya, “halusinasi” bisiknya, dan kembali menangis. Menangis karena dalam keadaan terluka seperti ini karena ali, dia masih sempat-sempatnya menghalusinasikan suara ali.

“halusinasi? Gue kan nanya ngapain lo disini”

Prilly menegakkan kepalanya, menatap sepatu yang yang ada di depannya. Perlahan dia mendongakkan kepalanya, melihat apakah yang ada di depannya ini hanya hayalannya atau bukan.

“ali?” selidik prilly, meyakinkan apakah itu benar-benar ali atau halusinasinya.

“lo ngapain disini? Dan.. lo... nangis?” tanya ali curiga. Iya. Ternyata itu benar-benar ali. dia bukan halusinasi prilly. Ali benar-benar ada di depan prilly. Tepat di depan prilly terduduk.

Prilly mengerjapkan matanya, “ga.. ga mungkin. Pasti ini halusinasi doang” ucapnya, dan mulai mengucek matanya, namun tangannya langsung ditarik oleh ali.

“gabaik ngucekin mata, apalagi tangan lo abis megang apaan tuh” celetuk ali dingin, namun setiap katanya seolah mengandung makna perhatian pada prilly.

Saat tangannya ditarik oleh ali, prilly merasakan sebuah sengatan. Sentuhan hangat yang jarang ali berikan padanya. Namun, berpengaruh sangat besar pada hati dan degupan jantungnya saat sentuhan itu terjadi.

Mata prilly tak lepas menatap tangannya yang masih bergelantung dipegang oleh ali yang masih diam dengan posisinya.

“pril?” panggil ali sedikit lebih lunak dari sebelumnya.

Prilly menggerakkan kepalanya, mendongak untuk menatap ali yang berdiri di depannya dengan datar. Kesadarannya masih belum kembali pulih. Otaknya masih tak bisa difungsikan dengan cepat karena masih kaget dengan kehadiran ali dan sikap ali yang seolah perhatian walau terdengar dingin.

“prilly latuconsina” tegas ali, heran karena prilly malah bengong bukan menyahutinya.

“lo ngapain disini?” pertanyaan itu sudah berseliweran di benaknya sejak tadi, dan langsung terlepas begitu saja oleh prilly saat ali menyebutkan namanya dengan lengkap.

“gue mau ke SMA bakti, pas lewat liat lo disini, makanya gue samperin” jawab ali datar, seolah mengisyaratkan kalau dirinya memang biasa saja pada prilly.

Prilly menghela pelan, mengerti kalau ali tak mungkin mencarinya. Karena mungkin namanya pun masuk dalam bagian yang tak penting bagi ali.

“ooh gitu” balas prilly lesu, dan melepaskan tangannya dari tangan ali dan membuang mukanya menatap kosong permukaan danau yang bergemerisik tertiup angin.

“lo bolos? Kenapa? Gara-gara sama ule tadi?” tanya ali bertubi-tubi. Lagi-lagi, prilly dengan cepat memutar kepalanya untuk menatap ali yang masih dengan posisinya tadi.

“lo nanya?” tanya prilly balik. Karena setahu prilly, baru kali ini ali bertanya tentang dirinya lebih dari satu pertanyaan. Apa ini tanda dia perhatian atau hanya sekedar bertanya?. Pertanyaan itu bermain di benak prilly. Karena, gritte pernah mengatakan padanya, tak semua orang yang bertanya pada kita karena dia peduli, mungkin dia bertanya hanya sekedar ingin tahu, setelah itu pergi. Dan ali, rasanya tak mungkin masuk dalam bagian orang yang peduli padanya.

Prilly langsung memukul kepalanya sendiri, karena sudah berpikir yang buruk tentang ali.

“kenapa pril? Sakit?” lagi-lagi ali kembali terlihat seperti menunjukkan kekhawatirannya pada prilly. Dia langsung berjongkok dan memegang kedua tangan prilly yang masih memukul-mukul kepalanya.

Prilly menatap kaget tangannya yang merasakan kehangatan dari tangan ali yang bersentuhan dengan tangannya. Iya, ali memegang erat tangannya. Wajah pucat dan kuyunya, menatapnya penuh kekhawatiran. Dan rasanya prilly baru kali ini melihat ali memandangnya seperti ini.

Ali dan prilly terdiam dengan kehanyutan tatapan mereka berdua. Semilir angin, menghembuskan musik tersendiri bagi mereka berdua. Tak ada satu pun kata atau kalimat yang meluncur dari bibir mereka masing-masing. Ali terhanyut dengan kecantikan prilly. Dan prilly terlalu kaget dengan kekhawatiran yang terpancar sangat jelas di wajah ali, dan kalaupun ali mengelak, dia tak akan bisa, karena kekhawatiran yang ada di wajah ali, tak bisa dibohongi lagi.

“lo.. khawatir, sama gue.. li?” tanya prilly ragu dan masih tak percaya dengan apa yang didengar dan dilihatnya saat ini.

Ali mengerutkan keningnya saat prilly melontarkan pertanyaan yang sangat aneh baginya. Ali menghela napasnya pendek dan menempelkan punggung tangannya pada kening prilly, “lo ga sakitkan?” dia kembali bertanya dan tak menghiraukan pertanyaan prilly tadi.

Prilly mulai terhipnotis dengan sikap ali yang penuh teka-teki dan tak pernah di mengertinya. Prilly menggelengkan kepalanya pelan, menatap ali dengan datar.

Ali menghela lega. Dia melepaskan tangannya dari kening prilly, dan ikut duduk di samping prilly.

“jadi, apa yang ngebawa lo kesini?” tanya ali, ikut menatap danau yang ada di depannya.

Ali sedikit tersenyum saat melihat danau ini. Danau ini tak pernah dilupakan oleh ali sedikitpun. Semuanya masih tergambar jelas di benaknya. Semua tentang masa lalunya. Dua belas tahun yang lalu. Dengan gadis mungil yang sudah disukainya sejak lama, dan dia berjanji akan menjaga gadis itu sampai kapanpun. Dan danau ini, serta sekitarnya, menjadi saksi janji ali saat itu.

Prilly mengendikkan bahunya, enggan untuk menjawab pertanyaan ali, karena ali lah yang membuatnya berlari kesini, menenangkan diri, walau dia merasa baru pertama kali ke tempat ini namun tempat ini seolah tak asing baginya.

“gue.. Cuma mau menyendiri aja” jawab prilly dengan parau. Dia menatap kosong danau yang ada di depannya, padahal terpancar jelas di matanya kalau prilly sedikit berbohong. Dia memang ingin menyendiri, tapi lebih tepatnya, hatinya terluka dengan sikap ali yang seolah tak sedikitpun merasakan kecemburuan jika dia bersama cowok lain.

“terkadang, menyendiri itu memiliki alasan” ucap ali dengan bijak. Dia seolah mengingatkan dirinya sendiri. Karena dia akan selalu menyendiri jika dia mulai menyerah saat melihat kondisi michelle yang tak kunjung sadar. Rasanya dia ingin mengikhlaskan michelle, namun ada hal yang membuatnya tak bisa untuk melakukan itu. Dan mau tak mau dia harus menunggu michelle untuk kembali sadar.

Prilly menarik kedua ujung bibirnya dengan samar saat mendengar ucapan ali, “iya. Lo benar. Menyendiri itu pasti ada alasan dibelakangnya. Tapi, apa pentingnya buat lo alasan gue. Iya kan?” ucap prilly seolah menyudutkan ali kalau ali tak akan pernah peduli padanya dan seperti apa perasaannya. Walau prilly menyadari, baru kali ini dia dan ali berbincang lama selain membicarakan tentang tanding bola dan futsal ali.

Ali sedikit membeku saat mendengar ucapan prilly yang sangat jelas menyudutkannya. Namun dia berusaha memaklumi, karena ucapan prilly ada benarnya.

“tapi, kali ini gue bakal peduli” jawab ali, perlahan mulai membuka diri pada prilly.

“hah?” seru prilly, kaget. Karena tak menyangka akan mendapatkan respon seperti itu dari ali.

“kenapa?” bukannya mengulang ucapannya, ali malah bertanya balik pada prilly yang terlihat kaget di sampingnya.

“lo hari ini nggak salah makan kan?” tanya prilly, benar-benar tak percaya dengan perubahan ali yang menurutnya sangat aneh.

Ali menggaruk kepalanya, tak mengerti apa yang dimaksud oleh prilly.

“eh, gue harus pergi pril” seru ali di sela kekagetan prilly. Dia tak sengaja melirik arlojinya dan langsung kaget kalau dia sudah terlambat beberapa menit karena menemani prilly disini. Iya, ali sengaja menemani prilly disini. Bukan karena dia tak sengaja melewati tempat ini. Ali diam-diam mengikuti prilly kesini, ingin tahu apa yang ingin dilakukan prilly, walau dia tak mengerti apa yang membuat prilly melangkah ke tempat ini.

“oh iya” balas prilly singkat. Baru saja hatinya mulai merasa sedikit terobati dengan ucapan dan perhatian kecil dari ali, tapi lagi-lagi ali meruntuhkan obat itu.

“jangan sedih lagi, gue nggak suka liat lo murung” pesan ali sambil mengelus pelan kepala prilly sebelum dia bangkit dari duduknya.

Prilly terdiam saat ali mengucapkan kalimat yang pertama kali di dengarnya dari mulut seorang aliando syarief. Kalimat yang tak pernah diucapkannya sebelumnya. Air matanya langsung menetes begitu saja tanpa disadarinya. Entah apa yang dirasakannya saat ini. Semua bercampur aduk menjadi satu.

“loh? Kenapa nangis lagi?” tanya ali saat sudah kembali berdiri di depan prilly dan membersihkan jaketnya yang tertempel dengan daun-daun kering saat menduduki akar pohon tadi.

Tanpa mengucapkan apapun, prilly bangkit dan langsung memeluk ali dengan erat, dan menangis kencang di dada bidang ali, dalam diamnya.

Ali yang kaget, menegang, hampir kehilangan kesadarannya saat prilly tiba-tiba memeluknya. Pelukan hangat yang tak pernah dirasakannya selama bersama prilly.

Hampir setengah jam prilly menangis di pelukannya, dan tanpa ali sadari, lingkaran tangan prilly di pinggangnya, mulai mengendor, dan hampir membuat prilly terkulai jatuh, untungnya ali dengan cepat sadar dari pikirannya yang masih tersengat kaget, dan dia langsung menahan tubuh prilly.

“pril? Prilly?” panggil ali, menepuk pelan wajah prilly yang basah dan sembab. Sepertinya prilly benar-benar banyak mengeluarkan air mata hari ini. Dan ali baru kali ini melihat prilly menangis seperti ini di depannya.

“pril” panggil ali, mulai cemas karena tak ada sahutan dari prilly. Matanya terpejam. Ali menatap lama wajah polos prilly yang terlihat seperti tertidur. Dengkuran halus mengalun dari hidung prilly. Prilly benar-benar tertidur. Ali tersenyum melihatnya. Dalam keadaan tertidur pun, prilly tetap terlihat cantik.

“ternyata lo nggak pernah berubah. Selalu nyusahin, dan untung nya gue yang selalu lo susahin dari kecil, bukan cio” gumam ali, mengelus pelan pipi prilly untuk menghapus sisa ir mata yang masih membekas di wajahnya.

Dengan cepat dan tanpa merasa keberatan sedikitpun, ali membopong tubuh prilly. Hari ini sepertinya janjinya untuk menemui kapten futsal yang memberikan surat pada prilly dan gritte tadi, terpaksa dibatalkan oleh ali. karena ali tak ingin meninggalkan dan membiarkan prilly sendiri dan sekarang dia malah tertidur seperti ini karena kelelahan menangis.

Ali mendudukkan prilly di atas jok motornya, dan melingkarkan tangan prilly di pinggangnya. Membiarkan prilly untuk tetap tertidur. Karena sepertinya, dibangunkanpun prilly tak akan terbangun, karena lingkar hitam di matanya sedikit membuat ali curiga kalau prilly semalam kurang tidur.

Ali sengaja memelankan laju motornya, agar tetap bisa menjaga prilly dengan memegang tangan prilly yang melingkar di pinggangnya.

‘{“nanti kalau kita udah gede, aku janji, aku bakal tetap jaga kamu”.janji ali pada gadis kecil yang ada di depannya.

 “janji yaaaa?” tanya  gadis berumur lima tahun yang ada di depan ali sambil mengerjapkan matanya. Membuat ali tersenyum padanya.

“janji” seru ali kecil dengan semangat, dan menjulurkan tangannya, untuk melakukan cara janji antara dirinya dengan gadis kecil yang ada di depannya.}’

Bayangan dua belas tahun lalu, kembali terngiang di benak ali. dia semakin menggenggam kencang tangan prilly yang ada di pinggangnya. Rasa bersalah sedikit muncul di hatinya karena tak berpamitan pada gadis kecilnya saat meninggalkan kota ini. Kota dimana dia memiliki seorang gadis kecil yang disayanginya, dan gadis kecil yang sudah dijanjikannya untuk menjaganya, namun dia malah pergi meninggalkan gadis itu, hingga akhirnya gadis itu seolah tak mengingat tentangnya.

Continue Reading

You'll Also Like

37.4K 3.7K 68
Kenapa cowok ganteng selalu di kagumi banyak orang? Itulah yang Lira pikirkan. Karena dia sedang mengalaminya sendiri. Apalagi kelas cowok itu di seb...
79K 2.7K 12
Cinta Gila yang di jalani oleh Ali dan Prilly ini mungkin bisa membuat si Pembaca suka dan tertawa,lantas apa saja yang terjadi? Read Now!!
78.8K 12.1K 17
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...